mengagumi Idola, hingga jatuh cinta dan ternyata gayung itu bersambut.
bagaimana rasanya.???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisetsuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjalanan Menuju Bintang
Setelah perkenalan singkat itu, mereka sedikit beramah tamah menceritakan tentang kegiatan yang sedang mereka jalani masing masing.
Termasuk manager Bram dan juga kedua gadis itu.
Hingga pada akhirnya Giyo membuka obrolan tentang rencana kerjasama yang semalam di bahas oleh manager Bram dan juga Sherly.
“maaf ya, mengganggu waktu berlibur kamu.” ucap Giyo kepada Yuan.
“gakpapa. Justru saya yang minta maaf banget menganggu waktu bersantai kalian.” jawab Yuan.
“duuh,, jangan formal gitu dong, kayak sama siapa aja. Kita ini kan sekarang rekan. Ok.? Friend.” tegas Soni, yang di setujui oleh mereka semua.
“ah,, baik,, maaf.” jawab Yuan masih terbata karna canggung.
“tuh kan,, masih saja. Awas nih yaa, aku cium kalo masih terlalu formal dengan kami.” ucap Hyungga menggoda Yuan.
Dengan berkhirnya kalimat Hyungga, terbanglah sebuah kaleng minuman dari tangan Giyo yang tepat mengenai kepala Hyungga. Yang di lempar hanya nyengir sambil mengusap kepalanya.
“to the point aja ya.. aku punya maksud kepadamu. Itu sebabnya aku meminta manager Bram dan Meri untuk mengajakmu bertemu dengan kami.” ucap Giyo.
"punya maksud kepadaku.? Maksudnya.?" tanya Yuan dengan bingung.
"ah, maksudku tentang bakat menyanyimu, aku sangat tertarik dengan suara khasmu." ucap Giyo, menjelaskan.
“aku.? hmmm aku.” ucap Ian sambil mengelus elus dagunya dan menggut manggut.
“eh,, maksudku kami.” Giyo meralat kata katanya dan melirik Ian.
“maksudnya bagaimana.? apakah ada yang bisa say.. eh, aku bantu.?” ucap Yuan hampir keceplosan.
“jujur. Aku jatuh cinta, dengan suaramu. Dan aku ingin mengajakmu untuk bekerjasama dengan labelku dan juga agensi.” ucap Giyo.
Belum sempat Giyo melanjutkan kata katanya, kali ini dia mendapat lemparan strawberry dari Jeano.
“eh,, maksudku aku dan saudara saudaraku mengajak kamu untuk berkolaborasi dengan label kami.” Giyo kembali merevisi kata katanya.
Meri menahan senyum melihat tingkah Giyo.
Yuan yang masih kebingungan dengan kalimat Giyo hanya diam dan memasang wajah seperti orang hilang ingatan.
Dia berfikir tidak mungkin bintang dan idola seperti mereka menyukai suaranya yang hanya biasa saja, Meri yang menyadari hal itu, menepuk pundak Yuan.
“woiy,,, kesambet lu. Malah bengong.” ucap Meri.
“eh,, iya,, enggak.” Yuan terbata.
“hahaha,,, sepertinya masih ngantuk, atau gimana.?” tanya Jonath sambil tertawa.
“hehe,,, maaf aku masih bingung dan gak paham dengan maksud dari kata kata Giyo.” Yuan menjawab jujur sambil cengar cengir dan menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.
“singkatnya, kami mau mengajakmu untuk berkolaborasi dan bergabung dengan agensi kami.” lanjut Giyo.
Yuan tersedak salivanya sendiri mendengar penjelasan singkat dari Giyo, Ian kemudian mengulurkan minuman kepada gadis itu.
“terima kasih.” ucap Yuan, menerima minuman kaleng dari Ian.
“apa perlu aku memukul kepalamu agar kau sadar.?” ucap meri menggoda sambil berlagak akan memukul Yuan.
Dengan spontan Ian menghalangi kepala Yuan dengan tangannya, melihat tindakan Ian Meri terbelalak dan tersenyum gemas sambil menggoda.
“aku hanya bercanda loooooh." ucap Meri menahan senyuman dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya kemudian kembali duduk.
Mereka semua menyadari tindakan Ian dan menatap kearah Ian dengan pandangan penuh tanda tanya.
Yuan berusaha mencairkan suasana, dia tidak ingin ada kegaduhan yang akan membuat dirinya semakin malu.
“maaf, tadi Giyo menawarkan untuk berkolaborasi denganku.? tapi bagaimana mungkin, aku belum pernah punya single ataupun lagu sendiri. Selama ini aku hanya menyanyikan lagu artis terkenal, seperti kalian. Dan itu pun hanya sebatas di acara event dan cafe.” jelas Yuan.
“kita jadikan hal yang tidak mungkin, menjadi mungkin.” ucap Soni dengan tersenyum.
“aku akan membuat single untukmu.” ucap Giyo kemudian.
Spontan, Yuan memandang ke arah Giyo dengan tatapan tidak percaya.
“benarkah.???” ucap Yuan masih terkaget, menutup mulutnya masih tidak percaya dengan apa yang terjadi dengan dirinya saat ini.
“tentu saja. Lagu itu aku yang menulis, dan Giyo yang menyempurnakan.” ucap Jonath.
Semakin tidak percaya dengan apa yang terjadi dengan dirinya, yang tadinya dia kaget sampai terperanjat berdiri. Kali ini Yuan terduduk karna lemas, hingga kursi yang di dudukinya hampir jatuh ke belakang.
Beruntung Ian masih berada di sampingnya, dengan cepat memegang sandaran kursi dan Meri menggenggam lengan Yuan untuk menjaga keseimbangannya jika tidak, mungkin gadis itu, terjatuh dari kursinya.
“ini bukan bercanda atau cuma nge prank aku aja kan.?” tanya Yuan dengan nada lemas tidak percaya.
Meri memandang ke arah mereka semua, menganggukkan kepala dan tersenyum kepada Yuan.
“kami tidak bercanda, kami sudah membicarakan ini dari semalam dan pagi ini adalah final keputusan. Bahwa apa yang kami sampaikan padamu ini, adalah benar dan serius.” jawab Giyo.
“ya Tuhan,, apakah ini mimpi.? ataukah aku masih belum sadar dari mabokku semalam.” ucap Yuan sambil menepuk nepuk kedua pipinya.
“heiy pipimu akan memerah dan bengkak jika kau terus melakukan itu.” ucap Hyungga.
Jimi yang duduk di samping Ian, menggapai tangan Yuan agar gadis itu menghentikan kegiatannya. Sementara tangan Ian masih memegang kursi Yuan karna masih melihat kehebohan gadis itu. Ian takut ketika dia melepaskan pegangan tangannya, gadis itu akan terjerembab ke belakang.
“mending ku cium saja dari pada kau pukuli terus begitu.” goda Jimi sambil menatap gadis itu.
Yuan segera menghentikan kegiatannya dan memegang kedua pipinya yang mulai terasa panas, berusaha menyelamatkan pipinya.
“bagaimana, kau setuju.?” tanya Giyo kemudian.
“kalian yakin.?” tanya Yuan, masih dengan memegang kedua pipinya.
Semua orang yang berada di sana gemas dengan tingkah Yuan bahkan termasuk Meri, dia berusaha melepaskan tangan Yuan tapi gadis itu kekeuh menyelamatkan pipinya.
“maksudku, apa kalian yakin dengan tawaran kalian kepadaku.?” lanjut Yuan.
“tentu saja, kami sangat yakin.” ucap Jonath penuh keyakinan.
Ucapan Joanth itu, tentu saja mendapat anggukan dari semua orang yang ada di sana, tidak terkecuali Meri dan juga manager Bram.
“tunggu tungu.” ucap Meri tiba tiba.
“semalam ada yang bilang, hanya orang Budeg yang akan jatuh cinta kepada suaramu kan.? apakah itu berarti kalian semua budeg ya.?” ucap Meri menggoda Yuan lagi.
Mendengar ucapan Meri, Yuan dengan segera loncat dari tempat duduknya dan membungkam mulut Meri dengan kedua tangannya.
“heiy,,, kau akan benar benar terjatuh jika kau terus heboh seperti itu.” ucap Jeano.
Yuan kembali duduk ke tempatnya, terdiam memandang jauh ke arah laut. Melihat deburan ombak dan burung camar yang berterbangan di atas deburan ombak.
Hatinya merasa bimbang sesaat, hingga dia memandang satu persatu orang yang berada di sekitarnya.
Memejamkan matanya dan mengambil nafas dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan. Membuka matanya, memandang Giyo dan Jonath dengan bergantian kemudian berkata.
“aku bersedia. Mohon bimbingan dari para senior semua.” ucapnya sambil berdiri dan membungkukkan badan serta menundukkan kepalanya.
Meri adalah orang yang paling heboh di sana, dia berdiri bersorak, melompat dan memeluk serta mencium Yuan. Kemudian semua orang berdiri dan bertepuk tangan memberikan support kepada Yuan.
“selamat bergabung bersama kami.” ucap manager Bram mendekati Yuan dan mengulurkan tangannya bersalaman.
Yuan menyambut uluran tangan manager Bram.
“terima kasih dan mohon bimbingannya.” ucap Yuan.
Meri yang masih kegirangan dengan persetujuan Yuan, masih melompat dan memeluk sahabatnya itu hingga mereka berdua hampir terjatuh.
Soni dan Ian yang berada dekat di antara mereka berdua, dengan sigap meraih kedua gadis itu.
Secara bergantian, ketujuh pemuda itu mengulurkan tangan dan memeluk Yuan sebagai sambutan dan salam di mulainya kerjasama mereka.
Yuan yang masih saja tidak percaya dengan apa yang terjadi dengannya, tanpa sadar meneteskan air mata. Air mata kebahagiaan.
Jeano yang saat itu berada tepat di depan Yuan, menyadari hal itu, memberikan sapu tangan dari sakunya dan berkata.
“tenanglah, kami akan selalu menjagamu.” ucapnya sambil mengusap lembut kepala Yuan dan tersenyum.
Sikap Jeano yang lembut membuat Yuan semakin jatuh hati dengan pemuda ini.
Seperti penggemar SM pada umumnya, Yuan sangat mengidolakan member yang satu ini. Mendapat perlakuan dan perhatian seperti saat ini membuat hati Yuan merasa berbunga bunga namun juga sesak.
Bahagia sudah pasti, tapi Yuan berfikir bagaimana kedepannya dengan perjalanannya.
Perjalanan menuju Bintang yang dia impikan selama ini.