Karina tak pernah menyangka liburan mewahnya di kapal pesiar akan mengubah hidupnya selamanya. Malam yang diawali dengan angin laut yang menenangkan berubah menjadi malam penuh gairah bersama seorang pria misterius bernama Demian.
pertemuan pertemuan tidak sengaja membuatnya semakin tenggelam dalam gelombang gairah yang tidak bisa padam.
Namun, semuanya berubah menjadi rumit ketika pria itu terus mengejarnya padahal pria itu tahu bawa dirinya telah menikah.
Lebih mengejutkan lagi Demian adalah seorang mafia yang berkedok sebagai pengusaha sukses.
Kehidupan Karina semakin jungkir balik saat
Demian terus mengejar Karina, dan pria itu tahu rahasia besar dibalik pernikahan Karina dan Malvin yang selama ini di sembunyikan dari banyak orang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon umnai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 33
Dean langsung menutupi tubuh Karina dengan jaketnya, karna gaun yang dikenakan Karina terlihat sangat terbuka.
"apa yang kau kenakan?" tanya Dean .
"Aku sedang menghadiri pesta temanku di club, lalu Leon menghubungiku bahwa ada seseorang yang butuh pertolongan, dan seperti biasa anak buahnya sudah siap siaga di depan" jawab Karina.
"Apa ada yang salah? Haruskah aku memakai baju tidur?" tanya Karina dengan wajah bingung, gaun yang ia kenakan memang terbuka namun itu normal saat di bawa ke club.
"kau mabuk" ucap Dean mencium aroma alkohol dari mulut Karina.
"tidak, aku masih sadar" jawab Karina menabok lengan Dean.
"lalu siapa yang harus aku obati?" tanya Karina dengan sebal pada Dean.
"Demian" jawab Dean menggeser tubuhnya agar Karina bisa melihat Demian.
Mata Karina membulat melihat Demian, pria itu sudah pulang setelah tidak pernah memberi kabar terhadapnya, dan sekarang pria itu terluka lagi.
"pergilah kalian, tinggalkan aku dan dokter ini" ucap Demian dengan datar.
"dokter cantik tolong obati bossku dan satu lagi berikan dia obat bius, atau suntik lumpuh saja dia agar tidak banyak bergerak" ucap Leon pada Karina, sontak hal itu membuat Demian mengangkat kakinya untuk menendang Leon, posisi Leon tengah berdiri disebelah Demian.
"oh fuck.,.,
Tatapan Karina berpindah pada Leon, lagi lagi ia terkejut melihat wajah Leon sama seperti wajah Demian, terdapat beberapa lebam pada wajah pria itu.
"wajahmu.,.
"it okay, aku sudah mengobatinya" jawab Leon meringis sakit, lalu berlalu pergi menyusul yang lain.
"boss, ingat pintu ini tidak aku kunci" ucap Leon menyembulkan kepalanya dengan tersenyum jahil pada Demian.
"keluar!!!" bentak Demian yang sudah habis kesabaran menghadapi Leon.
Karina dengan pelan berjalan menuju arah Demian, duduk disisi ranjang.
"kenapa lagi?" tanya Karina lembut menatap wajah Demian, jujur saja tidak bertemu beberapa hari dengan Demian membuat ia merindukan pria tersebut.
"hanya luka kecil baby, kemarilah sebelum kau mengobatiku, aku ingin kau memeluku" pinta Demian mengulurkan tangannya.
Karina mengangguk dan menerima uluran tangan itu, tubuh Demian yang setengah berbaring langsung merengkuh tubuh mungil Karina, kepalanya ia telusupkan pada ceruk leher Karina, hidungnya meraup aroma yang saat ini menjadi favorite Demian.
"sudah, saatnya aku harus obati lukamu, sekarang berbaringlah" pinta Karina melepaskan pelukan Demian dan membenarkan posisi Demian untuk berbaring.
Karina mengamati luka itu, kemudian menatap Demian kembali.
"ada apa baby?" tanya Demian saat Karina menatapnya.
Karina menghela nafas dengan sikap Demian yang sangat santai itu.
"luka ini tidak terlalu panjang, tapi jika dijahit sudah pasti ini termasuk luka yang serius, boleh katakan padaku apa yang terjadi?" pinta Karina menatap tajam Demian.
"sebuah pisau menancap di perutku, itu saja" jawab Demian kelewat santai membuat Karina mendengus.
Karina lalu membuka tas medisnya dan mengeluarkan peralatan dan obat obat seadanya yang diperlukan untuk mengobati Demian.
"kau janji padaku, tidak akan terluka, tapi kau mengingkarinya" ucap Karina sambil matanya fokus pada luka Demian, tanganya bergerak cepat membenarkan jahitan yang lepas.
"baby bisakah kau pelan sedikit" pinta Demian meringis menahan ngilu.
Karina menatap Demian, tatapanya masih tidak bersahabat "aku tidak membawa peralatan dan obat yang lengkap, tahan sebentar, harusnya kau menurut apa yang dikatakan Leon untuk segera ke rumahsakit" omel Karina.
Demian terkekeh mendapat omelan dari Karina.
"kau sama seperti ommaku saat sedang mengomel, apa semua wanita seperti ini?" tanya Demian, Karina mendengus kesal, tanganya sengaja menekan luka Demian membuat pria itu meringis.
"sakit baby" ringis Demian.
Demian terus mengamati wajah Karina, ia selalu terpukau dengan wajah itu, karina sosok yang berbeda dari beberapa wanita yang selama ini sudah pernah ia temui.
"aku harap setelah ini, tolong jangan banyak gerak, lukamu akan kembali membuka jika kau selalu aktif gerak" ucap Karina menatap Demian.
"hmmm.,." balas Demian berupa gunaman masih menatap wajah Karina, Demian kemudian mengubah posisinya menjadi duduk bersilah, mengamati Karina yang tengah memasukan menutup tas medisnya.
"aku harap kau mendengarkanku, aku akan kembali besok untuk mengecek luka ini" ucap Karina menatap Demian dengan tajam, namun sedetik kemudian wajahnya berubah lembut.
"kau sudah mengganggu quality timeku, jadi aku harap kau membayarku dengan banyak" ucap Karina dengan senyum manisnya.
Tangan Demian bergerak meremas pundak Karina, membuat wanita itu menatap Demian dengan ekspresi tanya.
Demian tersenyum tipis menarik tangan Karina hingga wanita itu duduk disebelahnya, tangannya bergerak memeluk pinggang Karina dengan posesif hingga tubuh mereka menempel.
"tentu, berapa uang yang kau inginkan baby" bisik Demian mengecup telinga Karina membuat wanita itu merinding saat nafas Demian menerpa telinganya.
Tangan Demian bergerak mengusap paha Karina, merambat naik, Karina menggigit bibir bawahnya.
"aku akan memberikan bayaran yang tidak bisa pasien lain berikan" bisik Demian hidungnya menyesap aroma tubuh Karina.
"aahh.,. No!!! jangan sekarang" bisik Karina sambil melirik arah pintu, jari Demian sangat nakal membuatnya susah bernafas.
"why?, apa kau takut" bisik Demian lagi dengan senyum miringnya, semakin cepat menggerakan jarinya. Ia menyukai semua ekspresi yang Karina berikan, wajah Karina terlihat sangat seksi.
"aahhh Demian.,." desah Karina meremas pinggiran ranjang, tidak kuasa menahan permainan jari yang Demian berikan.
Demian tersenyum menyerigai puas saat melihat mata Karina yang mulai sayu.
"jangan!!! aku mohon jangan sekarang" pinta Karina dengan berbisik saat bibir Demian mulai menjelajahi dadanya.
Demian mengangkat kembali kepalanya, dan menatap Karina dengan frustasi.
"fuck,.,. !!! berikan aku ciuman sebagai gantinya" ucap Demian dengan wajah marah.
Karina tanpa menjawab langsung meraup bibir Demian dengan bibirnya, bibir keduanya saling bertauatan, saling menyesap dan berperang lidah dengan perasaan saling menggebu.
Demian menggeram, jika saja saat ini keadaanya memungkinkan sudah pasti dirinya menyeret dan membanting tubuh Karina keatas ranjang hotel dan menghabiskan malam panas yang begitu menggairahkan.
Karina melepas tautan bibir mereka membuat Demian merasa kehilangan.
"istirahatlah," ucap Karina menatap Demian.
Demian mendengus, lalu mengecup kening Karina.
"baiklah anak buahmu akan mengantarmu" jawab Demian.
Karina mengangguk, ia bergantian mengecupi wajah Demian dengan lembut dan lama. Hal itu membuat Demian terdiam merasakan perasaan dan hatinya yang menghangat oleh perlakuan lembut Karina.
Karina keluar kamar, disana para laki laki tengah duduk disofa sambil mengobrol, asap rokok langsung menyambut Karina.
Melihat karina, Leon langsung menghampiri Karina.
"dokter.,,.
"lukanya sudah aku obati, aku harap Demian jangan banyak bergerak" ucap Karina, Leon mengangguk paham.
"ah aku hampir lupa bertanya padamu Karina, Dean, apa kau memiliki kembaran?" tanya Alex membuat Karina langsung menatap Alex, Leon pun sama menanti kelanjutan ucapan Alex.
"punya namun dia sudah meninggal" jawab Karina.
"ada apa?" tanya Karina dengan bingung.
"tidak, selama aku di jepang, beberapa kali aku seperti melihat orang yang mirip denganmu" jawab Alex.
"benarkah?" tanya Dean.
"bisa jadi itu kembaran Karina yang ke 7, bukankah ada yang mengatakan bahwa kita memiliki 7 kembaran di dunia ini?" tanya Leon dengan senyum.
"bisa jadi" ucap Alex, Karina hanya mengangkat bahunya Acuh.
***
Stella saat ini tengah memasukan baju baju miliknya ke dalam koper, tiba tiba Katia datang dengan tongkat ditangan kirinya yang berguna untuk membantunya berjalan.
"mamah kapan aku boleh pulang, aku ingin pulang ke Newyork" pinta Katia dengan sedih.
"belum saatnya sayang, tunggu kau benar benar pulih dan ini bukan sesuatu hal kecil, jika tiba tiba kau muncul akan membuat semua orang terkejut" ucap Stella.
"tapi mah.,.
"mamah akan berbicara pelan pelan pada Karina semoga dia mau mengerti" ucap Stella.
"apa mamah menyayangi Karina?" tanya Katia menatap tidak suka.
"mamah sayang semua anak mamah" jawab Stella dengan senyum.
"apa mamah lupa, bahwa Karina penyebab papah meninggal??!!, karna Karina kak Dean harus banting tulang mengembangkan perusahaan papah diparis yang bangkrut karna kepergian papah, apa mamah tidak kasian pada kak Dean menanggung itu semua?, dan satu lagi, jangan lupa setiap malam mamah menangisi papah!!!, jika bukan Karna Karina keluarga kecil kita masih lengkap dan utuh!!!" ucap Katia.
