milchtee99_ dlbtstae99_
Chandra Maverley adalah CEO tampan dan kaya raya, banyak kaum hawa yang ingin bersanding dengan dengannya. suatu malam, Chandra dijebak oleh seseorang dan berakhir melakukan hubungan terlarang dengan Audrey gadis cantik yang bekerja part time ditempat Chandra bertemu kliennya.
Lima tahun kemudian, Chandra datang ke Desa Simphony. Kedatangannya hanya untuk melihat perkembangan pembangunan hotel yang baru mulai di bangun. Tanpa sengaja bertemu dengan dua anak kembar yang sedang berjualan es lilin tak jauh dari tempat lokasi pembangunan.
“Om mau beli es lilinnya Ana, nda ? Masih segel nih, nda meleleh kok es-nya cuma bisa cail ja ! “
“Dua lebu satu, beli lima gelatis mommy Lea ! " sambung Azalea penuh semangat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dlbtstae_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecurigaan Chandra dan Papi Cakro
Suasana di halaman kediaman keluarga Maverley sangat tegang sore itu. Langit mendung seolah ikut menggambarkan kemarahan yang sedang membara di hati Chandra. Semua bodyguard berkumpul di depan rumah mewah tersebut, berbaris dengan rapi namun penuh kecemasan. Wajah mereka memucat saat melihat Chandra yang berdiri di depan, bersama Papi Cakro dan Asisten Rafael.
Chandra menatap satu per satu wajah para bodyguardnya dengan pandangan tajam. Amarahnya belum juga reda sejak kejadian yang menimpa putrinya, Alana. Baginya, ada sesuatu yang salah sesuatu yang membuat insiden itu bisa terjadi. Dan kali ini, dia tak akan membiarkan siapapun lolos dari pertanggungjawaban.
“Semua kumpul di sini, sekarang!” perintah Chandra dengan suara yang tegas dan berwibawa. Para bodyguard semakin mendekat, membentuk barisan yang rapi. Wajah mereka menunjukkan ketegangan dan ketakutan, karena belum pernah mereka melihat Chandra semarah ini.
Chandra mengambil langkah maju, berdiri di hadapan mereka. “Kalian semua tahu mengapa kalian dikumpulkan di sini, bukan?” tanyanya dengan nada dingin. Tidak ada yang berani menjawab, semua hanya menunduk dalam diam.
“Apa yang terjadi hari ini adalah bukti kegagalan kalian dalam menjalankan tugas!” Chandra melanjutkan, suaranya semakin meninggi. “Putri saya, Alana, hampir t3was karena kalian lalai! Kalian seharusnya menjaga keamanan keluarga ini, tapi lihat apa yang terjadi!”
Papi Cakro berdiri di samping Chandra, sorot matanya penuh dengan kekecewaan. Meskipun sudah sepuh, suaranya masih terdengar tegas dan mengintimidasi. “Kami membayar kalian untuk melindungi keluarga kami, bukan untuk membiarkan hal seperti ini terjadi. Apa kalian pikir ini main-main?”
Suasana semakin mencekam. Beberapa bodyguard tampak berkeringat, sebagian bahkan tak berani menatap langsung ke arah Chandra dan Papi Cakro. Mereka semua tahu bahwa kali ini, hukuman tidak akan mudah.
Chandra kembali berbicara, nada suaranya semakin penuh emosi. “Yang lebih parah lagi, saya mencurigai ada di antara kalian yang berkhianat. Ada yang sengaja membocorkan informasi dan membuat Alana terluka. Kalian kira saya tidak tahu?”
Kerumunan itu semakin resah. Tidak ada yang berani bergerak atau berkomentar, takut kalau gerakan sekecil apa pun akan mencurigakan di mata Chandra. Sementara itu, Asisten Rafael berdiri sedikit di belakang, mengamati satu per satu bodyguard dengan tatapan tajam. Selama beberapa hari terakhir, ia telah mengamati gelagat mereka, mencari tahu siapa di antara mereka yang mungkin berkhianat.
“Saya sudah menyelidiki,” lanjut Chandra, menatap para bodyguard dengan tatapan tajam yang menusuk. “Dan saya tahu ada beberapa dari kalian yang mencurigakan. Jika ada yang berani mengkhianati kami, saya tidak akan segan-segan menghancurkan hidup kalian!”
Asisten Rafael melangkah maju, memberi tanda kepada Chandra bahwa ia punya sesuatu untuk disampaikan. “Kami sudah menemukan beberapa orang yang mencurigakan, Tuan Chandra. Tapi untuk sekarang, izinkan kami untuk lebih mendalami kasus ini sebelum mengambil tindakan.”
Chandra mengangguk. Meskipun ia marah, ia masih mempercayai kemampuan Rafael dalam menangani situasi ini. “Baik, Rafael. Lanjutkan penyelidikan-mu. Saya ingin bukti yang jelas sebelum kita menjatuhkan hukuman.”
Rafael menatap lima bodyguard yang dicurigainya dari jauh. Kelima orang itu menunjukkan tanda-tanda gelisah yang mencolok sejak awal pertemuan. Mereka tampak berbeda dari yang lain; beberapa kali Rafael memergoki gerakan mencurigakan di luar prosedur biasa. Namun, untuk sekarang, Rafael memilih menyimpan informasi itu, menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkannya.
Chandra kembali berbicara kepada para bodyguard. “Kalian semua akan mendapatkan hukuman karena kelalaian ini. Ini bukan soal siapa yang bersalah, tapi karena kalian semua telah gagal melindungi keluarga ini. Mulai sekarang, tidak ada toleransi terhadap kesalahan. Kalian harus bekerja dua kali lebih keras. Kalau ada yang berani macam-macam lagi, jangan salahkan kami kalau kami mengambil tindakan yang lebih kejam.”
Papi Cakro maju dan memberi instruksi tambahan, memerintahkan semua bodyguard untuk menjalani latihan fisik yang berat sebagai hukuman. Tidak ada yang protes, mereka semua menerima hukuman dengan pasrah, meski wajah mereka menahan kesakitan.
Setelah hukuman fisik selesai dijalankan, Papi Cakro memberi isyarat kepada Chandra dan Rafael untuk masuk ke dalam rumah. Mereka melangkah menuju ruang kerja Tuan Maverley, di mana percakapan lebih serius akan berlangsung.
Di dalam ruangan, Papi Cakro duduk dengan wajah lelah namun tegas. Ia menatap Rafael dengan harapan bahwa asisten setianya ini bisa memberikan jawaban atas kecurigaan mereka. “Rafael, jelaskan siapa saja yang kamu curigai,” kata Papi Cakro sambil melipat tangan di dadanya.
Rafael menarik napas, mencoba merangkai kata-kata yang tepat. “Saya sudah mengamati selama beberapa hari terakhir, dan ada lima orang yang perilakunya sangat mencurigakan. Mereka sering berkumpul secara diam-diam, berkomunikasi dengan orang luar yang tidak dikenal, dan beberapa kali terlihat sengaja menghindari tugas.”
Chandra mengepalkan tangan, menahan amarah yang siap meledak. “Siapa mereka, Rafael? Aku ingin nama-nama mereka sekarang.”
Rafael menggeleng pelan, menatap Chandra dengan tenang. “Saya tidak bisa menyebutkan nama mereka sekarang, Tuan Chandra. Saya masih perlu memverifikasi beberapa hal. Tapi percayalah, saya akan mengungkapkan siapa pengkhianatnya dalam waktu dekat.”
Papi Cakro mengangguk setuju, meskipun terlihat tidak sabar. “Kita harus bertindak hati-hati, Chandra. Jika kita salah menuduh, situasinya bisa semakin rumit. Biarkan Rafael melakukan pekerjaannya.”
Chandra menghela napas berat, meski tidak puas. Ia tahu ia harus bersabar meskipun amarahnya memuncak. “Baiklah. Tapi Rafael, aku tidak akan menunggu lama. Temukan pengkhianat itu secepatnya, atau aku sendiri yang akan bertindak.”
Rafael menunduk, menerima perintah Chandra dengan penuh tanggung jawab. “Saya mengerti, Tuan Chandra. Saya akan pastikan kita menemukan siapa yang telah berkhianat.”
Percakapan itu berakhir dengan ketegangan yang masih menggantung di udara. Mereka tahu, siapa pun yang mengkhianati keluarga Maverley akan segera menghadapi konsekuensi berat. Bagi Chandra, ini bukan hanya tentang pengkhianatan; ini adalah tentang melindungi keluarganya dari ancaman yang datang dari dalam.
*
*
*
*
Sementara itu, Audrey tengah menyuapi Azalea dan Alana makan. Sudah satu jam, Alana sadar dan itu masih sangat lemah. Audrey dan lainnya mengucap syukur bahkan Tuan Maverley diam-diam mengusap air matanya.
“Mommy, yam goyeng na.. “ ujar Alana pelan.
“Iya ini, aaa dulu “ kata Audrey kembali menyuapi Alana yang meminta ayam goreng.
Tuan Maverley meminta putra bungsunya untuk membelikan banyak ayam goreng untuk kedua cicitnya terutama Alana yang sudah sadar dari masa kritisnya.
“Mommy, tumben ayam goleng na banyak ? “ tanya Azalea bingung.
Audrey tersenyum. Tika yang masih di sana langsung memberitahukan kepada Azalea jika Tuan Maverley yang membelikan banyak ayam goreng untuk keduanya. Mendengar itu, sontak Azalea menatap heran bubunya.
“Benelan bubu yang beliin ? Pelasaan bubu dali tadi di sini, nda ada kelual-kelual kamal” kata Azalea tak percaya.
“Heee pelcaya cama bubu, sama aja pelcaya dulian belbuah cepuluh kali, “ seru Alana lirih yang mana membuat Tuan Maverley membulatkan kedua matanya.
“Eeeeee cebol badakkkk !! Di kira beli ayam goreng sebanyak itu pake daun ??!! Dibeli pake uang bubu mu ini lohhhhhhhh !!! Au ahhhh debat mulu perasaan ! “ pekik Tuan Maverley kesal.