AKSARA HARSA
“Truth or dare?”
Malam ini merupakan malam yang membawa kesialan bagi gadis yang sedang menyesap vapenya. Bagaimana tidak, botol beer yang diputarkan berhenti tepat di hadapannya, membuatnya harus memilih antara opsi kejujuran atau tantangan.
Allegra Cassieophia Moon. Masih ditemani dengan beer dan vapenya, wanita itu terlihat diam dan berpikir. Satu opsi yang tak mungkin ia pilih adalah kejujuran. Karena itu ia akan memilih opsi, "Dare."
Kedua pria yang menjadi lawan main Cassie tersenyum licik. Mereka adalah Dey dan Jimmy. Sedangkan sang pemilik tempat main mereka, Aaron masih diam seraya meneguk beernya.
Dey dan Jimmy saling berpandangan seperti merencanakan sesuatu melalui telepati hingga salah satu dari mereka membuka suaranya.
"Oke, dare buat lo adalah nelpon salah satu nomor di kontak lo sambil bilang 'I love you'," tantang Jimmy.
"NJING GILA YA LO PADA!" umpatan spontan keluar dari mulut manis Cassie. Ia tak mungkin melakukan hal itu.
Seorang Cassie tak pernah mengatakan cinta pada siapapun. Orang-orang yang selalu mengucapkan kata remeh itu padanya jadi ia tak bisa melakukannya. Bisa hancur citra diri yang telah ia bangun jika sampai melakukan hal itu.
Kedua pria itupun tertawa, "That's your choice girl," ucap Dey di sela tawanya.
Tanpa banyak bicara lagi, Jimmy segera mengambil paksa ponsel Cassie dan membuka aplikasi kontak pada ponsel tersebut. Ia menggulir kontak tersebut dan menghentikan jarinya pada salah satu nomor yang terpilih secara acak.
Tertulis nama 'Gav' dengan emoticon jari tengah pada nomor yang terpilih. Tanpa basa-basi, Dey langsung menekan ikon telepon dan menyalakan pengeras suaranya.
Cassie hanya dapat tersenyum menang melihat tingkah laku kedua temannya. Ia sangat yakin jika pemilik kontak itu tak akan menjawab teleponnya, secara ia tau betul jika pria itu sangat membencinya.
Namun di luar ekspektasi Cassie, pria yang bernama asli Gavino Zachary Bramasta itu malah menerima panggilannya. Bahkan tak sampai satu menit sejak Dey menelpon pria itu.
Shit! Umpat Cassie dalam hati. Ia semakin murung kala kedua lawan mainnya itu terus mendesaknya agar segera melakukan tantangannya. Dengan berat hati akhirnya Cassie pun mengambil alih ponsel itu.
"Tumben, kenapa lo?" tanya Gavino dari seberang sana.
Wanita itu menarik napas panjang sebelum berkata, "I love you, Gav," ucapnya sebelum menutup panggilan itu dengan cepat.
Cassie yang sudah terselimuti rasa malu langsung menenggelamkan wajahnya di bantal yang ada di sofa. Hal tersebut membuat Dey dan Jimmy tertawa puas. Akhirnya seorang Cassieophia yang tak ingin bertekuk lutut pada seorang pria bisa juga bisa mengatakan cinta, terlebih pada musuhnya.
"Puas lo pada?!" sunggut Cassie.
Aaron yang tak tega dengan Cassie langsung mendekap kedua bahu wanita itu, "Calm down babe. Satu kata cinta dari mulut manis lo nggak akan mengurangi pesona lo kok," ucapnya menenangkan.
Wanita itu tak menanggapi ucapan Aaron. Ia hanya dapat memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya pada bahu Aaron. Ia sungguh lelah dengan semuanya, entah apa yang akan terjadi setelah ini.
Begitu banyak pemikiran pada otak Cassie saat ini. Ia benar-benar malu. Apakah ia pindah sekolah saja? Tapi sepertinya tidak mungkin karena orang tuanya tak akan menyetujui hal itu secara sekoah Cassie merupakan sekolah terbaik dan paling mahal di antara sekolah menengah atas lainnya di negeri ini. Terlebih di situlah tempat para anak konglomerat berada.
Atau apakah ia pindah kelas saja agar tak sekelas dengan Gavino lagi? Ah sepertinya cara itu akan sia-sia karena sekecil dan se tak berbobotnya sebuah berita pasti akan tersebar ke seluruh penjuru sekolah dengan cepat. Apalagi ini berita mengenai dirinya, Cassie sang ratu sekolah.
Masih ada pilihan lain. Apakah ia melarikan diri saja ke luar negeri? Tidak, tidak. Ia tidak ingin memperlambat kelulusannya. Tolong, Cassie benar-benar frustasi saat ini. Wanita itu menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Aaron. Rasanya ingin sekali ia menangis sekarang. Benar-benar sialan teman-teman nya itu.
Aaron hanya tersenyum melihat tingkah laku Cassie. Nyatanya sedewasa apapun umur Cassie, wanita itu tetap menjadi gadis menggemaskan yang selalu merengek kepadanya tiap kali mendapat masalah. Ia pun mengelus rambut Cassie pelan, "Lo tidur aja. Nggak usah dipikirin lagi."
Cassie tak bersuara. Beberapa saat kemudian wanita itu sudah tak sadarkan diri karena menuju ke alam mimpi. Tidurnya Cassie membuat Aaron bernapas lega. Dengan hati-hati ia beranjak dan menggendong Cassie ke salah satu kamar yang ada di apartemennya.
Aaron membaringkan tubuh Cassie ke atas kasur dengan penuh kelembutan. Menyelimuti tubuh gadis itu dan menatapnya lama, "Have a sweet dream, baby girl," ucapnya sebelum mengecup singkat kening Cassie.
Setelah mematikan saklar lampu kamar itu, Aaron kembali kepada Dey dan Jimmy yang masih meneguk minuman mereka. Ia memberikan tatapan tajamnya pada kedua orang itu.
"Slow bro, nggak usah marah-marah," ucap Jimmy yang seakan mengetahui perubahan ekspresi Aaron.
"Nggak lucu!" bentak Aaron sebelum mengambil botol beernya.
Pria itu kembali menatap Dey dan Jimmy dengan tajam sebelum pergi.
"Lain kali jangan pernah kasih tantangan bodoh itu lagi ke Cassie!"
...-+++-...
Gavino hanya dapat memandangi benda pipih itu dengan penuh keheranan. Tentu saja ia terkejut karena wanita yang penuh drama itu tiba-tiba menelpon nya dan mengungkapkan perasaan nya. Wanita yang bahkan selalu menjauhinya itu seolah tak memiliki malu untuk menelponnya dan menyatakan kalimat murahan itu.
Apakah wanita itu sedang mencoba untuk meluluhkan hatinya dengan tipu muslihat murahan ini? Entahlah yang pasti apa yang Cassie sampaikan melalui sambungan telepon itu tak akan berhasil membuat Gavino luluh. Justru hal itu membuatnya semakin memandang Cassie lebih remeh dari sebelumnya.
Cassie, perempuan yang hanya bisa mengemis pada keluarganya. Perempuan yang sok jual mahal padahal sebenarnya murahan. Wanita itu bahkan diperjual belikan oleh orang tuanya pada keluarga-keluarga kaya hanya untuk kepentingan bisnis mereka. Bukannya menolak, Cassie justru menerima dan malah menikmati perannya. Sungguh murahan bukan?
Saat memikirkan Cassie, tiba-tiba sebuah tangan mengalung pada leher Gavino dan membuyarkan lamunannya. Tangan itu mulai membelai rahang tegas Gavino dan semakin turun menuju dada bidangnya. Mulutnya semakin mendekati telinga Gavino dan menjilatinya secara sensual.
"Main sekarang yuk," seru wanita itu dengan manja dan membuat Gavino mengeluarkan smirknya.
Dengan gerakan cepat, pria itu pun menarik wanitanya untuk duduk di pangkuan nya. Ia kembali meneguk wine nya sebelum melumat wanita itu dengan rakus dan membuat suasana di balkon itu menjadi memanas.
"Let's play babe."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
👁Zigur👁
ak dah mampir. nice story
2024-07-19
0
👁Zigur👁
membara🔥🔥🔥
2024-07-19
0
👁Zigur👁
vape user detected..👍👍👍
2024-07-19
0