Pria Bayaran Untuk Wanita Kaya Tersakiti

•Perusahaan Jegger Group

Tumpukan dokumen yang harus diselesaikan membuat kepala Galih semakin sakit saja. Menandatangani terkadang juga memahami dulu sebelum memberikan cap Perusahaannya. Galih menoleh kearah jendela besar yang sudah menunjukkan hampir malam, ia menghela napas melihat semua itu. 

“Aku bekerja terlalu serius sehingga tidak sadar sudah hampir malam..” Gumam Galih, ia menenggak habis kopi yang dibuat sore tadi. 

Pintu masuk diketuk pelan, Galih membiarkan saja orang itu masuk. Rey, adalah pria yang merupakan sekretaris pribadi Galih. Pria itu yang selalu menjadi tangan kanan Galih selama ini. Selama Galih sedang sibuk mengurus Perusahaan inti di Amerika, Rey yang bertanggungjawab mengurus Perusahaan cabangnya di negara Indonesia. 

“Bos, malam ini kau harus benar-benar lembur. Agar semuanya segera beres,” Ucap Rey begitu masuk kedalam ruangan. 

Galih menganggukkan kepala saja, ia menatap malas Rey yang malah menambah dokumen lagi. “Aihh.. Kalau terus kau tambah, kapan aku akan bangkit dari sini?” Sungguh kesal ekspresi wajah Galih menanyakan hal itu. 

Rey tertawa saja mendengar itu, ia menatap serius Galih yang menatapnya malas. “Semua dokumen menumpuk ini karena Bos Galih Jegger sibuk menghabiskan malam dengan wanita cantik..” Ujar Rey, tidak direspon apapun oleh Galih. 

“Wanita cantik yang sudah memiliki suami,” Sambungnya, barulah Galih menatap tajam Rey yang tertawa. “Aku tidak tahu hal apa yang membuat Bos sangat tertarik menjadi gigolo wanita itu.”

Ayolah hal yang sebenarnya adalah Galih juga tidak tahu mengapa bisa sangat tertarik dengan kehidupan yang diderita oleh Rere Anita. Melihat wanita itu menderita karena ditipu oleh pria seperti Saka, membuat hati Galih menjadi panas karena rasa tidak terima didalam hati. 

“Aku hanya melakukan hal yang seharusnya.. Jika ada wanita baik serta cantik tidak dihargai atau diperlakukan dengan baik oleh suaminya, maka aku akan mengambil wanita itu.” Ujar Galih, ia tersenyum saja membayangkan Rere disaat mengatakan itu. 

Tangan kanan Galih memegang bibirnya, rasa-rasa manis dari bibir Rere masih terbayang jelas. Ia menginginkan wanita itu lagi malam ini, Galih merindukan senyum dan suara Rere. 

“Ck, aku kasmaran!” Tiada henti Galih merutuki dirinya sendiri karena tertarik sekali dengan Rere. 

Merasa sudah memikirkan hal yang tidak perlu, cepat-cepat Galih mengalihkan fokus kembali ke dokumen ditangannya. Tapi, disaat baru membaca satu paragraf malah ponselnya berbunyi. Sebenarnya Galih tidak terlalu perduli dengan panggilan apapun malam ini, ia ingin menyelamatkan segala pekerjaan yang dua hari ia abaikan. 

“Bos, Nona Rere menghubungimu..” Ucap Rey yang mana langsung Galih melihat kearah ponselnya yang tergeletak dimeja. 

Dan benar saja, langsung Galih mengangkat panggilan itu. “Halo, ada apa, Baby?” 

Tidak ada jawaban, padahal lama Galih menunggu. Hanya ada suara hening saja serta isakan tangis, Rere tidak ada berkata sedikitpun. “Kau menangis, Baby?” Galih bertanya, ia sangat serius menantikan jawaban dari Rere. 

Kesal tidak juga mendapatkan jawaban dari Rere maka langsung Galih mematikan panggilan tersebut. “Aku akan pergi, Rey..” Kata Galih sembari memakai melepaskan jam hitam miliknya. 

Rey menghela napas panjang. “Lalu semua itu?” Tanyanya, Rey menujukkan kearah tumpukan dokumen yang sepertinya akan kembali Galih abaikan malam ini. 

Galih menepuk pundak Rey seolah memberikan semangat pada Sahabat terbaiknya itu. “Sepertinya aku membutuhkan dirimu malam ini, mengerti maksudku bukan?” 

“Kau memang selalu merepotkan aku, Bos!” Terlambat sudah karena Galih sudah berlalu pergi keluar dari ruangan, kalau sudah soal Rere ntah kenapa Galih menjadi tidak terkendali sendiri. “Isss.. Dia memang benar-benar pembinor versi elite, ahhh capek..” Rey mengeluh melihat banyaknya hal yang harus ia siapkan sendiri. 

~

Rere duduk di halaman samping Mansion, ia melihat kearah Saka yang tengah duduk di ruang tengah bersama dengan sang Nenek. 

“Kau yakin tidak mau ikut makan malam, sayang?” Tanya Saka dari kejauhan, Rere menggelengkan kepala saja sebagai jawaban. 

Saka tidak ada berusaha merayu agar Rere ikut makan malam dengannya, malah mengangguk saja seolah setuju dengan apa yang Rere inginkan. Dan semua perlakuan Saka membuat Rere tersenyum masam, ia baru menyadari ternyata tidak sepenting itu dikehidupan Saka yang tidak berguna. 

Meskipun posisi Rere sedikit jauh dari ruang tengah tapi ia dapat melihat dari kejauhan Zoya yang melayani Saka untuk makan malam. Pantas Saka tidak memaksa Rere untuk menyajikannya makan malam, karena sudah ada Zoya yang melakukan semua itu. 

Tangan Rere mengepal erat, ia berusaha untuk tetap kuat dan tegar agar bisa balas dendam dengan sangat baik. Setidaknya sampai Rere memastikan Saka benar-benar hancur, ia harus sedikit menahan rasa sakit untuk bisa balas dendam dengan sempurna. 

“Mas, kau adalah makhluk paling tidak tahu diri serta tidak punya hati, aku tidak pernah menemukan manusia se palsu dirimu.” Ujar Rere sambil memperhatikan Zoya yang diam-diam memegang tangan Saka dibawah meja makan. 

Bahkan Rere melihat sendiri tangan Saka yang merambat menuju bawah rok yang Zoya kenakan. Nenek Renata tidak akan menyadari karena menikmati makan malam yang tersaji, Saka saja yang tidak punya otak hingga melakukan hal gila disaat ada dirinya serta Nenek. 

“Ck, jalang!” Itulah yang Rere katakan disaat melihat Zoya mengalihkan tangan Saka yang sudah masuk kedalam roknya. 

Merasa suatu hal yang percuma melihat kelakuan dua manusia itu, maka langsung Rere bangkit untuk keluar dari semua hal yang menyesakkan. Rere menuju halaman depan sambil berjalan santai, menikmati angin malam yang sangat dingin malam ini. 

Ya, Rere ingin berjalan-jalan diluar Mansion. Hal yang selalu Rere lakukan disaat banyak sekali masalah yang harus ia selesaikan disaat dirinya sendiri tidak berdaya untuk terus melakukan itu. Langkah kaki Rere terus menuju luar pagar, ia hanya mengikuti naluri hati saja untuk pergi segera dari perlakuan buruk Zoya serta Saka. 

Mobil hitam berhenti tepat di pinggir jalan, sehingga langkah Rere menjadi terhenti. Ia menghidupkan ponselnya untuk melihat jam, ternyata sudah hampir jam sembilan malam. 

“Tidak mungkin kolega datang dijam segini..”

Disaat Rere ingin melanjutkan langkahnya malah melihat sosok pria yang ia rindukan keluar dari mobil tersebut. “Galih?”