BY : GULOJOWO NOVEL KE-7 😘
"Menikahlah dengan ku, aku pastikan ayah mu bisa melihat lagi."
Gluk!
"Dan jika kamu bisa membangunkan milik ku, maka aku akan memberikan apapun yang kamu inginkan."
Gluk!
Lagi-lagi Kirana, gadis yang akrab dengan panggilan Kiran itu menelan ludahnya berkali-kali saat mendengar ucapan dari bosnya yang menurut rumor yang beredar di kantor tempatnya bekerja, bosnya itu mengidap impoten.
Apakah Kirana akan menerima tawaran bosnya itu dengan iming-iming yang dijanjikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GuloJowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 13
Seulas senyum smirk langsung tersungging di bibir Arsen saat mendengar semua yang dikatakan oleh sekretarisnya itu. Tangan Arsen terulur meraih cangkir kopi yang sudah bertengger di atas meja kerjanya. Dan senyum Arsen semakin lebar setelah menyesap kopi buatan Kirana itu. Sungguh dulu dirinya adalah pecinta kopi, namun belum pernah lidahnya merasakan kopi senikmat buatan Kirana. Dan setelah lama dirinya tidak menyentuh kopi hitam, sekarang akhirnya ia kembali lagi meminumnya.
Sekretaris Niko yang melihat itu hanya bisa terdiam karena tidak bisa menerka suasana hati bosnya saat ini. Dirinya hanya menunggu perintah bosnya selanjutnya.
"Pergi sana!" Usir Arsen setelah menyesap kopi beberapa tegukan.
Sekretaris Niko segera meninggalkan ruangan CEO setelah diusir oleh bosnya. Sekretaris Niko melangkah melewati ruangannya. Saat ini tujuannya adalah pantry. Sekretaris Niko ingin meminta kopi kepada Kirana. Dirinya juga ingin dibuatkan kopi setiap hari seperti bosnya.
"Hanya secangkir kopi tidak akan merepotkannya kan? Toh sekalian dia mengantarkan kopi milik si bos." Sekretaris Niko berbicara sendiri saat sudah berada di dalam lift.
Langkah lebar sekretaris Niko membuat Bu Winda yang saat itu sedang berada di depan pantry segera menghampirinya. Bu Winda takut atasannya itu membutuhkan sesuatu yang mendesak.
"Selamat pagi pak, apa ada yang bapak butuhkan?"
"Mana Kirana?" Tanya sekretaris Niko tanpa basa-basi.
"Owh, Kirana? Sedang bekerja pak."
"Tolong beritahukan kepadanya untuk mengantarkan kopi ke ruangan ku." Setelah mengatakan itu sekretaris Niko langsung berbalik meninggalkan Bu Winda yang terlihat memanyunkan bibirnya.
Bu Winda benar-benar merasa tersinggung saat kopi buatan Kirana lebih disukai oleh atasannya daripada kopi buatannya. Bukannya dia membuatnya juga menggunakan kopi dan gula yang sama seperti yang ada di pantry? Takarannya juga sudah sesuai. Satu sendok teh bubuk kopi plus dua sendok teh gula pasir. Lalu apa yang kurang dari kopi buatannya?
Bu Winda segera menghubungi Kirana yang saat itu sedang membantu Mei membersihkan toilet karyawan karena salah satu teman Mei sedang tidak masuk kerja.
Mendapat telepon dari Bu Winda, Kirana pun segera meninggalkan pekerjaannya untuk menghadap atasannya itu. Ia tidak ingin mendapat semprotan dari Bu Winda karena dirinya yang lelet.
"Buatkan kopi untuk sekertaris Niko dan antarkan ke atas!" Ujar Bu Winda saat Kirana tiba di pantry.
"Tapi Bu, tadi kan sudah. Sudah saya letakkan di meja kerja tuan Arsen."
"Kamu bud3k apa tu1i hah!" Bu Winda mulai mengeluarkan taringnya. "Buatkan kopi untuk sekretaris Niko dan antarkan ke atas!" Ulang Bu Winda.
"Ba-baik Bu." Kirana segera menyalakan kompor untuk merebus air. Mungkin kali ini yang meminta kopi adalah sekretaris Niko. Pikir Kirana.
"Setelah itu kembali lagi bekerja!" Ucap Bu Winda kemudian segera meninggalkan pantry.
"Ba-baik Bu." Sahut Kirana. "Huuuft," Kirana menghembuskan nafasnya pelan. Apa tidak bisa atasannya itu berbicara dengan baik-baik tanpa menggunakan otot? Apa tidak capek berbicara seperti itu? Sekretaris Niko yang notabennya adalah seorang sekretaris bos aja tidak pernah berbicara sekasar itu apalagi membentaknya. Ahh, kenapa dirinya jadi memikirkan sekretaris Niko? Lamunan Kirana buyar saat telinganya mendengar bunyi air yang mendidih. Segera ia menuang air panas itu ke dalam cangkir yang sudah berisi kopi beserta gulanya.
Kirana mengaduk kopi dengan penuh perasaan, cinta dan kasih sayang. Eh, Kirana terkekeh sendiri menertawakan kekonyolannya. Entahlah, dirinya tidak ingin salah paham dengan kebaikan sekretaris Niko kepadanya. Bukankah sekretaris Niko baik kepada semua orang?
Kirana segera mengantarkan kopi buatannya ke atas. Saat dirinya mengetuk pintu kaca ruangan sekretaris Niko, nampak sekretaris Niko sedang mengamati berkas-berkas yang ada di atas mejanya sebelum diserahkan kepada bosnya.
Kirana langsung mendorong pintu kaca itu setelah dipersilahkan masuk oleh sekretaris Niko. "Kopi pesanan bapak." Ujar Kirana meletakkan cangkir ke atas meja.
"Terimakasih." Sahut sekretaris Niko seraya memberikan senyum.
"Apa ada lagi yang bapak butuhkan? Kalau tidak ada saya pamit undur diri."
"Semalam saat saya pamit pulang, kamu sudah tidak terlihat. Apa sudah tidur?"
Kirana hanya menganggukkan kepalanya saja. "Kalau begitu saya permisi Pak."
"Eh tunggu." Suara sekretaris Niko kembali menghentikan langkah Kirana yang hampir membalikkan tubuhnya. "Buatkan dua kopi untuk saya dan Tuan Arsen setiap pagi. Usahakan sebelum Tuan Arsan tiba di kantor kopi itu sudah ada di meja kerjanya."
"Baik pak." Kirana mengangguk kemudian langsung melesat keluar dari ruangan sekretaris Niko karena tidak ingin banyak bicara yang nantinya akan membuat Bu Winda marah jika dirinya terlalu lama berada di lantai atas.
Sekretaris Niko terlihat senyum-senyum sendiri setelah kepergian Kirana. Sekretaris Niko sempat berpikir kalau Arsen tertarik dengan Kirana. Namun setelah bosnya itu mendengar semua cerita darinya tentang latar belakang Kirana, bosnya hanya diam saja. Bolehkah sekarang dirinya maju untuk mendekati gadis cantik itu? Ah, tapi dirinya belum memiliki keberanian untuk mengungkapkan ketertarikannya kepada Kirana. Kirana saja selalu berusaha menghindar saat berada di dekatnya. Sepertinya perasaannya itu hanya akan bertepuk sebelah tangan. Belum juga bergerak tapi sekretaris Niko sudah pesimis duluan. Tapi kalau dirinya tidak mencobanya mana tahu? Sekretaris Niko masih bimbang. Haruskah dirinya maju sekarang ataukah nanti. Ah, mungkin pelan-pelan saja jauh lebih baik. Kalau tiba-tiba dirinya mengutarakan ketertarikannya kepada Kirana, Kirana pasti juga akan terkejut. Toh mereka juga baru bertemu, masa langsung mengungkapkan perasaan.
Sebenarnya sudah lama Kirana bekerja di perusahaan itu, sekitar kurang lebih 1 tahun. Namun Baru beberapa hari ini mereka dekat. Tidak bisa dikatakan dekat juga sih. Hanya saja karena Kirana bertugas di lantai atas tempat dirinya bekerja hingga membuat sekretaris Niko merasa dekat dengan Kirana. Apalagi setelah mengetahui latar belakang dan perjuangan gadis itu dari Pak Irwan Ayah Kirana. Sekretaris Niko semakin ingin melindungi gadis itu.
Sekretaris Niko segera menyesap kopi buatan Kirana seraya memejamkan matanya seolah menikmatinya. Senyum di bibir sekretaris Niko tidak pernah pudar. Kopi buatan Kirana membuat semangatnya hari ini semakin berkobar.
*****
*****
*****
Jangan lupa Like Komen dan Votenya, saweran kopi dan bunganya juga boleh ☕🌹 Tonton iklannya ya setelah membaca, terimakasih 🙏
Terimakasih
rasain luuu