Amélie, seorang eksekutif muda di Paris, mulai dihantui oleh mimpi buruk yang misterius. Dia tertarik pada Lucian Beaumont, CEO karismatik di perusahaannya, yang hidupnya tampak sempurna namun belakangan terungkap penuh rahasia gelap. Kemudian Amélie menemukan tato di tubuh Lucian sama dengan simbol yang terus muncul dalam mimpinya. Mantan kekasihnya, Dominic, seorang pengusaha advertisement, memperingatkannya tentang bahaya Lucian, namun Amélie terlanjur terjerat dalam pesona Lucian
Di Inggris, Amélie menemukan bahwa keluarganya terlibat dalam mafia "9 Keluarga Ular Hitam" dan sekte pemuja Lucifer. Saat ia tahu semakin dalam, Amélie dipaksa untuk menandatangani perjanjian gelap dan menjadi pengantin Lucifer dalam sebuah ritual. Dalam pergulatan untuk bebas dari kegelapan, ia bertemu dengan Lilith, dewi kuno yang menawarkan kekuatan untuk melawan mafia dan sekte tersebut.
Amélie memutuskan untuk bersekutu dengan Lilith demi melawan Lucian dan mafia yang mengancam hidupnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leona Night, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surat Resign
Dreet….
Dreet…
Dreet…
Ponsel Amelie bergetar tanda ada panggilan masuk. Hari masih menunjukkan pukul 5 pagi waktu Paris Prancis. Penasaran dilihatnya siapa yang melakukan panggilan sepagi itu. Hemm Dominic.
Ck
Amelie berdecak, sambil memijit keningnya. Dia merasa terganggu dengan panggilan ponsel sepagi itu.
“Halo Dominic,”
“Pagi Sweet Heart. Aku hanya ingin memastikan, apakah kau sudah mempersiapkan dirimu untuk segera terbang ke London? Kau akan memenuhi janjimu bukan? Oya bagaimana dengan kasus pembobolan data pribadi CEO mu itu?
“Semuanya berjalan lancar sesuai rencana kita Dominic. Jejak digital yang mampu dia pantau atas pembobolan itu hanya mengarah padaku. Dan aku sudah memberikan argumen padanya, bahwa aku punya hak untuk tahu semuanya, termasuk data pribadinya sebagai CEO.”
“Apakah dia marah padamu Amelie?”
“Itu sudah pasti. Tapi aku tidak perduli itu, yang penting Sekretarisku terselamatkan,”
“Kapan kau akan berangkat ke London Amelie?
“Secepatnya, beri aku waktu.”
“Baiklah Sweet Heart, aku menunggumu,” KLIK
Amelie mendesah sambil menghela nafas panjang. Dalam hati dia bergumam, “ Masalah ini makin rumit.”
Ingin rasanya Amelie menjauh dari kedua laki laki yang sekarang ini punya pengaruh dalam hidupnya. Dominic, pacar masa lalu yang muncul kembali dan Lucian CEO baru di perusahaannya yang nampaknya penuh misteri dan punya agenda tersendiri terhadap dirinya.
Amelie bangkit dari tempat tidurnya, dia berjalan menuju dapur dan membuat kopi panas. Panggilan Ponsel dari Dom pagi itu membuyarkan rasa kantuknya. Sambil membawa kopi panasnya, dibukanya pintu apartemen yang menuju ke teras samping. Langit Kota Paris masih gelap. Udara pun cukup dingin. Tetapi bagi Amelie, duduk sendirian di teras macam pagi ini, mampu mengusir rasa galau di hatinya.
Sejenak Amelie merenung, “ Karirku di Beaumont Investment Global cukup cemerlang. Selama kepemimpinan Tuan Alex Beaumont, semua tampak lancar, indah dan baik baik saja. Aku merindukan Tuan Alex, dia benar benar pimpinan yang baik. Sekarang dengan CEO Iblis macam Lucian, karirku nampak suram.”
Diseruputnya kopi panas buatannya, lalu kembali dia merenung sambil bergumam sendiri, “Kota Paris yang indah, impian semua orang untuk bisa bekerja di Kota ini. Terutama para wanita pecinta Mode dan Busana sepertiku. Siapa yang tidak ingin melihat menara Eiffel setiap hari terpampang indah dari balik jendela kamar. Siapa yang tidak ingin punya pekerjaan dengan Salary dan kedudukan yang sangat prestisius? Namun bagaimana jika bos kita adalah perwujudan Iblis yang kejam dan tidak punya empati?”
Amelie menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi. Diletakkannya cangkir kopi di atas meja dekat kursi balkon yang dia duduki. Tak terasa, matanya kembali terpejam dan dia pun tertidur. Dengkurnya terdengar halus.
Kembali Amelie bermimpi, kali ini masih dalam posisi berlari di hutan yang sama. Lalu memasuki pintu gerbang yang sama. Bedanya saat ini setelah memasuki gerbang itu, Amelie bertemu dengan sebuah bangunan yang tidak terlalu besar. Hanya saja yang menonjol dari bangunan itu adalah terdapat sebuah ukiran atau sejenis banner yang melekat di dinding. Ukiran itu adalah sebuah gambar yang tidak begitu jelas, namun dibawahnya ada tulisan yang samar terbaca oleh Amelie, “L'Ordine del Serpente Nero (The Order of the Black Serpent)”
Seketika setelah membaca tulisan tersebut dalam mimpinya, Amelie terbangun dengan menghirup nafas panjang mirip orang yang tercekat kehabisan oksigen. Dengan kesadaran yang masih datang sebagian, Amelie berusaha mengingat kembali, dimana dia menemukan tulisan itu. Dalam hati dia bergumam,” File pribadi Lucian” Apa sebenarnya kaitan Lucian dengan The order of The Black Serpent? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
******
Di sisi lain, Lucian duduk termangu di tepi tempat tidur di Mansion mewahnya. Dia tidak habis pikir, mengapa dia jadi begitu terbawa perasaan dalam hubungannya dengan Amelie. Sebagai laki laki yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga mafia paling berpengaruh di itali, bisa dibilang dirinya jauh dari darah aristokrat. Tetapi kerajaan bisnis dan pengaruh keluarganya melebihi pengaruh pemerintah setempat. Ibarat kata perputaran uang dan bisnis di itali bahkan sebagian daratan eropa, dikuasai oleh geng Mafia keluarganya.
Dengan pengaruh sebesar itu, Lucian terbiasa tidak main perasaan. Dia menganggap semua perempuan sama. Hanya sebagai hiasan, dan mahluk doyan uang yang bisa dibeli. Namun baru kali ini, dia betul betul tidak berminat membeli Amelie. Dia ingin ketulusan dan cinta. Sesuatu yang sepanjang pergaulannya dengan perempuan adalah hal yang tidak pernah diharapkannya.
Bagi Lucian, ketulusan dan cinta hanya ada dalam lingkup keluarga. Baik itu keluarga sedarah, maupun kelompok gengnya. Lucian menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Dia bergumam dalam hati, “Apakah aku sudah mulai gila? Mengapa aku ingin memiliki wanita itu dengan cinta yang tulus? Mengapa aku berharap dia mencintaiku sepenuh jiwa raganya?”
“Haaah,” Lucian berteriak.
Dia pikir dengan teriakan kecilnya itu, dia mampu mengusir persaan resah dan yah ketololannya sebagai pewaris pucuk pimpinan geng mafia besar. Mana mungkin pimpinan Mafia jadi cengeng dan mendayu dayu macam ini?
“Tidak, aku tidak ingin perasaan konyol ini selalu menghantuiku. Aku tidak ingin setiap kali melihat wanita itu, aku bergairah dan ingin menidurinya. Ah Come on Lucian, apa menariknya wanita itu? Mungkin master menyukainya, tapi tidak denganmu Lucian. Dia sama sekali bukan typemu,”
Lucian berjalan ke sana kemari di dalam kamarnya yang lusa. Dia gelisah tiada tara. Gila, apakah aku harus seperti ini setiap kali akan ke kantor dan bertemu dengannya? Apa yang harus aku lakukan? Dengan tidak sabar, di pencetnya telepon kamar, “ Panggil Rosemary, katakan dia waktunya bertugas,”
Tak lama kemudian, Rosemary datang ke kamar Lucian. Wanita bayaran itu belum pulih benar dari permainan mereka sehari sebelumnya.
“Bagaimana luka punggungmu Rosemary?” tanya Lucian dengan acuh
“Masih sakit Lucian, namun aku siap melayanimu jika kau mau,” ujar Rosemary dengan suara menggoda.
Duduk dibawah kau, ujar Lucian. Lalu Lucian berkata, “Puaskan aku, pakai mulutmu, aku enggan berkeringat pagi hari,”
“ Baik sayang, apapun aku lakukan untukmu,”
Segera Rosemary merayu dan membuat Rudal Lucian bangkit lalu melakukan segala cara agar Lucian mendapatkan pelepasannya pagi itu. Lambat laun nafas Lucian menjadi berat, seolah ada sesuatu yang mendorongnya untuk mengejan.
“Terus Rosemary,”
Diraihnya kepala Rosemary dan diguncangnya dengan keras sehingga tercapailah apa yang dia dambakan pagi itu. Sebuah pelepasan. Dibiarkannya Rosemary menghisap dan membersihkan semuanya. Setelah itu dia berdiri, dan melemparkan sejumlah uang pada Rosemary.
“ Itu Tips untukmu, pakailah berobat untuk menyembuhkan lukamu. Siang ini, George akan mengantarmu ke Bandara. Pulanglah kau ke Itali. Tugasmu sudah selesai,” ujar Lucian tanpa memandang sedikitpun pada Rosemary dan berlalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
****
Pagi itu di Kantor Beaumont Global Investment terjadi kegaduhan. Eve meraung raung setelah keluar dari kantor kepala bagian SDM. Dia menagis tanpa henti. Rekan rekannya yang lain menenangkan Eve. Sambil menghiburnya.
Tak lama datanglah Amelie melewati kerumunan itu.
“Ada apa? Apa yang terjadi?” tanya Amelie dan membubarkan kerumunan kecil itu.
Eve langsung memeluknya dan bersimpuh, “ Amelie, aku dipecat tanpa penjelasan apapun. Tolonglah aku Amelie. Aku butuh pekerjaan ini, Please.”
Amelie memejamkan mata dan mendengus keras, dia tahu ini ulah siapa. Setelah menenagkan Eve, Amelie segera menuju ruang Lucian.
Tanpa mengetuk pintu dan basa basi, Amelie segera masuk bagai badai angin ke dalam ruangan Lucian.
“Apa maumu memecat Asistenku seenaknya? Apa salah dia?” suara Amelie menggelegar memecah keheningan pagi itu.
“Ckckckck, tenang Amelie, kendalikan dirimu,” Ujar Lucian seraya menggelapkan tirai ruang kantornya sehingga apapun yang terjadi di dalam tidak akan terlihat dari luar.
“Duduklah Amelie, tenang.”
“ Tidak perlu basa basi, katakan apa maumu?” kembali Amelie bertanya dengan nada gusar.
“Aku hanya tidak ingin ada pengkhianat bekerja di Kantor ini. Lihat itu,” ujar Lucian sambil memencet remot dan menyalakan layar televisi yang saat itu terhubung dengan pemutar rekaman CCTV.
Tampak Eve pada tanggal ketika dia dan Lucian ada di kepulauan Bahama, mengendap endap masuk ke dalam kamar Direktur SDM dan menyalakan komputer dan mengaksesnya. Dengan kaki naik diatas meja, Lucian berkata,” Itu perbuatan anak buahmu. Kau tahu sesuatu?”
“Aku yang menyuruhnya,” ujar Amelie
“Ohw, kau menyuruhnya melakukan itu? Untuk apa ? untuk mendapatkan data tentang diriku? Bodoh dan ceroboh sekali kau Amelie.”
“Please Lucian, jika kau mau menghukum seseorang, maka hukumlah aku. Pecat aku dan bukan Eve. Dia hanya melakukan apa yang aku suruh.”
“Sudah selesai? Keluar kau sekarang! Kau sudah tahu bukan alasan kami memecat Eve?”
“Lucian jangan tolol. Kau harusnya punya rasa belas kasihan, dia hanya pegawai biasa. Dengan kemampuan tidak terlalu istimewa. Jika kau memecatnya dengan alasan ini. Maka itu sama saja kau menghancurkan Karir Eve,” teriak Amelie
Lucian segera berdiri dan memojokkan Amelie ke tembok kantornya.
“Seharusnya kau berpikir seribu kali sebelum melakukan hal ini. Kaulah yang menghancurkan karir Eve dan bukan aku,” ujar Lucian dengan suara pelan tapi berat mirip geraman Harimau.
“Aku akan melakukan apapun, asal kau tidak memecat Eve,” ujar Amelie sambil menatap mata Lucian dengan tajam.
“Kau ingin apa Lucian, he? Tidur denganku? Menikmati tubuhku dan mengambil keperawananku? Lakukan! Lakukan sekarang juga Lucian. Tapi jangan pecat Eve,” Amelie berkata sambil mulai berkaca kaca.
“Owh Darling, hapus air matamu itu. Tapi Maaf, aku tidak berminat pada tubumu. Aku jijik denganmu Amelie. Kau menukar badanmu untuk apa? Pekerjaan Eve? Tolol.”
Lalu Lucian melakukan panggilan,” Security, usir wanita ini dari hadapanku,”
“Tidak perlu, jika kau tidak setuju, OK. Aku paham sekarang, bahwa aku tidak punya hak dan kewenangan apapun di kantor ini. Sesuatu yang Tn Alex tidak pernah lakukan padaku. Baik Lucian, kau ingin bermain api denganku, Ok. Jika Eve pergi maka aku juga akan pergi. Surat resign ku akan mendarat di mejamu satu jam lagi,”
Dengan langkah tegas dan tanpa ragu, Amelie segera keluar dari ruangan Lucian dan masuk ke kantornya. Dibukanya laptop, dan dibuatnya surat pengunduran diri serta penarikan sahamnya. Hatinya sangat dongkol dan dipenuhi amarah, sehingga jari jemarinya bergetar dan tidak terkontrol.
Baru saja dia selesai mencetak surat resing nya, ada ketukan halus di pintu depan ruang kerjanya.
“Masuk,” teriak Amelie dengan gusar.
Dilihatnya Eve masuk dengan wajah yang sudah berbeda dari saat dia datang. Wajah Eve tampak bahagia.
“Amelie, kau berhasil. Baru saja, bagian SDM memanggilku dan mereka katakan tidak jadi memecatku. Aku diberi kesempatan memperbaiki diri. Hanya saja, aku tidak lagi menjadi Asistenmu Amelie. Aku ditempatkan dibawah pengawasan Robert, direktur keuangan,” ujar Eve dengan mata berbinar bahagia.
“Syukurlah,” balas Amelie dingin.
Lalu tanpa memperdulikan tatapan heran Eve, segera dia kembali ke ruangan Lucian. Tanpa mengetuk pintu dan memperdulikan bahwa Lucian sedang berbicara dengan bagian SDM. Amelie masuk dan menghentakkan pintu.
Lucian kaget, demikian juga dengan Kabag SDM.
“Kembali ke tempatmu, kita bicara lagi nanti, “ ujar Lucian pada Kabag SDM
Setelah Kabag SDM keluar, Lucian berpaling pada Amelie,” Ada apa lagi sekarang? Khan sudah aku anulir keputusan pemberhentian Eve? Mau apa lagi kau?”
“Aku hanya ingin menyampaikan surat Resign. Aku akan kembali ke Inggris, dan meninggalkan Paris secepat mungkin.” kata Amelie sambil meletakkan surat tersebut di meja Lucian
Lucian hanya terpaku memandang surat resign Amelie dan membisu seribu bahasa.
**********
NB: Jangan Lupa Like, Komen dan Votenya, ya, Sayang sayangku. Biar tambah semangat nih Nulis ceritanya