NovelToon NovelToon
CERMIN UNTUK BERKACA

CERMIN UNTUK BERKACA

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Sri Rusmiati

Semua cintanya sudah habis untuk Leo. Pria tampan yang menjadi pujaan banyak wanita. Bagi Reca tidak ada lagi yang pantas dibanggakan dalam hidupnya kecuali Leo. Namun bagi Leo, Reca terlalu biasa dibanding dengan teman-teman yang ditemui di luar rumah.
"Kamu hoby kan ngumpulin cermin? Ngaca! Tata rambutmu, pakaianmu, sendalmu. Aku malu," ucap Leo yang berhasil membuat Reca menganga beberapa saat.
Leo yang dicintai dan dibanggakan ternyata malu memilikinya. Sejak saat itu, Reca berjanji akan bersikap seperti cermin.
"Akan aku balas semua ucapanmu, Mas." bisik Reca sambil mengepalkan tangannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Rusmiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kado terakhir

Suasana di rumah sakit sedikit menegangkan bagi Leo. Sikapnya yang dingin tentu tidak bisa membuat Mba Ara lebih tenang. Meskipun melihat wanita di hadapannya menangis tersedu, Leo hanya bisa menunduk. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan.

"Gimana kalau Papa ninggalin aku, ya?" tanya Mba Ara.

"Husst, jangan begitu Mba. Pak Alam pasti sehat," ucap Leo.

"Tapi Papa masih belum sadar," ucap Mba Ara.

"Tapi perawat bilang masa kritisnya sudah lewat," ucap Leo.

Benar saja, ditengah obrolan Leo dan Mba Ara, Leo melihat tangan Pak Alam bergerak. Dengan cepat mereka mendekat. Mba Ara begitu bahagia saat mendengar suara Pak Alam. Belaian tangan ayahnya membuat Mba Ara kembali harus meneteskan air mata. Tangannya dingin, tidak sehangat biasanya.

"Leo, aku titip Ara ya. Bimbing dia," ucap Pak Alam.

"Bapak tidak perlu khawatir, Mba Ara sudah dewasa. Sekarang Bapak fokus sama kesehatan Bapak saja," ucap Leo.

"Aku tahu. Tapi Ara gak ada siapa-siapa selain kamu," ucap Pak Alam.

"Ada Bapak yang akan selalu menemani Mba Ara," ucap Leo.

Pak Alam mencerna baik-baik jawaban Leo. Menurutnya Leo menolak Mba Ara. Dalam kondisinya yang tidak stabil, Pak Alam mengira Mba Ara hanya akan menjadi beban untuknya.

"Ara," panggil Pak Alam lirih.

Mba Ara mengangkat wajahnya. Dengan mata yang sudah sembab, Mba Ara menggenggam kuat tangan Pak Alam.

"Jaga diri baik-baik ya Araku. Papa titip perusahaan juga. Siapapun yang datang, kamu tetap pemilik tunggal perusahaan. Tidak ada yang bisa mengganggu gugat semua itu. Papa yakin meskipun tidak ada yang bisa menerimamu, kamu bisa berdiri sendiri. Kamu mungkin sendiri, tapi Papa ada di hati kamu. Ingat itu," ucap Pak Alam.

Mendengar hal itu, Mba Ara semakin sakit. Ia menangis semakin kencang. Leo menunduk. Ia merasa tertampar dengan ucapan Pak Alam. Namun lidahnya kelu. Ia tidak bisa mengucapkan apapun untuk menenangkan Mba Ara.

Setelah melihat Mba Ara tenang, Leo memintanya untuk istirahat. Perlahan Leo menghampiri Pak Alam. Ia menggenggam tangannya erat. Ia mengingatkan Pak Alam untuk tetap fokus pada kesehatannya.

"Dengarkan aku baik-baik. Perusahaan itu milik Ara. Aku sudah mengalihkan semuanya menjadi atas nama anakku satu-satunya. Tidak ada yang bisa menggugatnya," ucap Pak Alam tegas.

"Baik, Pak. Saya mengerti," ucap Leo.

Meskipun Leo sebenarnya tidak paham apa yang dimaksud oleh Pak Alam. Mba Ara memang satu-satunya anak yang dimiliki Pak Alam. Jadi secera otomatis, pemegang perusahaan juga akan jatuh ke tangan Mba Ara. Menurut Leo semua tidak perlu dibahas karena memang sudah seharusnya seperti itu.

Leo mematung melihat laptopnya yang masih terbungkus rapi dalam tas. Ia tidak mungkin melakukan pekerjaan dalam kondisi seperti ini. Sesekali Leo menatap Pak Alam. Melihat napasnya yang tampak semakin cepat.

"Leo," panggil Pak Alam lirih.

Leo yang memang belum tidur segera mendekat. Suara Pak Alam semakin tak jelas. Leo harus bertanya ulang saat mendengar jawaban yang tak jelas itu. Tangannya mulai bergetar. Pandangannya juga semakin kabur.

Terakhir yang Leo dengar adalah Ara dan perusahaan. Setelah itu tidak ada lagi kata yang keluar. Matanya sesekali terbuka. Kesadarannya sudah semakin menurun. Leo segera membangunkan Mba Ara. Tangisan kembali pecah melihat kondisi Pak Alam yang semakin menurun.

Beberapa orang dengan seragam putih tampak berbaris dan fokus mengamati kondisi Pak Alam. Mba Ara nyaris pingsan jika tidak ditahan oleh Leo. Dengan perasaan tidak enak, Leo menahan tubuh Mba Ara. Tangan kirinya memegang bahu perempuan yang tak henti menangis itu.

"Papaaaaa," teriak Mba Ara saat dokter menyatakan Pak Alam tidak bisa diselamatkan.

Bukan hanya Mba Ara, Leo pun ikut merasakan sakit. Dadanya terasa sesak. Laki-laki yang sudah ia anggap sebagai ayahnya kini pergi meninggalkannya. Perhatian dan ketelatenannya dalam mengajarkan Leo tentang perusahaan membuat Leo benar-benar kehilangan.

Kepercayaan Pak Alam memang sepenuhnya diberikan pada Leo. Bahkan akhir-akhir ini, Pak Alam sering memintanya untuk menghadiri meeting penting dengan orang-orang hebat. Ternyata semua dilakukan memang untuk membuat Leo dikenal di kalangan rekan bisnisnya.

Keberadaan Leo memang membuat beberapa orang iri padanya. Kedekatan Pak Alam dan Leo yang terbangun begitu saja membuat mereka nampak seperti ayah dan anak. Jika saja Leo tidak memiliki istri, mungkin Leo sudah jadi menantunya sejak dulu.

"Tenang Mba. Ada saya," ucap Leo.

Ucapan spontan yang membuat Leo ikut terkejut mendengarnya. Entah keberanian apa yang membuat Leo mengucapkan kalimat itu. Kalimat yang membuat Mba Ara sedikit lebih tenang. Merasa yakin jika Leo adalah orang yang dihadirkan untuk menggantikan ayahnya, Mba Ara memeluk erat Leo dan menangis sejadi-jadinya.

Leo segera mengabari Reca berita duka ini. Reca tampak terkejut dan ikut histeris saat mendengar kabar Itu. Beruntung ada Dini. Dengan ditemani Dini, Reca datang menghadiri proses pemakaman. Leo segera menyambut kedatangan Reca. Pelukan Reca segera disambut oleh Leo.

Dari jarak yang cukup dekat, Dini mengamati kebersamaan sahabatnya dengan suami yang sangat dicintainya. Tiba-tiba saja Mba Ara pingsan. Manisnya sikap Leo, bahkan untuk membantu Mba Ara saja ia meminta izin Reca.

"Ma, aku janji akan mendapatkan suami seperti Mas Leo. Aku tidak akan mencari suami seperti Papa. Tukang selingkuh," gumam Dini sembari mengepalkan tangannya geram.

Suasana pemakaman sangat ramai dihadiri oleh beberapa petinggi perusahaan. Berbagai kalangan menghadiri pemakaman di sana. Ada beberapa orang yang tidak saling mengenal namun bertemu di tempat itu. Tidak saling menyapa namun sama-sama mendoakan Pak Alam. Sosok Pak Alam memang orang yang sangat baik dan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Hal ini yang membuat orang-orang datang untuk mengantar ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Hari kepergian Pak Alam adalah hari kehancuran Mba Ara. Ia yang hanya memiliki Pak Alam seolah menyerah. Tidak ingin melanjutkan hidup. Untung saja Reca mendekat dan memeluk Mba Ara.

"Ada aku sama Mas Leo, Mba. Kita di sini ada buat Mba," ucap Reca sambil memeluk Mba Ara.

Mba Ara menatap lekat wajah Reca. Usia Reca lima belas tahun di bawahnya, namun terlihat begitu dewasa. Kata-katanya sangat menenangkan. Membuat kaki yang nyaris tidak kuat menopang tubuh itu perlahan berdiri tegak. Dengan gemetar langkahnya mencapai sebuah kotak di atas nakas.

"Ca, ini amanat dari Papa buatmu." Mba Ara memberikan kotak kecil itu dengan air mata yang terus mengalir.

Reca tidak tahu apa yang ada dalam kotak itu. Ia hanya menerima dan membuka saat Mba Ara memintanya. Bibirnya tersenyum saat melihat tulisan pada kotak tersebut. "Hadiah untuk Reca". Betapa terkejutnya Reca saat sepucuk surat ditulis Pak Alam untuknya. Selain itu, ada sebuah kunci di sana. Meski Reca bingung kunci apa yang ada dalam kotak itu, Reca lebih tertarik dengan sebuah kertas dengan tulisan yang cukup panjang.

Kata-katanya sangat menyayat hati. Lebih sakit saat akhir surat itu memberi tahu jika kunci yang ada dalam kotak adalah kunci salah satu kamar di rumahnya. Dimana dalam kamar itu Pak Alam sudah menyediakan hadiah untuknya. Dengan sedih, Reca memeluk kotak pemberian Pak Alam.

"Ini kado terakhir dari Bapak," lirih Reca.

1
AngelKiss
Reca sama Resi namanya sedikit sama 😅
Zhree: wkwkwkw... iya takut ketuker..
total 1 replies
Septyan Rustyana
menarik
Zhree: makasih kak..
total 1 replies
Septyan Rustyana
semangat Thor
Zhree: siapp kak
total 1 replies
martiana. tya
kalo beloh kasih masukan, nanti part nya terlalu panjang, biar ngga terlalu jenuh. jangan yang terlalu lebay...

maaf ya

semangat
Zhree: oke kak siappp laksanakan
martiana. tya: maksud saya jangan terlalu panjang/Smile/, kalo sampai 200 kadang malah males baca
total 3 replies
AngelKiss
Semangat
Zhree: siaaapppp...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!