Dominic seorang pemimpin pasukan bayaran yang dijuluki 'Pasukan Penjagal' terpaksa harus mencari keberadaan seorang puteri kerajaan yang hilang. Awalnya Dominic dan pasukannya menyerah karena tidak berhasil menemukan puteri tersebut. Tapi di tengah petualangannya tanpa sengaja ia menemukan sesuatu diluar dugaannya.
Apakah yang terjadi?
Mampukan Dominic menemukan puteri yang hilang dan apa yang akan terjadi selanjutnya di perjalanan Dominic?
Yuk simak kisahnya....
Warning! Cuma buat yang Dewasa aja yah...yang masih bocil mending Skip ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yurika23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
Tamu dari Timur
“Lalu, bagaimana rupa si Makhluk Malam itu?” tanya salah satu pria penasaran.
“Wajahnya penuh jahitan” tandas Dominic.
“Ya, benar!, itu adalah dia, dan kau telah membunuhnya” tukas pria paruh baya berjanggut kuning di sebrang meja.
“Apa kau juga pernah melihat wajahnya?” kini Dominic yang bertanya.
“Ya, dua kali aku sempat melihat wajahnya, tapi aku tidak pernah bisa menangkapnya” gumam pria itu.
“Baiklah, kalau begitu aku ingin hadiahku” Dominic menagih kesepakatan dengan Guild.
“Baik. Kau boleh ikut aku” tandas pria berjanggut kuning yang melangkah keluar dari belakang meja.
Di sebuah ruangan Dominic dan Luvi diperlihatkan beberapa barang antik yang ada di dalam sebuah kotak peti agak besar.
Dominic mencari pedang Holograz di area itu, dan ia menemukannya.
“Aku ingin pedang ini” kata Dominic sambil mengangkat pedang itu di depan wajahnya.
“Tuan, berapa banyak hadiah yang bisa kami ambil?” tanya Luvi.
“Kalian boleh mengambil tiga atau empat barang selain koin emas, kalau beserta koin emas kalian hanya bisa mengambil dua barang saja ditambah satu kotak koin emas”
Luvi dan Dominic saling memandang. Mereka sepakat memilih pilhan kedua. Dominic mengambil pedang Holograz, Luvi mengambil buku tua Halvtic dan mereka mendapatkan satu peti kecil koin emas.
Akhirnya mereka kembali, tapi Luvi terus saja heran menanyakan bagaimana Dominic bisa mengambil kembali topeng kepala serigala milik Ardon dan membawanya pulang bersama mereka.
“Aku sudah bernegosiasi dengan Tuan Ham, itulah salah satu kehebatanku, Luppy” ucap Dominic dengan seringai senyumnya.
“Tuan, apa kau tidak bisa menyebut namaku Luvi sekali saja” gumam Luvi yang jalan di belakang Dominic dan tertinggal beberapa langkah.
Ketika mereka sampai di tempat Ardon, Dominic melempar topeng itu kearah Ardon, spontan Ardon menangkapnya dengan wajah yang hampir sama herannya dengan Luvi.
“Ba-bagaimana bisa an,- …” Ardon terperangah heran.
“Sudah pakai saja topeng itu, penampilanmu jauh lebih bagus menggunakan topeng. Apa kau ingin menakuti orang-orang dengan wajah jahitan mu?” tukas Dominic dengan datar.
Ardon melirik Dominic sambil mengatupkan bibirnya rapat.
“Kau dapat apa, Nona?” tanya Ardon pada Luvi saat melihat buku tua di tangannya.
“Ini buku tua Halvtic. Ini sangat bagus dan langka. Aku hanya mendengar tentang buku ini tapi baru kali ini aku melihat dan memegangnya langsung” tandas Luvi semangat ketika membahas sebuah buku.
Dominic yang tengah asik dengan pedang barunya, tak henti-henti melihat dan meneliti detail penampakan pedang yang melegenda itu.
“Kenapa orang-orang bodoh itu tidak banyak yang menginginkan pedang ini?, mereka hanya memikirkan koin emas, dasar bodoh!” ucap Dominic ketus.
“Kebanyakan dari mereka tidak tahu tentang sejarah maupun kehebatan pedang itu, Tuan, dan kebanyakan mereka sudah memiliki pedang, jadi tidak menginginkan lagi pedang yang baru” jelas Ardon.
“lalu, apa kau tahu kehebatan pedang ini?” kali ini Dominic menoleh pada Ardon.
“Aku tidak tahu banyak. Tapi yang kudengar pedang itu bisa membelah baja dan bisa menebas batang pohon besar hanya dengan sekali tebas saja”
“Ardon, kalau kau mencoba berkhianat padaku, aku tak segan-segan menjadikanmu sasaran percobaan pedang baruku ini, jika memang sehebat yang kau bilang maka aku hanya perlu mengayunkan sekali tebasan ke kepalamu, bukan?”
“Ha ha ha, …silahkan saja Tuan, tapi itu tidak akan terjadi, kecuali memang anda yang sudah tidak menginginkan aku menjadi pengikutmu”
Keduanya sama-sama tertawa ringan. Tapi tidak dengan Luvi yang menganggap candaan kedua pria itu terlalu berlebihan dan sedikit menyeramkan.
Akhirnya mereka kembali ke Curtburgh. Dominic memperkenalkan Ardon kepada seluruh anak buahnya, Axon dan Erita.
Mereka menerima Ardon dengan baik. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk Ardon agar bisa menyesuaikan diri dan membaur dengan yang lain.
Dominic menjelaskan prihal kejadian di desa ketika singgah dan sampai akhirnya bertemu Ardon.
Beberapa pekan berlalu …
Luvi kembali bekerja sebagai pelayan di kedai. Namun kali ini tidak ada seorangpun yang berani mengganggunya.
Ketika pagi masih menyisakan udara dinginnya, hanya ada Broody, Hack, Axon dan Luvi yang berjaga di kedai. Selebihnya biasanya mereka tengah istirahat atau melakukan aktifitas lain.
Luvi yang bertugas membereskan peralatan terkadang di bantu Axon untuk meletakkan barang yang agak tinggi di rak di belakang meja pesanan.
“Mari ku bantu” tawar Axon yang melihat Luvi kesulitan meletakan ceret di rak atas.
Senyuman Luvi sangat mengganggu benak Axon yang memang sudah dari awal melihat gadis itu ia menyukainya, tapi semenjak ia paham bahwa sepertinya Tuannya menyukai Luvi, maka ia urungkan niatnya dan hanya menyimpannya dalam-dalam.
“Paman, apa tatto di lehermu memiliki arti?” tanya Luvi yang sedari tadi memperhatikan leher Axon.
“Ah, tidak ada. Ini hanya tradisi di kaumku untuk pria yang kuat, maka harus memiliki tatoo”
“Ah, begitu rupanya” ucap Luvi.
Tanpa sengaja Axon menoleh lalu memandang wajah Luvi yang juga tengah memandangnya.
Keduanya diam sesaat. “Paman? ada apa?” tanya Luvi polos.
“Ada- … ada kotoran debu di wajahmu” ucap Axon yang tidak berhenti memandang wajah gadis itu.
“Benarkah?" Luvi mengibas jarinya untuk membersihkan wajahnya
"Bagaimana Paman? Apa sudah bersih?"
"Belum, masih ada sedikit"
Tolong bersihkan ya Paman” dengan polosnya Luvi memejamkan mata kemudian mendongak sedikit sambil menunggu Axon membersihkan wajahnya.
Axon yang akan menyentuh wajah Luvi kemudian langsung mengurungkan niatnya.
"Um, sepertinya tidak ada yang kotor lagi" ucap Axon kemudian mengalihkan pandangannya ke rak gelas yang berjejer.
Luvi yang bingung hanya mengerutkan alisnya.
Tak berapa lama, suara langkah kuda yang berhenti di depan kedai menelisik kegiatan mereka. Semua yang di dalam kedai menoleh kearah pintu.
Di depan kedai beberapa pria berbadan besar dan berpenampilan seperti para pemburu dari arah timur Negeri mereka menambatkan kuda-kuda mereka di depan kedai.
Para pria asing itu mulai membuka pintu dan memasuki kedai. Tampak salah seorang pemimpin mereka mengenakan pakaian tebal dengan mantel bulu serta peralatan dan senjata disekitaran pinggang dan punggung mereka. Tampang para pria itu tak kalah seram dengan anggota Pasukan Badai. Mereka melihat-lihat dalam kedai sambil berjalan perlahan.
Suasana di kedai tampak sepi, karena memang hari masih agak pagi. Kedai tersebut akan sangat ramai ketika menjelang sore.
Axon, Broody dan Hack yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik mereka merasa seolah mereka adalah pencari masalah. Axon tak tahan juga dan akhirnya bertanya.
“Ada yang bisa kami bantu Tuan?” tanya Axon dari balik meja pesanan.
“Kami mencari pemimpin disini, yang bernama … um, siapa …?” pria itu menoleh kearah anak buahnya, kemudian anak buahnya membisikkan sebuah nama.
“Ah, si Penjaggal dari Curtburgh, Dominic, yah kami mencari Tuan Dominic. Dimana orang itu, suruh cepat kamari. Aku tak tahan dengan bau pengap orang selatan.
Semangat berkarya.
Berkah&sukses selalu.