Anastasya menikah dengan Abimayu karena perjodohan orang tua mereka. Namun setelah menikah Abimayu bersikap acuh kepada Ana karena dia belum bisa menerima Ana dalam hidupnya. Sedangkan Ana telah lama jatuh cinta kepada Abimayu sejak pertama kali melihatnya. Ana terus berusaha untuk membuat Abimayu agar bisa menerima dirinya. Tapi Abimayu tetap tidak bisa menerimanya setelah mengetahui Ana adalah wanita yang suka pergi ke klub malam.
Mampukah Ana meluluhkan Abimayu sampai Abimayu menerimanya?
Mampukah Ana bertahan mencintai Abimayu disaat Abimayu selalu mengabaikannya?
jangan lupa lanjutkan baca kisahnya disini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adwiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 16
"Sejak kapan kamu menikah?" mereka akhirnya bertanya kepada Viko tentang pernikahannya karena tidak pernah mendengar pernikahan Viko.
"Aku dan Risa menikah sejak 3 tahun yang lalu," ucap Viko sambil berhenti sejenak untuk menarik nafas.
"Kami bertemu di sebuah klub malam dan kami menikah secara dia-diam tanpa ada seorang pun yang tahu, karena hubungan kami tidak disetujui oleh orang tua kami." Lanjut Viko.
"Pantas saja kamu jarang sekali ikut berkumpul lagi dengan kita." Salah seorang dari mereka menimpali ucapan Viko.
"Apa yang terjadi hingga kalian membuat keributan seperti tadi?"
"Aku hanya ingin meminta penjelasan darinya, karena dua tahun yang lalu dia sengaja menggugurkan bayi kami, alasannya karena dia belum siap merawat seorang anak."
Mereka semua memasang wajah heran mendengar cerita Viko. Ternyata sekarang masih ada seorang wanita yang berbuat hal menyedihkan seperti itu.
"Kamu sudah tahu dia mengugurkan bayi kalian, kenapa kamu bertanya dan ingin penjelasan lagi?"
"Aku tidak percaya alasannya. Aku yakin dia sengaja menggugurkan bayi kami karena dia ingin bersenang-senang kembali dengan banyak pria. Sebelum kami menikah, dia juga sudah tidak perawan lagi." Viko berbicara secara terbuka kepada para temannya.
Mereka semua hanya bisa mendengarkan cerita Viko dengan rasa prihatin. Mereka tidak menyangka selama ini Viko menyembunyikan semua ini dari mereka.
...----------------...
Di tempat lain, Ana sedang mengoleskan salep dibagian tubuh Risa yang nampak memar. Setelahnya Ana meminta Risa untuk menjelaskan semua yang terjadi hari ini.
"Aku dan Viko memang pernah menikah tiga tahun yang lalu," mulai Risa bercerita.
"Kami berkenalan di sebuah klub malam yang sering kita kunjungi dulu." Ana mengerutkan keningnya. Seingatnya, Risa dan dia selalu pergi ke klub bersama.
"Kenapa aku tidak tahu? Bukannya kita selalu pergi bersama?" tanya Ana heran.
"Kami berkenalan ketika aku pergi sendiri ke klub. Waktu itu, di rumahmu sedang ada acara pernikahan saudaramu," jelas Risa mengingatkan Ana.
"Hemmmmm, kamu sudah menghianatiku di belakang."
"Aku ingin menyembunyikan dia darimu karena aku merasa malu terhadapmu."
"Kenapa kamu harus malu, Risa?"
"Kita sudah berjanji tidak akan dekat dengan pria yang kita jumpai di klub malam. Janji itu yang membuat aku malu kepadamu."
"Aku tidak percaya kamu benar-benar memegang janji itu, tapi pada akhirnya mengingkarinya juga." Ana tertawa kecil.
"Kami menikah diam-diam karena hubungan kami tidak direstui oleh orang tua dari kedua belah pihak. Kami tetap menikah dan tinggal bersama. Aku telah dibuang orang tuaku karena menikah dengannya. Sedangkan dia masih diterima oleh keluarganya, tapi aku tidak boleh ada bersamanya. Beberapa bulan kami menikah, aku hamil anak pertamaku. Aku sangat bahagia, dan dia juga sama bahagianya. Hingga pada suatu hari, saat aku sedang sendirian di rumah, aku didatangi oleh orang tuanya dan meminta supaya aku meninggalkan anaknya. Alasannya, karena sejak menikah denganku Viko tidak pernah perhatian lagi kepada keluarganya. Mertuaku mengatakan kalau aku adalah orang yang telah menghancurkan keluarga mereka."
"Seharusnya bukan kamu yang disalahkan, tapi Viko lah yang harus di tanya. Kenapa dia bersikap begitu kepada orang tuanya." Ana si manusia yang paling tidak senang diam kalau sudah bercerita dengan orang lain. Tanpa diminta, dia terus mengeluarkan pendapatnya. Dia tidak bisa menjadi pendengar yang baik.
"Viko selalu saja bertengkar dengan mereka karena membelaku. Viko jadi anak yang tidak patuh lagi kepada mereka sejak menikah denganku. Aku di suruh untuk menggugurkan kandunganku karena mereka takut kalau itu bukan anaknya Viko. Kamu tahu kan, pasti semua orang menganggap kita seperti wanita liar karena penampilan dan karena kita sering ke klub malam."
"Orang-orang itu hanya melihat kita dari luaran saja. Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya."
"Suatu hari, Viko pergi ke luar kota selama seminggu karena urusan pekerjaan. Saat itu aku kembali di datangi oleh mertuaku, dan kami sempat ribut sehingga dia mendorongku dan membuat aku keguguran."
Ada air mata yang menetes di pipi Risa, tapi dia dengan cepat menghapusnya.
"Apa kamu memberitahu Viko yang terjadi?"
Risa hanya menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak ingin dia membenci orang tuanya. Biarlah aku yang disalahkan, agar dia tetap bisa bersama orang tuanya. Aku tidak ingin jika dia bernasib sama dengan ku yang dibuang oleh orang tuaku."
Dari cerita Risa, Ana bisa mengambil kesimpulan jika masalah mereka hanya tentang kesalahpahaman. Risa tidak ingin menceritakan kepada Viko apa yang terjadi dengannya karena ingin menjaga hubungan Viko dan keluarganya. Sedangkan Viko tidak ingin mempercayai Risa sama sekali karena telah kecewa dengan Risa.
"Kenapa kamu bisa bersama dengan tiga orang pria tadi?" Risa sudah tidak memikirkan masalahnya dengan Viko lagi karena dia tidak ingin kembali berlarut dalam kesedihannya.
"Aku sengaja mengajak mereka untuk menemui kalian."
"Hemmmmm, kamu kenal dengan mereka?" Risa penasaran, karena Ana yang dia kenal adalah seorang wanita yang sangat anti untuk berbicara dengan pria.
"Ternyata Viko mantan suamimu berteman dengan suamiku," ucap Ana yang membuat Risa terkejut dan melebarkan bola matanya.
"Dunia ini memang kecil." Risa berkata sambil menggelengkan kepalanya.
"Aku juga tidak percaya. Kita mempunyai suami yang ternyata juga berteman." Ana berkata pelan.
"Apa dia pria tampan yang memakai kemeja?" Risa mengingat orang-orang yang datang bersama Ana.
"Hemmmm, kamu tidak boleh menyukainya." Ana menggoda Risa yang masih membayangkan para pria teman Viko.
"Tapi, di antara semuanya dia memang yang paling tampan."
"Risaaaaa."
Risa tertawa senang karena berhasil menggoda Ana dan membuatnya kesal.
"Di mana kamu mendapatkan pria setampan itu? Apa dia sama dengan Viko?"
"Tidak! Dia tidak sama dengan Viko," bantah Ana dengan cepat. Dia tidak ingin Risa menyamakan Abimayu dengan pria yang dijumpai mereka di klub malam.
"Aku tahu, melihat dari wajahnya, dia adalah pria baik-baik. Tapi, kenapa dia bisa menikah denganmu? Apakah dia pria malang yang masuk dalam perangkap pesonamu?"
Mendengar ucapan Risa, Ana menjadi terdiam sejenak. Dia berfikir ada benarnya ucapan dari Risa. Abimayu adalah pria baik yang terperangkap dalam perjodohan dengannya. Seharusnya Abimayu mendapatkan wanita yang lebih baik dan sholehah dari dirinya. Dia sedikit tidak pantas jika disandingkan dengan Abimayu yang jika dilihat dari sisi pakaiannya.
"Tidak. Kami memang dijodohkan, meskipun begitu, kami saling menyukai," bohong Ana berkata kepada Risa. Dia tidak ingin Risa mengetahui apa yang terjadi sebenarnya dengan hubungannya dan Abimayu.
Sekarang Ana yakin jika Abimayu sudah mendengar cerita dirinya dari Viko, karena Viko sempat membawa dia dalam masalah mereka. Ana yakin, sedikit banyaknya, Abimayu pasti bertanya tentang dirinya kepada Viko.