Dilarang Boom Like!!!
Tolong baca bab nya satu-persatu tanpa dilompat ya, mohon kerja sama nya 🙏
Cerita ini berkisah tentang kehidupan sebuah keluarga yang terlihat sempurna ternyata menyimpan rahasia yang memilukan, merasa beruntung memiliki suami seperti Rafael seorang pengusaha sukses dan seorang anak perempuan, kini Stella harus menelan pil pahit atas perselingkuhan Rafael dengan sahabatnya.
Tapi bagaimanapun juga sepintar apapun kau menyimpan bangkai pasti akan tercium juga kebusukannya 'kan?
Akankah cinta segitiga itu berjalan dengan baik ataukah akan ada cinta lain setelahnya?
Temukan jawaban nya hanya di Noveltoon.
(Please yang gak suka cerita ini langsung Skipp aja! Jangan ninggalin komen yang menyakitkan. Jangan buka bab kalau nggak mau baca Krn itu bisa merusak retensi penulis. Terima kasih atas pengertian nya.)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENDUA 17
"Maaf, Mas. Tadi aku menyuruh Pak Edi untuk membersihkan mobil kamu yang sedikit berdebu dan berantakan itu." Ucap nya, lalu berjalan menghampiri sang suami yang sudah mengambil tas kerja di kamarnya.
Mendengar ucapan Stella, wajah Rafael sedikit cemas dan menegang.
"Ada apa, Mas? Kenapa wajah kamu tegang begitu? Sudahlah, Mas ngak perlu cemas gitu. Pak Edi itu tidak mungkin mengambil barang-barang yang ada di mobil. Jadi Mas yang tenang aja."
Hanya sebuah anggukan kecil seraya menggaruk-garuk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Tetapi tidak mengurangi rasa gugup nya, sehingga mengundang perhatian Stella. Stella menelisik wajah Rafael yang semakin terlihat menegang. Entah hal apa yang membuat sang suami terlihat tegang.
"Enggak! Tadi aku pikir Pak Edi ada masalah sama Pak Harun, soalnya mukanya kelihatan banget kayak mau berantem."
"Sudahlah, Mas! Kamu jangan terlalu berlebihan. Sahut Stella.
"Ya sudah kalau begitu tolong Pak Edi antar Rafella pergi ke sekolah ya. Oh iya, kunci mobil saya mana, Pak Edi?"
"Sebentar Pak, kuncinya ada di dalam mobil biar saya ambilkan ya pak."
Keletuk (anggap aja suara kotak kecil yang jatuh dari dalam mobil ya)
'Astaga! Kenapa pakai acara jatuh segala lagi. Bagaimana kalau itu barang berharga milik Pak Rafael? Lalu dia marah dan menyuruhku mengganti barang itu gimana?'
'Aduh, sial! Itu kan cincin Angel kenapa dia senggol, pakai jatuh lagi. Mudah-mudahan Stella gak lihat.'
'Syukurlah, Stella gak lihat kotak itu.'
Rafael tengah memperhatikan wajah Stella yang masih menatap lurus ke arah taman dimana ada beberapa bunga yang bermekaran dengan indah disana.
Sejenak Rafael merasa lega karena sang istri tidak melihat kotak kecil itu yang baru saja jatuh di depan mobil, tapi itu hanya beberapa saat saja karena sang buah hati sedari tadi tengah menangkap dan memperhatikan benda tersebut yang jatuh dari dalam mobil. Kemudian Rafella melontarkan sebuah pertanyaan yang berhasil membuat Rafael tersentak kaget dengan apa yang di katakan putrinya.
"Mang Edi, itu apa yg jatuh?"
Seorang anak perempuan yang tengah berdiri di depan mobil Rafael dengan pakaian lengkap seragam sekolahnya. Kini pandangannya tertuju pada sebuah kotak kecil yang baru saja jatuh di bawah mobil. Tiba-tiba kedua pupilnya melebar menatap penasaran pada kotak kecil berwarna biru tersebut.
Entah kenapa benda tersebut menarik perhatian Rafella, membuat anak kecil itu semakin penasaran dengan apa yang ada di dalam kotak kecil yang dia lihat barusan. Segala macam imajinasi bergelayut manja di kepala anak kecil tersebut, membayangkan apa yang ada di dalam kotak itu.
Sedangkan Pak Edi yang mendengar putri majikan nya berkata seperti itu, sontak Pak Edi dengan sigap mengambil dan meletakkan kembali kotak kecil berwarna biru ke dalam mobil. Lalu Pak Edi tutup kembali pintunya sembari tangan kekarnya menggenggam kontak mobil Rafael.
"Enggak, gak ada yang jatuh kok, Non!" Jawab Pak Edi.
"Tapi ... tadi Rafella sempat lihat kalau barusan ada yang jatuh, Dad." Kekeh Rafella berusaha meyakinkan Daddy nya bahwa apa yang dia lihat tadi adalah benar.
"Eng-gak gak ada yg jatuh kok sayang. Emmm ... kunci mobil saya mana Pak Edi?" Ucap Rafael terbata lalu dia bertanya perihal kontak mobilnya pada Pak Edi untuk mengalihkan kegugupan yang menyelimuti dirinya.
"Ini, Tuan." Pak Edi menyerahkan kontak mobil pada Rafael dengan menunduk sopan.
"Kamu gak boleh terlambat berangkat ke sekolah ya, sayang. Ayo berangkat." Seru Rafael pada putrinya yang secara halus mengusir sang buah hati untuk segera berangkat sekolah karena Rafael tidak ingin jika Rafella membahas kotak tersebut, mengingat ada sang istri yang ada di sampingnya. Rafael takut kalau Stella sampai tahu isi dalam kotak itu.
"Beneran kok Dad ... barusan Rafella lihat kotak biru itu yang jatuh dari mobil Daddy."
Untuk kesekian kalinya Rafella menjelaskan kembali pada Daddy nya, yang berhasil membuat Rafael semakin gereget pada putrinya.
Bagaimana tidak greget? Rafael yang berusaha keras untuk menutupi perihal kotak kecil itu, akan tetapi sang buah hati tetap saja terus membahas kotak itu. Hingga kini Rafael terkejut dengan apa yang di lakukan putrinya saat ini.
"Rafella ... Rafella ..." Rafael memanggil putrinya dengan nada sedikit tinggi seolah dirinya tengah memperingatkan sang buah hati untuk tidak masuk ke dalam mobil.
Namun, Rafella dengan rasa penasaran yang sangat tinggi, buru-buru dia berlari kecil, lalu membuka pintu mobil Rafael. Setelah itu Rafella keluar sembari membawa kotak kecil berwarna biru yang berhasil mengundang perhatian Stella akan benda tersebut, terlebih saat Stella melihat isi dari kotak itu saat sang buah hati membukanya.
"Wah ternyata isinya cincin, bagus banget cincin nya."
Rafella membuka kotak biru itu yang memperlihatkan sebuah cincin berlian bermata biru yang bersinar lebih tepatnya di sebut dengan Blue Safir. Kedua matanya terbelalak seakan tersihir oleh keindahan dari cincin tersebut.
"Rafella, boleh Mommy lihat sebentar, Sayang." Pinta Stella pada putrinya berharap sang buah hati mau memberikan kotak itu pada dirinya.
"Apa ini mas? Cincin untuk siapa ini sepasang ...." Tanya Stella sembari memegang cincin tersebut di angkat nya ke udara dengan bibir bergetar dan sebuah amarah yang tertahan di hati.
"Coba jawab aku Mas! Cincin siapa ini ada di mobil kamu, hah?"
Stella kembali bertanya dengan nada yang cukup lebih tinggi dari sebelumnya, dadanya begitu sesak seakan ada batu besar yang menghimpitnya.
Walaupun begitu tetap Rafael bergeming di tempatnya, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya hingga membuat gelombang emosi Stella memuncak.
"Jawab aku Mas! Ini cincin punya siapa, kenapa ada cincin ini di mobil kamu?" Bentak Stella dengan sorot mata yang tajam bak seekor elang yang ingin memakan mangsanya.
Lima detik kemudian, akhirnya Rafael menjawab segala pertanyaan Stella yang terus menggelitik di benaknya.
"Sayang, tolong jangan salah paham dulu. Dengarkan aku sebentar!" Pinta Rafael menatap dalam wajah Stella yang ada di hadapannya.
"Ok, aku dengarkan. Sekarang, tolong jelaskan Mas! Apa maksud dari semua ini."
Stella menatap tajam suaminya yang terlihat gugup, tapi secepat mungkin Rafael mengubah ekspresi wajahnya membuat Stella bingung.
"Itu cincin punya Roni, Sayang. Dia sengaja menitipkan cincin itu kepadaku karena dia akan memberikan pada kekasihnya di saat hari ulang tahun kekasihnya nanti." Terang Rafael pada istrinya, coba meyakinkan Stella kembali agar sang istri bisa mempercayainya lagi.
'Apa benar yang di katakan Mas Rafael itu? Kenapa hatiku masih belum puas dengan jawaban yang di berikan Mas Rafael barusan.'
'Aaah ... mikir apa sih aku ini, sudahlah mungkin benar apa yang di katakan Mas Rafael, kalau cincin itu milik Roni untuk kekasihnya.'
"Jadi ... cincin ini milik Roni yang akan di berikan pada kekasihnya?" Stella mengulang kembali pertanyaan yang di katakan oleh Rafael, menelisik wajah suaminya seolah mencari kebohongan di dalam sana. Tetapi, Rafael cukuplah pintar untuk menutupi segala sesuatu sehingga siapapun percaya dengan mulut manisnya.
"Iya benar, Sayang. Roni sengaja menitipkan cincin itu kepadaku." Jawab Rafael asal yang tanpa memikirkan konsekuensi nya terlebih dahulu.
Stella manggut-manggut kan kepalanya seolah dia paham akan apa yang di jelaskan oleh suaminya. Namun setelah beberapa saat kemudian, Rafael di buat tercengang dengan keinginan Stella yang menurutnya tidak masuk akal.
"Kalau begitu, apa boleh aku yang menyimpan cincin ini? Nanti kamu bisa memintanya padaku, Sayang." Tawar Stella pada Rafael, dia berharap sang suami mengiyakan keinginan nya untuk menyimpan cincin tersebut.
Entah kenapa hati kecil Stella mengatakan lain, menolak keras dengan apa yang di katakan oleh suaminya perihal cincin itu. Tapi, Stella yang tidak ingin panjang lebar dan berujung berdebat dengan suaminya, dia memilih untuk mempercayai semuanya walau dia harus berpura-pura bodoh di depan suaminya karena saat ini dirinya belum memiliki bukti akurat atas perselingkuhan yang di lakukan oleh suaminya.
Selain itu dirinya pun tidak tahu wanita siapa yang ada affair dengan suaminya. Maka dari itu dia akan memulai semuanya untuk menyelidiki apapun yang berhubungan dengan suami tercintanya itu.
Jujur saja jauh di dalam lubuk hati Stella yang paling dalam, dia sangat takut sekali mengetahui fakta sebenarnya perihal suaminya itu. Namun, untuk saat ini dia harus mengenyampingkan perasaannya, dia berharap bisa hati dan mentalnya bisa sekuat baja setelah semuanya terungkap.
"Bagaimana, Mas?"
'Gimana ini, kalau cincin itu di simpan Stella itu artinya aku gak bisa kasihkan ke Angel dong, tapi kalau aku menolak tawaran Stella ... takut nya dia mencurigaiku lagi.'
"Mas Rafael ...!" Pekik Stella yang berhasil membuat Rafael tersentak kaget dengan suara Stella barusan.
"Eh, i-iya Sayang! Baiklah, kamu saja yang menyimpan cincin itu." Tanpa berpikir panjang Rafael mengiyakan permintaan istrinya, dan berusaha setenang mungkin di hadapan Stella walaupun dia tahu jantungnya kini bergetar tak seirama.
"Makasih, Sayang. Aku akan menyimpan cincin ini di tempat yang aman dan nanti kalau Roni ingin mengambilnya, Mas tinggal bilang sama aku aja ya."
"Iya, Sayang. Kalau begitu ayo kita berangkat sekarang." Ajak Rafael pada istrinya yang tadi berkeinginan ikut ke kantornya.
"Maaf Mas, aku lupa kalau hari ini Mama mau datang kesini, Mama rindu Rafella mau bertemu dengan cucu kesayangan nya."
"Oh begitu! Ya sudah, Mas jalan dulu ya. Kamu hati-hati dirumah."
"Iya, Sayang. Kamu jangan khawatir, aku akan menjaga diriku sebaik mungkin disini."
Rafael mengecup kening Stella lama seolah tidak ingin pergi jauh dari istrinya, sebelum akhirnya dia masuk ke dalam mobil dan meninggalkan mansion.
🍁Kantor Rafael🍁
"Selamat Pagi, Tuan. Hari ini akan ada meeting bersama Tuan Hirosakhi, client kita dari Jepang tepatnya nanti jam 9."
Roni membuka iPad nya membacakan jadwal Rafael hari ini yang sudah di agendakan tiga hari yang lalu.
"Baiklah, kalau begitu kamu boleh keluar."
Rafael mengangguk dan menyuruh Roni secepatnya untuk keluar karena dia tidak ingin privasinya terganggu.
"Maaf Tuan, boleh saya lihat berkas Proposal PT. Nagasaki?" Tanya Roni pelan.
"Astaga! Proposal itu ketinggalan Ron. Sekarang cepat kamu ambil di mansion, aku menyimpan nya di ruang kerjaku." Rafael tersentak kaget mendengar apa yang di katakan asistennya, lalu tak menunggu lama dia menyuruh Roni untuk mengambil proposal itu.
"Baik Tuan, saya permisi dulu." Pamit Roni membungkukkan badannya memberi hormat pada Rafael selaku atasan nya, kemudian dia pergi meninggalkan ruangan itu.
*
"Roni ... ada hal yang mau saya tanyakan sama kamu?
"Maaf tentang apa ya, Nyonya?"
"Apa benar cincin ini milik kamu ...."
.
.
.
🍁Bersambung🍁