⚠️WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA⚠️
Pernikahan yang tidak didasari oleh rasa cinta memang sangat sulit untuk dijalani. Apalagi dengan seorang yang sudah dianggap sebagai musuh sendiri. Seperti itulah kisah Cassie dan Gavino. Dua orang yang harus terjebak dalam status suami-istri karena perjanjian keluarga mereka. Mampukah mereka mewujudkan pernikahan yang bahagia?
Cassie hanya ingin mengukir kebahagiaan nya.Namun apakah ia bisa di tengah kehidupan yang begitu kejam? Bisakan ia bertahan dengan Gavino Zachary Bramasta?
Start: 8 Juli 2024
End:
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heninganmalam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15 - Jealous
"Hukuman lo... Jadi pacar gue.”
Hukuman yang diberikan Ezra membuat Cassie melotot.
Hal itu membuat Ezra tertawa dan mencubit kedua pipi Cassie dengan gemas, “Lo nggak lupa kan kalau kita belum ada kata putus.”
Bukannya menjawab Cassie malah mengangkat tangannya, menunjukkan cincin yang tersemat pada jari manisnya.
“Lo udah tunangan?”
Cassie menggeleng, “Nikah karena perjodohan bukan cinta.”
“Yah gue telat banget ya datengnya. Bisa dimarahin bunda nih karena nggak jadi bawa calon mantu pulang ke rumah.”
Benar, Cassie baru ingat dengan Nathalie, ibu Ezra. Ia mengingat semua perlakuan manis yang ibu dua anak itu berikan padanya. Kasih sayang yang sangat ia rindukan dari seorang ibu.
“Eh iya gimana kabar bunda sama ayah? Baik-baik kan semuanya? Emily juga baik-baik kan? Udah SMA ya dia sekarang berarti. Eh tapi adik lo masih satu kan kak? Atau nambah lagi?”
Cassie begitu bersemangat menanyakan banyak hal kepada Ezra hingga membuat pria itu bingung harus bagaimana. Ia hanya tersenyum dan menutup bibir Cassie dengan telunjuknya.
Ternyata wanita itu masih sama seperti dulu. Meskipun diluar bersikap angkuh, nyatanya Cassie masih cerewet seperti dulu.
“Semuanya baik. Kalau lo mau nanti bisa mampir rumah.”
Tanpa berpikir Cassie pun mengangguki ajakan Ezra. Ia begitu rindu pada semua yang ada dalam rumah Ezra. Setelah itu mereka kembali berbincang banyak hal hingga waktu istirahat tiba. Banyak sekali yang diceritakan oleh dua orang yang baru bertemu kembali itu. Cassie sampai melupakan tugasnya sebagai seorang mahasiswi baru.
Namun biarlah, berbincang dengan Ezra lebih seru daripada mengikuti rangkaian ospek. Toh ia juga berbincang dengan penanggung jawab kegiatan jadi tak mungkin ada yang berani menegurnya.
“Lo mau kemana abis ini?” tanya Ezra setelah keduanya keluar dari ruangan sekretariat BEM.
“Palingan mau makan sama anak-anak. Dari tadi dah nelpon terus.”
Yang dimaksud Cassie adalah Lily yang sejak tadi tak pernah absen untuk menelponnya walaupun gadis itu sedang ospek.
Hal tersebut membuat Ezra terkekeh, “Lo nggak mau makan sama gue aja? Free, gue yang nraktir.”
“Nggak ah. Gue males berurusan sama fans lo. Nanti malah ada masalah baru lagi.”
Ezra mengangguk paham, “Ya udah kalau gitu.”
Setelah berpamitan, Cassie pun melangkah pergi meninggalkan Ezra. Namun baru saja beberapa langkah netranya tertuju pada seorang pria yang tengah cekikikan dengan seorang wanita. Gavino tertawa dengan Grizelle tanpa beban sedikitpun.
Kenyataan itu membuat Cassie kesal dan berjalan kembali menemui Ezra. Menggandeng tangan pria itu untuk menuju kantin.
Berulang kali Ezra bertanya kepada Cassie tetapi wanita itu hanya memberikan janji untuk menjelaskannya nanti.
Well Ezra pun menyetujuinya dan balik merangkul Cassie. Mereka berjalan dengan mesra menuju kantin, melewati Gavino dan Grizelle serta semua orang yang menatap mereka kaget.
Banyak dari fans-fans Ezra yang semakin membenci Cassie karena mengira perempuan itu menggoda idola mereka. Jelaslah semua orang salah paham tetapi Cassie tak peduli dengan semua orang.
Yang ia pedulikan hanyalah membalas perbuatan suaminya dengan menggandeng pria lain tepat di depan Gavino. Ia akan menunjukkan bahwa ia juga bisa bermain api dengan pria lain.
...-+++-...
“Cassie!!”
Kedatangan Cassie dan Ezra langsung disambut oleh teriakan Lily yang begitu heboh. Mereka pun langsung mendatangi tiga wanita yang sudah duduk di salah satu bangku dengan makanan yang sudah tersaji.
“Ini siapa, Cas?” tanya Lily penasaran ketika menyadari kehadiran Ezra.
Bukannya menjawab, Cassie malah beralih menatap Celline, “Lo inget nggak sama dia?” tanyanya menunjuk Ezra. Sedangkan yang ditunjuk malah berpose dengan mengangkat dua jarinya.
“Siapa...” Celline menatap wajah Ezra seraya berpikir, “Oh mantan lo ya?! Kak Ezra kan.”
Lelaki itu hanya tersenyum bangga, “Lo masih pinter aja ya. Tapi koreksi, gue sama Cassie kan belom ada kata putus, Cel. Jadi masih pacaran gasi kita?” ucapnya menatap Cassie sambil menaik turunkan alisnya.
Cassie hanya dapat menggelengkan kepalanya, “Iyain biar seneng.”
Ucapan Cassie membuat semuanya tertawa. Setelah itu merekapun menikmati pesanan mereka sambil mengobrol tentang banyak hal. Mengabaikan tatapan semua pengunjung kantin.
...-+++-...
Pada sore hari, tepatnya setelah ospek selesai, Cassie pergi bersama Ezra untuk mengunjungi rumah Ezra seperti janjinya tadi siang. Mereka pergi menggunakan motor sport Ezra.
Sejujurnya melihat motor Ezra membuat Cassie ingin menyetirnya sendiri. Sudah lama ia tak membawa motor sport. Terakhir kali adalah saat ia pergi bersama Aaron dan menyetir motor sport milik Aaron.
Wanita itu pun menghela napasnya, “Kak mau gue aja nggak yang nyetir. Lo pasti capek kan."
Namun pria itu justru tertawa, “Nggak ah. Ntar orang-orang nyalahin gue lagi karena ngebiarin cewek boncengin gue pake motor gede kayak gini. Gue juga kan nggak mau lo terluka bebeb.”
Ctak!
Cassie memukul helm Ezra, “Eeq. Jijiq banget gue dengerin lo! Lo belajar gombal gini darimana sih kak. Alay bet dah.”
Ezra tertawa mendengar protes Cassie. Sangat menggemaskan dan membuatnya tak puas jika menjahili wanita itu satu kali saja,
“Sakit tau pala gue lo pukul,” ucapnya membuat Cassie sedikit panik.
“Beneran lo? Lemah banget baru juga dipukul. Kan pake helm.”
“Kan suaranya nyampe ke telinga gue. Telinga gue mentransfer suara itu ke otak gue jadi bikin gue pusing.”
Wanita itu menghembuskan napas panjang, “Ya udah deh maap, ntar gue traktir deh sepuas lo,” ucapnya lembut seraya mengelus helm Ezra.
Kembali Ezra tertawa dan Cassie baru sadar jika dirinya kembali menjadi korban kejahilan Ezra. Ia pun menggelitiki pria itu hingga Ezra kegelian. Masa bodoh jika pria itu terus menggeliat dan menyuruhnya berhenti.
Keduanya tertawa bersama hingga tak sadar jika ada yang memperhatikan mereka.
Gavino, pria yang sedang membukakan pintu untuk Grizelle itu tak sengaja melihat kemesraan istrinya dengan lelaki lain. Bukannya ia cemburu, ia hanya kesal melihat istrinya tertawa dengan lelaki lain padahal jika bersama dengan dirinya wanita itu jarang sekali tersenyum apalagi tertawa.
Nggak usah keganjenan jadi cewek. Pulang sekarang atau gue hukum lo lagi!
Tulis Gavino pada kolom pesan yang ia kirimkan kepada Cassie. Dengan hati yang sudah panas ia kembali menyuruh Grizelle keluar dari mobilnya dan membuat wanita itu kebingungan.
“Lo pulang dulu sendiri ya. Gue ada urusan.”
“Kenapa? Urusan apa Gav?”
Pertanyaan Grizelle hanya dijawab oleh angin yang berlalu. Pria itu sudah terlanjur masuk ke dalam mobil dan melajukannya dengan kecepatan tinggi hingga hilang dari hadapan Grizelle dalam sekejap.
“Ck. Dia kenapa sih?!”
...-+++-...
Duduk di jok penumpang yang tinggi membuat angin lebih banyak menerpa Cassie. Sedangkan Ezra hanya tersenyum memandang Cassie yang sedang memejamkan matanya dari kaca spion. Rindu sekali ia melihat senyum manis Cassie yang tanpa beban.
Namun sebuah mobil yang melaju cepat dan berhenti tepat di depannya membuat Ezra mengerem motornya tiba-tiba hingga membuat Cassie terkejut dan memeluk Ezra kuat-kuat.
“Anjir gue kaget tau kak!”
“Sorry-sorry nih mobil lho buat gue ber-.”
“CASSIE!”
Suara berat Gavino langsung memenuhi gendang telinga Cassie. Pria yang sudah marah itu pun langsung menarik tangan Cassie hingga membuat wanita itu hampir jatuh.
“Lepasin dia!” geram Ezra melepaskan cengkraman Gavino dari tangan Cassie. “Lo siapa sih?!”
“GUE SUAMINYA!”
Ezra langsung terdiam. Ia langsung menoleh ke arah Cassie untuk mendapatkan jawaban. Ia hanya tersenyum getir ketika wanita itu mengangguk. Malang sekali wanita itu mendapatkan suami kasar seperti ini.
Ezra kembali menatap Gavino, “Kalau lo suaminya lo seharusnya nggak kasar sama istri lo sendiri.”
“Terserah gue,” ucap Gavino. Pria itu kembali menatap Cassie, “Pulang sekarang!” perintahnya kembali menarik tangan Cassie.
Hampir saja Ezra kembali menahan Cassie tetapi gelengan Cassie membuatnya urung. Karena itu ia membiarkan hal itu dan menatap kepergian Cassie dalam diam.
Di sisi lain Cassie yang sudah berada di dalam mobil hanya diam memandang keluar jendela. Membiarkan suaminya melajukan mobil itu dengan kecepatan penuh.
Tak ada obrolan dari keduanya selama perjalanan. Ketika mereka tiba di apartemen pun tak ada yang memulai pembicaraan. Gavino langsung masuk ke dalam kamarnya sedangkan Cassie yang langsung menemui Siega.
Wanita itu langsung memberi makan anak kucing itu. Mengamati Siega yang makan dengan lahap. Ia menekuk kedua kakinya dan menjadikan lututnya sebagai tumpuan dagunya.
“Kamu tau nggak sih kenapa dia tuh nggak jelas banget?”
“Maksud lo gue?!”
Dekripsi suasana hati, tempat baik nya lebih di perjelas. Jangan hanya menekankan emosi perkarakternya saja.
Ceritanya sebetulnya Menarik, bisa dinikmati. Cuma sayang aja penggambarannya kurang jelas, Dari bab sekian yg udah kubaca, tiap muncul problem selalunya udah segitu aja, gak di perpanjang. Jadi kesannya kaya kurang pas gitu, lebih di olah lagi biar Kita yg baca beneran geregetan. /Pray//Smile/
dekripsi, alur, gaya menulis, sama peran perkarakternya itu bagus lohh.
Kulihat, ini tipikal novel yg alurnya cepat yaa.
Lanjutin Terus semangat /Good//Smile/