NovelToon NovelToon
Dewa Petaka

Dewa Petaka

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Iblis / Epik Petualangan / Perperangan
Popularitas:8.5k
Nilai: 5
Nama Author: Arisena

Ketika yang semua orang anggap hanya omong kosong menyerbu dari utara, saat itulah riwayat Suku Gagak menemui akhirnya.

Tanduk Darah, iblis-iblis misterius yang datang entah dari mana, menebar kekacauan kepada umat manusia. Menurut legenda, hanya sang Raja Malam yang mampu menghentikan mereka. Itu terjadi lima ribu tahun silam pada Zaman Permulaan, di mana ketujuh suku Wilayah Pedalaman masih dipimpin oleh satu raja.

Namun sebelum wafat, Raja Malam pernah berkata bahwa dia akan memiliki seorang penerus.

Chen Huang, pemuda bernasib malang yang menjadi orang terakhir dari Suku Gagak setelah penyerangan Tanduk Darah, dia tahu hanya Raja Malam yang jadi harapan terakhirnya.

Apakah dia berhasil menemukan penerus Raja Malam?

Atau hidupnya akan berakhir pada keputusasaan karena ucapan terakhir Raja Malam hanya bualan belaka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode : 16 — Tingkat Bumi

"Ada beberapa tingkatan yang sudah diketahui semua kultivator." Lantas Bai Li menunjukkan kelima jari tangannya. "Tingkat Bumi, Tingkat Langit, Tingkat Bintang, Tingkat Semesta, dan Tingkat Surgawi. Masing-masing tingkat ada tiga tingkat lagi, tingkat awal, tengah, dan puncak. Kalau kau ingin tahu, aku ada di Tingkat Surgawi awal, hebat, kan?"

"Jadi, apa yang harus kulakukan untuk menginjak Tingkat Bumi?"

Kening Bai Li berkedut. "Setidaknya beri pujian sedikit."

"Apa yang harus kulakukan?"

Hening sejenak.

"Setelah seminggu melatih tubuhmu, aku sadar kau lebih kuat dari kelihatannya, jadi kupikir itu sudah cukup dijadikan dasar. Yang perlu kaulakukan hanya mengumpulkan Qi di alam sekitar untuk membuka semua meridan dan mengumpulkannya di dantianmu," tutur Bai Li dengan kata-kata yang menurutnya paling mudah dimengerti siapa pun. "Di sini, dantian ada di sini," dia menunjuk perut bagian bawah pusar. "Untuk meridian itu, maksudnya hampir sama dengan jalan darah. Jadi, anggap saja begitu agar lebih mudah."

Chen Huang sudah cukup mengerti garis besarnya, cukup mudah kelihatannya. Namun, Chen Huang tak akan berpikir sependek itu. "Bagaimana cara mengumpulkan Qi dari alam sekitar?"

"Nah, ikut aku." Bai Li menghela tubuhnya berdiri lalu pergi keluar pondok. Dia membawa Chen Huang di sisi tebing sebelah timur yang saat itu sedang tersiram cahaya keemasan matahari pagi. "Di Wilayah Pedalaman, Qi alam amat kaya. Lebih bagus lagi jika kau mengumpulkannya di bawah cahaya matahari terbit, itu bisa memperkuat tulangmu. Sekarang duduk dan akan kutunjukkan caranya."

Pemuda itu duduk bersila di sebelah kiri Bai Li. Dia mendengarkan dengan seksama penjelaskan yang diucapkan gadis tersebut.

"Tegakkan tubuhmu dan tarik napas dalam. Berkonsentrasilah, maka kau akan bisa merasakan Qi di alam sekitar."

"Hah?" Chen Huang menyipitkan mata. "Memang semudah itu atau penjelasanmu yang kurang rinci? Bagaimana aku bisa merasakan Qi alam?"

Namun, Bai Li mengendikkan bahu. "Itu penjelasan paling sulit yang selamanya tak bisa kujelaskan, tapi cobalah dan kau akan tahu sendiri."

Walau masih merasa kebingungan, Chen Huang tetap mencoba. Ia menutup mata, bersikap semirip mungkin dengan Bai Li. Ketika menarik napas pertama, hawa sejuk udara pagi amat menyegarkan. Tarikan napas kedua, masih sama saja. Sampai ketiga, keempat, ketujuh, kesepuluh dan kesekian kali, dia tidak dapat merasakan apa pun.

"Kau yakin tidak sedang bercanda?" tanyanya kepada Bai Li yang masih memejamkan mata. "Tak ada apa pun di sini selain suara napasmu sendiri."

Mendengar itu, sepasang mata Bai Li yang indah terbuka lebar secara mendadak. Dengan mendadak pula, dilihatnya Chen Huang lamat-lamat. Sekilas pandang, gadis itu seperti sedang melihat setan.

"Itu bukan suara napasku, kau harus tahu itu," ujarnya dengan suara yang sedikit bergetar, "tapi itu suara napasmu sendiri. Kau serius mengatakannya? Di sini cukup berisik dengan suara burung berkicau dan lain sebagainya, tapi kau sudah dapat mendengar napasmu sendiri dalam percobaan pertama?"

Chen Huang pun terkejut akan hal itu. Benar juga, kalau dipikir-pikir, ketika dia memejamkan mata tadi, hanya suara napas yang terdengar. Mengingat kondisi sekeliling, itu cukup tak masuk akal.

"Coba lagi!" perintah Bai Li dengan penasaran.

Pemuda itu mengangguk dan kembali mencoba. Karena lebih berkonsentrasi, dia dapat masuk dalam keheningan tak berujung itu saat mencapai tarikan napas ketiga. Samar-samar, dia mendengar suara burung berkicau di kejauhan sebelum suara itu lenyap sama sekali.

Lalu Chen Huang merasa ada sesuatu yang mendekatinya, entah apa itu tapi rasanya cukup nyaman. Hangat dan menenangkan.

Di luar tahunya, sesuatu yang hangat itu menyentuh dirinya, menyelimutinya, dan merayap di sekujur tubuhnya, berputar-putar tak tentu arah. Namun di balik itu semua, rasanya nyaman.

Chen Huang tenggelam dalam kenyamanan itu sampai dirinya merasakan perubahan dalam sesuatu itu. Dari yang awalnya hangat, kini mulai panas dan bertambah panas.

Saat itulah terdengar bisikan. "Kendalikan rasa panas itu ke dalam dantianmu, gunakan kehendak hatimu. Ketika dapat menyentuh dantian, itu artinya semua meridianmu sudah terbuka."

Chen Huang tak tahu maksudnya, tapi dia mencoba sebisa mungkin. Perlahan, hawa panas yang menyelimuti tubuhnya tadi bergerak ke bawah, terus ke bawah. Selama proses itu, dia merasakan sesuatu itu menembus semacam penghalang beberapa kali. Kemudian, sesuatu ini tersimpan dalam sebuah ruangan yang menurut perkiraan Chen Huang adalah dantian.

Dia melakukan hal ini sampai lama. Penyerapan Qi alam ke dantiannya masih cukup lambat, dan dia tak bisa mengendalikan seberapa banyak Qi alam yang melingkupi tubuhnya. Maka walau sudah dikendalikan pun, tubuhnya tetap bertambah panas.

"Cukup."

Saat membuka mata, entah bagaimana Chen Huang sudah rebah di pangkuan Bai Li. Napasnya terengah dan dia merasakan seluruh tubuhnya basah keringat.

"Panas ... apa itu tadi?"

"Itulah Qi yang kumaksud, sekarang kau sudah memahaminya, kan?" Bai Li tersenyum. "Kau sudah menjadi kultivator Tingkat Bumi awal, selamat."

...----------------...

Hari-hari berikutnya, Chen Huang menghabiskan waktu sepanjang hari dengan mengumpulkan Qi alam. Saat malam tiba, dia selalu keluar pondok untuk memperkuat Simbol Magis dan teknik bertarung Suku Gagak.

Beberapa kali Bai Li menyuruhnya untuk istirahat, tapi pemuda itu tetap berkeras. Hingga ketika hampir satu bulan mereka tinggal bersama di pondok itu, Bai Li marah bukan main karena kecerobohan Chen Huang.

"Tolol!" hardiknya, "kau hampir terjun ke bawah sana."

Dengan senyum canggung yang cukup menyebalkan dalam pandangan Bai Li, Chen Huang mencoba membela diri. "Aku harus lebih kuat dari ini, untuk menghadap raja ...."

"Sekarang kau malah melanturkan raja. Kembali ke kamarmu!" Bai Li menyeret tubuh Chen Huang yang penuh keringat. Hampir saja pemuda itu jatuh karena tubuhnya terlalu lelah untuk berlatih teknik bertarung Suku Gagak. Jika tak ada Bai Li, mungkin saat ini sudah tak ada Chen Huang kecuali namanya yang terukir di batu nisan. Itu pun kalau Bai Li membuatkannya.

Malam itu gelap tak ada bulan, jadi Bai Li menyalakan lilin wangi yang terdapat di dalam cincin ruangnya. Setelah merebahkan Chen Huang, dia mengeluarkan akar-akar obat—yang juga berasal dari cincin ruang.

"Katamu dengan mengumpukan Qi, aku bisa mengurangi rasa lelahku?"

Bai Li menumbuk obat-obatan itu dengan memunggungi Chen Huang. Dia menjawab tanpa menoleh. "Memang benar, tapi kau sudah tiga hari tidak tidur sama sekali, kaupikir aku tak tahu?"

Mendengar nada suara yang marah dari Bai Li, Chen Huang merasa sedikit bersalah. "Maafkan aku, kupikir kau sudah tidur."

"Kau hanya pura-pura tidur untuk menipuku, tapi barangkali kau lupa aku ada di Tingkat Surgawi awal. Aku bisa tidak tidur dan makan selama satu minggu penuh."

"Wah ... hebat."

"Tentu saja." Kepala Bai Li membesar.

"Kalau kau tak kelaparan selama satu minggu, lalu seberapa lama kau tak makan ketika minta rotiku waktu itu?"

Pundak Bai Li bergetar tanpa sadar. "Itu ... bukankah itu tidak penting? Sekarang kau hampir mati! Walau Qi bisa menguatkan tubuh seseorang kalau dilatih, tapi kau harus ingat saat ini kau masih di Tingkat Bumi awal. Tingkat Bumi itu bisa dibilang hanya sedikit lebih kuat dari manusia biasa. Jadi kau masih perlu makan dan tidur seperti orang kebanyakan."

Chen Huang menghela napas berat. "Kalau kuingat, kau benar juga. Makanku jadi berkurang, apalagi tidurku. Eh, Bai Li, kau menganggap aku sahabat, kenapa tak menghentikanku?"

"Agar kau merasakan ini," ketusnya dibarengi tumbukannya yang makin kuat. "Agar kau tahu risikonya, tapi aku tak pernah berpikir kau akan jatuh dari tebing." Gadis itu lalu menyiram tumbukan obat itu dengan air panas yang sudah disiapkan lebih dulu sejak beberapa saat lalu. "Nah, minumlah."

Chen Huang hampir muntah mencium baunya. "Bentuknya seperti kotoran sapi."

"Kau menganggap karyaku sebagai kotoran sapi? Kupikir kau sudah tak butuh rasa perhatianku lagi." Bai Li masih menyodorkan tangannya, kini lebih dekat. "Minumlah, ini untuk memulihkan tenagamu, habiskan ini dan aku yakin kau akan pulih dengan segera."

"Terserah padamu." Chen Huang menerima obat itu dari mangkuk kecil dan meminumnya dalam sekali teguk. Ada rasa panas berputar-putar di dadanya, tapi itu cukup nyaman.

"Sekarang tidurlah, ini sudah terlalu larut." Bai Li bangkit berdiri. "Aku mau jalan-jalan sebentar."

Ketika Bai Li keluar dari pondok dan menutupkan pintu, dia mencengkeram dadanya sendiri. "Perasaan apa ini? Sebentar lagi teknik ciptaanku akan sempurna, hanya perlu menunggu waktu yang tepat dan sekali gigit, selesai sudah."

Bai Li jatuh berlutut tanpa sadar. "Perasaan kekeluargaan apa ini?"

1
Tanata✨
Tak terasa sudah 10 chapter ya🤭 makin ke sini makin kerasa menarik.. beberapa sensasi tegang dan kocaknya juga cukup seimbang.

Hanya saja untuk development karakter nya aku masih merasa kurang cukup motivasi. Mungkin karena masih perkembangan awal. Akan tetapi, perlahan namun pasti keberadaan Chen Huang di Serigala, kayaknya akan semakin bisa di terima. Aku cukup merasakan bahwa dia saat ini sudah mulai banyak berinteraksi dengan tokoh lainnya.
Tanata✨
Aku cukup suka sama rangkaian kata-kata pada paragraf ini. Aku jadi mudah membayangkannya
Tanata✨
Ye ye yeeeee/Sob//Sob//Sob//Sob/
Filanina
Bro, Hutan Emasnya udah tamat minta review dong.
Filanina: error kali ya
Arisena: nanti kukirim lagi, NT emang rada rada🗿
total 5 replies
Filanina
cerdik juga chen Huang sampai ayang terpesona.
Tanata✨
Kalau Chen Huang sampai di penjara, waaah waah sih😅🤣🤣
Tanata✨
Beda dikit dengan peribahasa "nasi sudah jadi bubur"
Tanata✨
ini flashback ya? aku baru sadar🤔 Tadinya aku agak bertanya-tanya, ternyata ada gagak lain selain Chen Huang. Tahunya ini masa lalu.

Aku baca ulang dan ternyata memang ini flashback😅✌🏻
Tanata✨
gk sakit gk sembuh, map maap ya/Hey/
Tanata✨
Skalian paus atau hiu😭😭✌🏻
Tanata✨
Kompaaakkk🤣🤣🤣
Tanata✨
Lantas siapa lagi kalau bukan chen huang, mungkin saat ini beliau belum terlalu pd/Hey/
Tanata✨
Gemes sama tingkah mereka, tidak saling menjatuhkan dan saling termotivasi satu sama lain...
Tanata✨
Filosofi makna kuda laut apa ya?😅 aku masih agak heran
Tanata✨
Wkwkwk panas hayo panasss🤣🤣
Tanata✨
Pada intinya kerja keras akan membuahkan hasil ygy
Arisena: /Proud/
total 1 replies
Tanata✨
Beruntunglah karena saat ini dirimu tokoh utama, kurleb plot armornya pasti tebel lah
Arisena: yoi/Doge/
total 1 replies
Tanata✨
Awet muda/Shy/
Arisena: /Slight/
total 1 replies
Tanata✨
Ngakak plisss😭😭✌🏻
Tanata✨
Wkwk, terkadang aku suka gemes kalau cheng huang mulai mengeluh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!