Naina harus menyembunyikan fakta bahwa dokter Nickolas Carter adalah seorang pria yang impoten. Sementara Nick harus menyembunyikan fakta bahwa Naina adalah seorang wanita malam.
Dalam perjanjian tersembunyi itu mereka terikat sebuah pernikahan.
"Buat aku sembuh, setelahnya aku akan melepaskanmu," kata Nick.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SA Bab 17 - Firasat
Keluar dari ruangan Dokter Nickolas wajah Naina sumringah sekali, meski pernikahan ini masih tentang menguntungkan untuk satu sama lain tapi setidaknya kini akan Naina jalani dengan hatinya. Benar-benar membuka hati untuk menjadikan pria itu penghuni hati.
Apapun jika dijalani dengan tulus Naina yakin akan membuahkan hasil yang baik. Namun meski begitu dia tidak ingin sampai terbang ke atas langit, Naina akan tetap memegang tangan ibunya agar tidak lupa dimana kakinya berpijak.
Andai, andai suatu saat nanti dia harus berpisah dengan dokter Nickolas dengan alasan apapun Naina akan ikhlas, setidaknya saat ini dia sudah coba untuk mencintai dengan tulus.
"Aku harus kembali ke kamar ibu," gumam Naina, seraya mempercepat langkah untuk meninggalkan gedung tersebut. Keluar dari lift di lantai 1 Naina dibuat terkejut saat bertemu dengan beberap orang, dia buru-buru menunduk dan memberikan hormat.
Dan keberadaannya di sini tentu membuat semua orang menatap bingung, pasalnya wanita itu bukanlah salah satu pekerja di sini.
"Kamu siapa?" tanya seorang wanita yang jadi urung naik ke lift, demi mempertanyakan tentang wanita asing ini.
Naina memang hanya dikenal di tempat ibunya di rawat, selebihnya pun tak ada yang mengenal dia. "Saya Naina, Bu. Ibu saya di rawat di rumah sakit ini dan dokter Nickolas memanggil saya untuk datang ke ruangannya."
"Siapa nama ibumu?"
"Ibu Wilda."
"Em, ya sudah pergilah."
"Baik, Bu. Saya permisi," balas Naina, dia menunduk lagi sebelum benar-benar meninggalkan tempat tersebut.
Astaga, terlalu banyak orang jika datang ke ruangan dokter Nickolas. Batin Naina, membuatnya was was sendiri. Rasanya lebih baik bertemu di ruangan praktek saja.
Ais, tadi lupa tidak melihat kamar dokter Nickolas di ruangan itu. Padahal kan aku ingin tau. Batin Naina lagi. Sepanjang jalan ke kamar rawat sang ibu Naina membatin terus, sesekali pun tersenyum tidak jelas.
"Siang, Kak" sapa Naina pada segerombolan perawat yang dia lewati.
Deg! Jantung Naina seketika berdenyut ketik di belakang para perawat itu ada pula dokter Gracia.
"Siang, Dokter," sapa Naina pula, menunduk dalam agar tidak ditanya-tanya. Dia bahkan mempercepat langkah untuk segera pergi.
"Naina," panggil Gracia dan saat itu juga terhenti lah langkah Naina.
Astaga, batin Naina, mendadak was-was. Selama ini dia memang pandai bersandiwara. Tapi jika tentang Dokter Nickolas selalu membuatnya gugup. Takut salah bicara.
Naina jadi terpaksa berbalik dan kembali menghadap pada dokter wanita tersebut. "Iya Dok, ada apa?" tanya Naina, sok polos.
"Kamu baru keluar dari ruangan dokter Nickolas?" tanya Gracia dengan dahi yang berkerut. Jika benar Naina baru keluar berarti pertemuan mereka lama sekali, sampai 1 jam 30 menit. Rasanya tak masuk akal keduanya bersama dalam kurun waktu selama itu. Pembicaraan tentang ibu Wilda jelas tak akan selama ini, dan kata Nickolas dia pun sedang memiliki urusannya sendiri.
"Iya Dok, saya baru keluar dari ruangan dokter Nickolas ," jawab Naina, dia tidak melihat jam, jadi tidak tau tentang waktu. Pikirannya pun tidak sejauh yang dipikirkan oleh Gracia. Belum lagi saat ini Naina sedang gugup, jadi menjawab cepat tanpa pikir panjang.
Sementara Gracia seketika terdiam, karena melihat tanda merah di leher Naina yang terlihat jelas jika ditatap lekat seperti ini.
Firasatnya sebagai seorang wanita, mulai berbisik jika mungkin ada sesuatu ...