Sebuah surga impian yang baru saja dibangun terpaksa hancur karena kehadiran orang ketiga. Nadia Mustika Wijayanto harus menelan kenyataan pahit jika sang suami pulang dengan membawa seorang wanita yang merupakan madunya. Pernikahan yang dia kira sebagai surga, nyatanya berubah menjadi neraka. Nadia yang sedari awal tidak ingin dipoligami memutuskan untuk bercerai daripada harus berbagi hati dan suami.
Mengasingkan diri ke luar negeri dengan alasan ingin melanjutkan pendidikan menjadi pilihan Nadia setelah perceraian. Hingga akhirnya dia bertemu dengan sahabat lamanya tanpa sengaja. Devano Kazim Ravendra, pria dengan senyum lembut yang bisa membuatnya tertawa lepas setelah sekian lama.
***
" Terima kasih sudah menghancurkan surga yang aku impikan, Mas " ~ Nadia Mustika Wijayanto.
***
IG: gadis_taurus15
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Taurus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Tidak Peduli ~ Nadia
Sesampainya di salah satu mall besar di Jakarta, Nadia dan lainnya langsung turun dari mobil. Mereka semua segera masuk ke dalam mall tersebut dengan anak-anak perempuan yang memimpin. Nadia berjalan di belakang dengan diapit oleh Hendra dan Hendri, kedua adiknya itu memang selalu berusaha untuk menjaganya. Di depan, ada Aditya yang bertugas untuk mengawasi adik-adiknya agar tidak berkeliaran bebas dan malah terpisah nantinya.
" Ingat ya, kita cari barang-barang yang dibutuhkan untuk Kak Nadia tinggal dan kuliah di luar negeri. Bukan mencari barang-barang kesenangan kalian, jangan pergi sendiri-sendiri. Kalau memang ada yang ingin kalian beli, itu bisa nanti kalau sudah selesai belanja untuk Kak Nadia " ucap Aditya pada mereka semua terutama tiga anak perempuan yang sudah ingin pergi ke sana kemari.
" Siap, Kak Adit " jawab mereka semua bersamaan.
Nadia hanya bisa diam dan tersenyum saja karena sebelum keluar dari mobil dia sudah diingatkan untuk tidak melakukan apapun karena mereka semua yang akan melayaninya. Tidak enak sebenarnya untuk karena tidak ingin merepotkan, tetapi melihat mereka semua yang sangat antusias membuat Nadia menurut saja.
" Sekarang kita mau kemana dulu? " tanya Nadia pada mereka semua.
" Iya Lia, kita kemana? Daftar yang dikasih Bunda kan ada di kamu " sambung Hendri melirik ke arah Adelia.
" Hmm, kita ke tempat yang menjual pakaian untuk musim dingin " jawab Adelia sembari melihat daftar yang telah diberikan oleh Bunda Siska.
" Ya sudah, yuk kita ke sana sekarang. Aku tahu tempat yang bagus dan kualitasnya juga terjamin " ajak Aditya berjalan lebih dulu.
Kemudian, semuanya pun langsung mengikuti langkah kaki Aditya yang akan membawa mereka ke tempat yang menjual pakaian untuk musim dingin. Di negara-negara Eropa yang memiliki empat musim, memang pakaian yang tebal dan hangat sangat dibutuhkan. Apalagi dua bulan lagi sudah masuk musim gugur dan dilanjutkan dengan musim dingin.
" Nah, ini tempatnya! Aku pernah membeli beberapa jaket saat akan mendaki gunung beberapa bulan yang lalu. Banyak model dan warna juga, jadi pasti banyak yang cocok untuk Kak Nadia " ucap Aditya saat sudah berada di depan tempat yang dia maksud.
" Kalau begitu ayo masuk! Aku sudah bisa melihat jaket dan sweater yang lucu-lucu di sana " ucap Raila yang terlihat sangat antusias.
" Pilih untuk Kak Nadia ya, bukan kamu " ucap Hendra mengingatkan Raila.
" Iya-iya, Bang Hendra " jawab Raila dengan mengerucutkan bibirnya.
Sepertinya niatnya sudah tercium oleh Hendra dan tidak bisa memilih sesuatu untuk dirinya dari sana.
" Tolong bantuannya ya! Kakak percayakan semuanya pada kalian " ucap Nadia yang pasti tidak memiliki kesempatan untuk memilih nanti.
" Siap, Kak. Kakak tenang saja " jawab Adelia yang akan menjadi pemimpin mereka semua.
Mereka semua pun langsung masuk ke toko itu dan mulai berpencar untuk mencari beberapa jaket serta pakaian hangat untuk Nadia. Untuk urusan semua itu akan diserahkan pada anak-anak perempuan, sedangkan anak laki-laki akan menjadi asisten mereka saja.
" Kak, coba beli ini deh. Pasti cocok kalau dipakai Kakak " ucap Hendra menunjukkan sebuah topi rajut berwarna biru muda.
" Ih iya, Kak. Kita akan beli topi rajut ini untuk Kakak " tambah Hendri yang juga merasa topi rajut itu sangat cocok untuk sang kakak.
" Baiklah, karena kalian yang memilihnya, jadi Kakak akan beli " jawab Nadia tersenyum.
Hendra dan Hendri merasa sangat senang karena Nadia setuju untuk membeli topi rajut yang mereka pilih. Hendra pun langsung memasukkannya ke dalam keranjang belanja yang sedang dipegang oleh Adelio.
" Hei! Bawa sendiri! " protes Adelio karena sudah membawa cukup banyak barang.
" Tidak mau, sekalian titip. Lagian kamu yang bawa keranjang belanjanya " jawab Hendra yang sudah menjauh.
Terlihat Adelio mendengus kesal karena dia benar-benar dijadikan babu oleh mereka semua mentang-mentang sedari tadi hanya diam saja.
" Sini, biar Kakak bantu " ucap Nadia mengambil alih satu keranjang belanja yang sudah penuh dari tangan Adelio.
" Terima kasih, Kak " jawab Adelio masih dengan wajah datar dan dingin.
.
.
.
Setelah kurang lebih satu jam berada di toko itu, mereka semua segera membawa barang-barang yang sudah mereka pilih untuk Nadia ke kasir. Ada beberapa sweater, rain coat, jaket tebal, sepatu tebal, syal, dan topi. Nadia hanya geleng-geleng saja melihatnya karena itu terlalu banyak dan entah kopernya bisa menampung itu semua atau tidak.
" Semuanya tiga juta lima ratu sembilan puluh ribu " ucap kasir setelah menghitung semua itu dan memasukkannya ke dalam paper bag.
Nadia segera mengeluarkan kartu yang diberikan oleh Ayah Reno dan memberikannya ke kasir itu.
Setelah itu, mereka semua segera keluar dari toko itu. Nadia berjalan lebih dulu bersama Adelia, Amara, Alva, dan Raila, sedangkan yang lainnya membawa semua barang belanjaan. Tujuan mereka selanjutnya ada toko buku dan peralatan tulis, karena akan lebih mudah membelinya di sini dibandingkan nanti ketika sudah berada di Inggris.
Saat sedang berjalan menuju toko buku dan peralatan tulis, langkah Nadia terhenti karena ada dua orang yang menghadangnya. Dua orang itu ada Hanifah dan Bu Malika yang mungkin juga sedang berbelanja di sana. Hal ini juga lah yang membuat Nadia ingin kuliah di luar negeri karena jika tetap berada di kota yang sama membuat mereka akan terus bertemu.
" Bu, Hanifah " sapa Nadia dengan senyum ramah.
Sebisa mungkin Nadia tetap bersikap baik, apalagi sekarang dia merasa sudah tidak ada lagi urusan dengan mereka. Dia memberikan isyarat pada adik-adiknya yang terlihat emosi karena kehadiran dua orang itu. Nadia juga akan berusaha berdamai dengan semua yang telah terjadi.
" Kebetulan kita bertemu di sini, aku ingin memberitahu kamu sesuatu " ucap Hanifah pada Nadia dengan angkuhnya.
Nadia mengerutkan keningnya karena heran apalagi yang ingin diberitahukan oleh Hanifah kepadanya.
" Aku hamil anak Mas Anwar " ucap Hanifah dengan sangat sombong memamerkan foto tespek di ponselnya.
Nadia hanya tersenyum dan tidak merasa terkejut sama sekali karena wajar bagi seorang wanita yang bersuami jika sedang hamil.
" Selamat ya, semoga kamu dan anak kalian sehat sampai waktu melahirkan " ucap Nadia memberikan selamat.
Terlihat wajah tidak suka dari Hanifah dan Bu Malika, entah apa yang mereka harapkan dari Nadia. Padahal Nadia benar-benar sudah tidak peduli pada mereka dan apa yang terjadi pada mereka.
" Kamu tidak cemburu? " tanya Bu Malika pada Nadia.
Nadia menggeleng-gelengkan kepalanya dan tersenyum. " Tidak sama sekali. Lebih tepatnya saya tidak peduli karena itu bukan urusan saya " jawab Nadia.
***
Mohon bantuan vote, like dan komentarnya ya 😊 Terima kasih 😊🙏 Tetap dukung saya ya 😘
Tolong follow akun NT saya " Gadis Taurus " ya 😘