Cinta Arumi dan Ryan ditentang oleh Mami Rosalina karena perbedaan status.
Kejadian tidak terduga ketika Arumi menabrak Reyhan yang merupakan kakak dari Ryan. Arumi diminta untuk bertanggung jawab karena Reyhan mengalami kebutaan akibat dari kecelakaan itu.
Tahu Arumi adalah mantan kekasih Ryan, Reyhan memintanya untuk menjadi istri dan mengurus segala keperluannya.
Bagaimana perasaan Arumi ketika tahu laki-laki yang dinikahinya adalah kakak dari Ryan, orang yang sangat dia cintai?
Apa yang akan terjadi kepada mereka ketika tinggal serumah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Bab 13
Arumi dan Reyhan masuk ke dalam rumah. Keduanya ditatap penuh selidik oleh Mami Rosalina beserta teman-temannya.
Reyhan mendengar suara bisik-bisik orang asing. Dia menduga di sana sedang banyak tamu. Bau parfum yang beraneka wanginya, juga suara yang tidak dikenal, membuat Reyhan yakin itu tamu Mami Rosalina. Dia sengaja melepaskan tangan yang sejak tadi digenggam oleh Arumi. Laki-laki itu berganti merangkul pinggang istrinya.
Mata ibu-ibu sosialita itu terbelalak melihat pemandangan di depan mata mereka. Tidak lupa mulut bergincu mereka juga terbuka lebar, saking terkejutnya.
Arumi sebenarnya terkejut ketika melihat banyak tamu di rumah. Karena tidak melihat satu pun mobil di depan. Dia tidak tahu kalau mobil tamu itu berada di garasi belakang, hal itu agar memudahkan mereka ketika akan pulang nanti.
"Assalamualaikum," salam Arumi kepada para tamu. Tidak lupa dengan senyum manis terlukis di wajahnya.
"Wa'alaikumsalam," balas mereka semua, kecuali Mami Rosalina.
"Apa ada tamu, Sayang?" tanya Reyhan pura-pura tidak tahu.
"E, iya, Mas," jawab Arumi.
"Sayang?" batin para tamu itu dan langsung melirik ke arah Mami Rosalina yang memasang wajah menahan emosi.
"O, selamat siang semua," ucap Reyhan. "Sayang, ayo, kita ke kamar. Aku ingin tidur dulu."
"A, iya, Mas." Arumi pun pergi setelah menyapa sejenak.
"Jeng Rosalina, apa maksudnya tadi?"
"Jeng, apa Reyhan tidak bisa melihat? Kok, dia bicaranya begitu, tadi!"
"Bukannya Arumi itu pacarnya Ryan. Kenapa sekarang bisa sama Reyhan?"
Kepala Mami Rosalina seperti akan pecah ketika mendengar banyak sekali pertanyaan dari teman-temannya secara bersamaan. Dia semakin benci saja pada pasangan suami-istri itu.
"Reyhan mengalami kecelakaan dan menjadi buta. Arumi, lah, yang sudah mencelakai Reyhan dan bertanggung jawab dengan menikahinya. Memangnya siapa yang mau sama orang buta," jawab Mami Rosalina menjawab semua rasa penasaran para tamu.
"Apa?" Semua orang terkejut. Sebelumnya mereka hanya tahu kalau Reyhan mengalami kecelakaan, itu saja. Tentang kondisinya saat ini mereka baru tahu.
Reyhan yakin kalau ibu tirinya saat ini sedang marah. Dia tahu betul seperti apa sifat wanita itu. Selamanya laki-laki itu akan membuat wanita perebut ayahnya hidup tidak tenang dan menanggung malu.
"Mas, tidurlah dulu! Aku akan buatkan makan siang," ucap Arumi.
"Sudah ada Bi Nina. Aku tahu kamu masih banyak pekerjaan. Kerjakan saja pekerjaan kamu. Aku harap mulai sekarang kamu jangan begadang untuk menyelesaikan pekerjaan itu."
Arumi tersenyum tipis. Dia tidak menyangka kalau suaminya tahu setiap malam dirinya selalu begadang. Dia juga merasa terharu atas perhatian laki-laki itu.
"Ternyata dia baik juga," batin Arumi.
Seperti Arumi harus meralat ucapnya kepada Reyhan. Saat ini laki-laki itu duduk di belakang sambil memeluk dan mengendus tengkuknya. Sesekali memberikan ciuman dan itu membuatnya merinding juga geli. Hal ini mengganggu konsentrasi saat bekerja.
"Boleh aku pegang ini?" Reyhan menyentuh aset Arumi di bagian dada.
"Jangan!" jerit Arumi. Dia ngga mau Reyhan berlaku lebih. Sebelumnya tidak ada orang lain yang menyentuh bagian itu.
Karena dilarang akhirnya Reyhan melingkar kembali kedua tangannya di perut Arumi. Dia mengusap perut itu sambil berbisik di telinga sang istri, "Semoga segera hadir bayi kita di dalam sini."
Arumi yang sedang menggambar desain rumah sampai menghentikan jari-jari tangannya. Tubuhnya tiba-tiba menegang karena ucapan Reyhan. Sungguh dia tidak menyangka suaminya akan bicara seperti itu.
"Apa dia ingin punya anak?" batin Arumi.
Ketika Arumi menoleh bibirnya malah menyentuh pipi Reyhan. Detik berikutnya laki-laki itu membalas ciuman sang istri.
Arumi bertanya-tanya dalam hati, apakah suaminya benar-benar tidak bisa melihat atau bohongan. Karena dalam keadaan tidak bisa melihat masih bisa mencium bibirnya dengan tepat sasaran.
Napas Arumi terputus-putus karena kehabisan pasokan oksigen di paru-parunya. Reyhan tidak akan berhenti mencumbu dirinya sampai merasa puas.
"Aku sangat menyukai mulutmu yang manis ini," bisik Reyhan dan membuat Arumi malu dan meremang sekujur tubuhnya. Dia pun pasrah ketika suami menciumnya kembali.
Suara ketukan di pintu menghentikan aksi Reyhan. Arumi pun segera membuka pintu. Terlihat ada Bi Nina di sana.
"Non, makan siang sudah siap!"
"Baik, Bi. Makasih!"
Arumi membawa Reyhan makanan berdua di ruang makan. Karena tahu hari ini Arumi pergi ke luar, Papi Rendra dan Ryan tidak pulang ke rumah. Mereka maunya makanan yang dibuat oleh gadis itu.
Seperti biasa, Arumi menyuapi Reyhan. Tiba-tiba Mami Rosalina datang dengan marah.
"Apa maksud kalian tadi? Apa kalian mau mempermalukan aku di depan tamu?" tanya Mami Rosalina.
"Jaga mulut kamu!" bentak Reyhan balik. "Kita tidak melakukan kesalahan apa pun. Kalau kamu tidak suka ada aku dan istriku di sini, sebaiknya kamu pergi saja dari rumah ini. Toh, sejak awal juga ini bukan rumah kamu."
Reyhan bicara dengan sarkas kepada Mami Rosalina. Dia tidak suka dengan ibu tirinya itu yang selalu bertindak layaknya nyonya besar di rumah yang khusus dibuatkan untuk mamanya.
Arumi terdiam mendengar ucapan Reyhan. Dia tidak menyangka sang suami sampai berani bicara seperti itu kepada ibu tirinya. Setahu dia Ryan juga sering kontra dengan Mami Rosalina, tetapi tidak sampai seperti ini.
"Kau ...!" Mami Rosalina ingin balas memaki Reyhan. Namun, tidak jadi ketika laki-laki itu menoleh ke arahnya. Wanita itu tahu kalau anak sambungnya tidak bisa melihat, tetapi terasa ditatap tajam olehnya. Lalu, dia pun memilih pergi.
"Mas ...." Arumi memegang tangan Reyhan.
"Aku sudah tidak mau makan lagi. Kamu lanjutkan saja makannya!" Reyhan berdiri. Namun, dia ingat kalau dirinya tidak bisa melihat. Takut malah menabrak perabotan rumah. Jadi, dia duduk kembali.
"Kenapa?" tanya Arumi.
"Karena aku tidak bisa ke kamar sendirian, harus ada yang bantu," jawab Reyhan menahan malu.
Arumi terkekeh geli. Dia juga merasa bodoh, malah menanyakan sesuatu yang tidak seharusnya dia tanyakan. Dia segera menghabisi makanannya, lalu mengajak Reyhan ke kamar.
***
"Apa benar kamu tadi mau mengusir Mami?" tanya Papi Rendra kepada Reyhan. Dia mendapat aduan dari sang istri yang sambil menangis.
"Kenapa? Dia yang memulai duluan," balas Reyhan balik. "Beri tahu pelakor itu, jangan melakukan hal buruk sama istriku. Karena aku juga tidak akan tinggal diam!"
Papi Rendra mengerutkan kening. Dia tadi mendapat aduan dari istrinya kalau Reyhan tiba-tiba saja berbuat ulah ketika ada tamu di rumah mereka, bahkan mengusir dirinya.
"Jadi, cerita siapa yang benar?" tanya Papi Rendra.
"Ya, aku, lah!" jawab Reyhan. "Masa Papi tidak tahu kalau istrinya tukang bohong dan penipu."
Lagi-lagi Arumi dibuat terkejut oleh kelakuan suaminya. Dalam hatinya dia ingin menjerit, punya suami minim adab sama orang tua.
"Sepertinya Mas Reyhan harus aku tatar dengan keras!" batin Arumi.
dia sudah menyakiti Arumi padahal Arumi tulus banget sama Reyhan