Niatnya kabur dari rumah dan memilih berpetualang sendiri, membuat Josceline harus berurusan dengan pria menyebalkan bernama Damian.
Celine sama sekali tak tahu jika dia telah berurusan dengan seorang Mafia kejam. Bagaimana kisah mereka nantinya? Simak kisahnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. I Hate You
Pesta yang diadakan malam itu berakhir dengan damai. Kelima teman Damian mengambil kesimpulan jika Damian terserang penyakit bucin akut.
Dari keempat orang teman Damian, hanya Mario yang tidak penasaran dengan Celine. Karena dia sangat tahu betul siapa itu Celine dan bagaimana keluarganya.
"Apa aku juga harus mencari seorang gadis agar bisa menjadi manis seperti Damian tadi?" tanya Simon dengan tawanya.
"Damn! Kau bahkan membuatku merinding mengingatnya. Apa kau pikir Celine akan menjadi kelemahan Damian?" tanya Juan balik pada teman-temannya. Mereka melanjutkan pestanya ke club malam milik Julian.
"Celine tidak akan pernah menjadi kelemahan, tapi Damian bisa menjadi lemah di hadapan Celine."
"Kau sepertinya sangat mengenal Celine? Tadi aku juga mendengar kau pernah bertemu dengannya di San Francisco 2 tahun lalu?"
"Ya itu benar. Dia adalah remaja yang penuh rasa penasaran waktu itu."
"Berhati-hatilah, aku pikir kalian bisa menjadi musuh hanya karena gadis itu."
Mario hanya tertawa dan lalu menyesap wine di tangannya. Apa dia harus melapor pada Jackson? Jika Jackson tahu adik kesayangannya menjadi tawanan Damian, pasti Jack tidak akan tinggal diam.
Tapi, sementara ini Mario hanya akan mengamati dulu. Dia masih menganggap sikap Damian masih terlihat wajar.
"Ada apa denganmu, Rio? Kenapa kau tiba-tiba diam?"
"Aku hanya merasa hubungan Damian dan Celine mungkin akan menjadi kisah yang menarik."
"Oh ya, apa kau tahu keluarga Celine?"
Mario tidak menyahuti, dia hanya memberi senyum miring sebagai jawabannya. Keempat teman Mario saling melempar tatapan. Mereka mengangkat bahu secara bersamaan.
***
Sementara itu, Damian dan Celine sudah berada di kamar Damian. Ruangan tengah pun sudah di bereskan oleh anak buah Damian. Celine masuk ke walk in closed, dia melepas gaun yang tadi dia pakai. Damian yang berdiri di depan pintu walk in closet langsung bersiul melihat lekuk tubuh Celine. Celine menoleh dan menutup dadanya dengan gaun itu. Dia menatap Damian dengan tajam.
"Apa yang kau lakukan? GET OUT!" pekik Celine kesal.
Damian berbalik dan duduk di tepi ranjang, dia tersenyum tipis membayangkan tubuh Celine tadi. Meski tampak belakang, tapi cukup membuat Damian merasa puas.
Celine keluar kamar dan menatap Damian tajam. Dia langsung menghampiri pria tersebut dan memukuli lengannya.
"Dasar pria mesum. Awas saja jika kau mengulanginya lagi. Aku benar-benar akan mencongkel matamu, Dam."
"Aku tidak sengaja. Aku juga ingin berganti baju, Baby. Aku sebenarnya masih polos."
"Cih, kau tua bangka yang menjijikkan. Usiamu mungkin 32 tahun ke atas. Mana mungkin kau polos."
"Usia ku baru 30 tahun, Baby."
"I don't care. Kau terlihat lebih tua dimataku."
Dengan kesal Damian menarik kedua lengan Celine dan membanting tubuh Celine ke ranjang. Damian menindih tubuh Celine hingga membuat Celine meronta.
"Menyingkirlah! Jangan sampai aku berbuat kasar padamu, Dam. Kau mulai menyebalkan." Celine juga terlihat kesal karena Damian sepertinya sangat senang mengerjai dirinya.
"Baby, Kau cantik sekali jika marah," ucap Damian sembari mengusap pipi Celine dengan tangannya yang besar.
"I hate you, Dam."
"I like you, my Celine."
Celine lalu terdiam, tatapannya tak setajam tadi. Damian pada akhirnya melonggarkan sedikit tind*hannya. Namun, tanpa diduga, Celine menekuk kakinya dan menendang inti tubuh Damian.
"Oh God." Damian mendesis dan berguling dari atas tubuh Celine.
Celine langsung berdiri dan berkacak pinggang. "Kau terlalu meremehkanku, Dam dan satu hal lagi yang harus kau ingat. Jangan perlakukan aku sama dengan semua wanita-wanitamu. Aku benci pria yang sembarangan sepertimu."
Celine keluar dari kamar Damian. Dia mencoba mencari kamar lain. Celine mencoba membuka setiap ruang kamar yang ada di villa 2 lantai itu, tapi sialnya semua kamar terkunci. Celine akhirnya memutuskan untuk duduk di sofa ruang tengah.
Dia sangat kesal karena semakin lama Damian bertingkah keterlaluan. Jika tadi saat ada teman-temannya, Celine hanya tak ingin menjatuhkan harga diri Damian di depan mereka, tapi tadi apa yang Damian lakukan sudah sangat keterlaluan. Jantung Celine hampir terasa meledak saat Damian menindihnya. Jujur saja dia sangat takut jika Damian sampai melecehkan dirinya.
Celine memang seorang gadis yang ekstrovert, tapi dia tidak pernah berhubungan dengan laki-laki manapun karena kriterianya untuk seorang laki-laki sangat tinggi. Dia ingin seorang pria yang sama seperti kedua kakaknya dan juga seperti daddynya.
Celine hanya belum tahu saja cerita di balik kisah perjalanan cinta ibunya yang dulu sangat rumit. Tentu saja Ben dan juga Kedua anak kembarnya tidak akan mungkin menceritakan kisah rumit itu pada Celine.
Di dalam kamar Damian masih meringis kesakitan. Tendangan Celine cukup membuat inti tubuhnya terasa berdenyut nyeri.
"Oh, ****. Gadis itu benar-benar berniat menghancurkan masa depanku."
Damian sejenak duduk dan bersandar di ranjangnya. Sebenarnya dia tadi hanya ingin menggoda Celine, tapi siapa yang menyangka jika Celine tak bisa diajak bercanda.
Damian akhirnya memutuskan untuk keluar kamar dan mencari Celine. Jangan sampai gadis itu kabur darinya.
Damian langsung mencari ke ruang tengah. Karena tadi sebelum pesta, Damian sudah memerintahkan anak buahnya untuk mengunci semua kamar yang tak terpakai.
Damian melihat Celine meringkuk memejamkan mata. Terbersit sedikit rasa bersalah di hati Damian, Dia berjongkok di sisi Celine dan mengusap wajah Celine dengan lembut.
"I'm sorry, Baby."
Damian tidak berniat memindahkan Celine. Dia justru kembali ke kamar dan mengambil selimut. Damian ikut merebahkan tubuhnya di sofa lebar itu. Dia menutup tubuh Celine dengan selimut dan lalu memeluknya.
...****************...