Ditalak ketika usai melahirkan, sungguh sangat menyakitkan. Apalagi Naura baru menginjak usia 20 tahun, harus kehilangan bayi yang dinyatakan telah meninggal dunia. Bagai jatuh tertimpa tangga dunia Naura saat itu, hingga ia sempat mengalami depresi. Untungnya ibu dan sahabatnya selalu ada di sisinya, hingga Naura kembali bangkit dari keterpurukannya.
Selang empat tahun kemudian, Naura tidak menyangka perusahaan tempat ia bekerja sebagai sekretaris, ternyata anak pemilik perusahaannya adalah Irfan Mahesa, usia 35 tahun, mantan suaminya, yang akan menjadi atasannya langsung. Namun, lagi-lagi Naura harus menerima kenyataan pahit jika mantan suaminya itu sudah memiliki istri yang sangat cantik serta seorang putra yang begitu tampan, berusia 4 tahun.
“Benarkah itu anak Pak Irfan bersama Bu Sofia?” ~ Naura Arashya.
“Ante antik oleh Noah duduk di cebelah cama Ante?” ~ Noah Karahman.
“Noah adalah anakku bersama Sofia! Aku tidak pernah mengenalmu dan juga tidak pernah menikah denganmu!”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Kata-kata Alma
“Mas Irfan!” panggil Sofia, ia tidak terima ditegur seperti itu. Dan, satu lagi di hati Sofia sangat cemburu dengan perkataan yang Irfan lontarkan padanya.
Sofia menyusul Irfan yang kini sedang menaiki anak tangga, lalu setibanya di lantai dua, ia kembali menahan lengan suaminya agar menghentikan langkahnya.
Berhentilah langkah Irfan, kemudian Sofia berdiri di hadapan suaminya dengan raut wajahnya yang memerah.
“Mengapa berkata seperti itu? Apa Mas sekarang menyudutku karena tidak bisa hamil ... mengandung anakmu, lantas Mas dengan seenaknya bisa memarahiku karena masalah sepele! Terus semua ini jadi kesalahanku karena mengambil anak dari wanita lain ini? Memangnya hanya wanita itu saja yang tersakiti! Aku juga sakit Mas, sangat sakit! Karena gara-gara Mas, rahimku tidak ada!” sentak Sofia menggebu-gebu.
“Hanya karena aku memukul anak dari wanita lain ini, kamu menegurku dengan kasar, lalu bajuku Mas bakar! Apa Mas lupa, aku ini istrimu Mas! Kenapa sekarang malah Mas mengungkit wanita yang tidak aku kenal itu!” lanjut kata Sofia masih menunjukkan amarahnya.
Noah yang mendengar suara Sofia yang masih meninggi merangkul leher papinya dan menenggelamkan wajahnya ke pundak Irfan, seakan ada rasa takut menyelusup di relung hatinya. Irfan menyadari hal itu, lantas ia mengusap punggung anaknya.
“Sejak awal kamu memaksaku untuk menikahi wanita lain agar aku memiliki anak. Aku sudah wanti-wanti Sofia, padahal aku sudah ikhlas jika memang tidak memiliki anak dan menerima keadaanmu. Noah pun hadir karena keegoisan kita berdua, dan kamu tidak menerima teguranku barusan. Kamu berpikir selama ini kamu yang paling tersakiti? Coba kamu berada di posisi wanita yang melahirkan Noah, wanita itu aku tipu habis-habisan semuanya demi kamu, Sofia! Aku bertahan bersamamu, aku hidup bahagia bersamamu di atas penderitaan wanita yang telah melahirkan Noah!” tegas Irfan.
Sofia bergeming, tangannya yang sempat mencekal lengan Irfan terlepas.
“Jika kamu tidak suka melihat aku sayang dengan Noah dan tidak menganggap Noah sebagai anakmu sesuai dengan janjimu, silakan! Tapi sekali lagi aku melihat kamu berani memukul anakku, aku sebagai papinya tidak terima!” pungkas Irfan, setelah itu ia kembali melangkah cepat menuju kamar Noah.
Sofia termangu melihat punggung suaminya. “Kenapa Mas Irfan seperti itu? biasanya tidak pernah mengungkit wanita yang melahirkan Noah,” gumam Sofia bertanya-tanya.
Malam itu Irfan memutuskan tidur di kamar Noah, ia kembali ke kamar utama hanya untuk mengambil baju gantinya dan tidak peduli dengan panggilan istrinya yang masih saja mencecar pertanyaan.
“Papi, ecok Noah au temu Ante Antik agi ya ... oleh ya Papi,” rengek Noah dalam pelukan Irfan.
Sejenak Irfan diam saja, tidak menjawab, kemudian mengusap rambut putranya. “Sudah malam Noah, waktunya bobo,” pinta Irfan pelan.
***
Keesokan hari, di rumah sakit.
Keadaan Naura pagi ini sudah lebih baik, dadanya tidak sesak. Tinggal menunggu kedatangan dokter untuk mengecek keadaannya, setelah itu ia akan meminta keluar dari rumah sakit, menurutnya sudah tidak perlu berlama-lama di rawat.
“Naura, aku lupa bilang semalam bu Ajeng kasih kabar kalau motor kamu ada yang tertarik. Tinggal harganya aja nih nunggu ketemu sama kamu,” ujar Alma. Semalam sahabatnya menginap menemani Naura setelah dapat kabar jika wanita itu masuk rumah sakit.
Naura meletakkan alat makannya ke atas piring, kemudian memandang Alma yang kini berjalan menuju ranjangnya. “Aku sih tetap mau jual dengan harga 12 juta, Al. Kalau mintanya jauh di bawahnya, mungkin aku tunggu pembeli yang lainnya saja,” balas Naura.
“Ya, kalau kurangnya cuma 500 ribu gak pa-pa'lah, Naura. Memangnya kamu gak ke pengen apa buru-buru resign dari tempat kerja kamu itu. Atau kamu sudah bisa bertahan melihat laki-laki yang telah mempermainkan dan menipu kamu itu?” cecar Alma sembari menjatuhkan bobotnya di tepi ranjang.
“Bu-bukan begitu juga Alma, aku juga mau buru-buru out dari sana, hanya saja kalau uangnya kurang banyak payah pula nanti aku cari pinjamannya, setidaknya aku pinjam uangnya tidak terlalu banyak'lah,” balas Naura, dengan pemikirannya yang realistis setelah sebelumnya ia mengkalkulasikan.
“Ya, kali aja kamu setelah bertemu lagi dengan mas Irfan, apalagi dia ‘kan yang bawa kamu ke rumah sakit jadi jatuh cinta lagi,” sindir Alma dengan santainya.
Naura tersenyum hambar. “Kata-kata jatuh cinta sepertinya tidak ada di kamusku lagi Alma, apalagi dengan dia yang sudah menipuku. Kurasa cukup,” balas Naura seraya memalingkan wajahnya ke jendela.
“Kalau begitu biar lebih cepat urusannya, pakailah uang tabunganku dulu. Bayarlah penaltinya, jangan berlama-lama di sana, karena hati terkadang cepat berubah Naura. Dengan kamu menjauh dari mantan suamimu, hatimu tidak akan sakit dan tidak kena tipu lagi, apalagi ternyata mas Irfan pewaris perusahaan tempat kamu bekerja. Aku takut kamu berubah pikiran,” saran Alma.
Tanpa sepengetahuan Naura dan Alma, Adiba telah berada di sana, berdiri di balik tembok pemisah ruang kamar mandi dan kamar. Dalam keadaan pintu masih terbuka wanita paruh baya itu masuk dengan langkah kaki tak bersuara.
“Ingat Naura, mas Irfan adalah pria brengsek, mantan suami yang harus dijauhkan! Dia tega menceraikan kamu setelah kamu melahirkan anaknya bersamaan anakmu itu meninggal saat itu juga! Pria kejam, pria yang gak punya hati nurani! Sebelum kamu resmi resign tanyakan pusara anakmu ada di mana!” lanjut kata Alma dengan tegasnya.
Dibalik tembok, tubuh Adiba gemetaran. “I-Irfan ... Naura?”
Bersambung ... ✍️
carilah kebenaran sekarang
diacc ya thor /Drool//Drool/
terutamakamu sofia