Berandalan Sekolah Jatuh Cinta

"Hai gays sorry telat!"

Teriakan melengking itu membuat perhatian semua orang teralih, terlihat seorang perempuan berambut bob baru datang sambil menenteng dua paperbag yang entah apa isinya.

"Siapa yang ngajak dia kesini?" bisik salah seorang perempuan.

"Gak tahu tuh, emang dia selalu dateng kalau ada Dilon," sahut perempuan lain.

Olivia memperhatikan perempuan yang baru datang itu dengan seksama, ternyata perempuan itu langsung menghampiri para lelaki yang sedang membakar steak dan sosis.

Kernyitan terlihat di kening Olivia melihat perempuan itu langsung memeluk tangan Dilon, bergelayut manja tanpa malu sedikit pun. Entah kenapa, melihat pemandangan itu membuatnya tidak nyaman.

"Siapa cewek itu?" tanya Olivia yang tidak bisa menahan rasa penasarannya lagi.

Ketiga perempuan di sana yang sedang berkumpul lalu melirik ke arah yang ditunjuk Olivia. Mereka terlihat menunjukan raut tidak enak melihat sikap berani perempuan berambut pendek itu.

"Namanya Vanessa, sorry ya kalau dia agak gatel sama cowok kamu," jawab salah seorang mewakilkan.

"Apa Vanessa itu pacarnya Dilon?" tanya Olivia agak konyol.

Ketiga perempuan di sana terlihat saling bertatapan, tapi tidak lama tertawa kecil. Olivia lalu tersenyum kikuk merasa malu bertanya seperti itu, toh yang mereka tahu kan Ia pacarnya Dilon.

"Dilon kan pacar kamu Olivia, kok malah tanya gitu sih?" tanya mereka.

"Iya sih, tapi kenapa Vanessa itu kelihatan deket banget ya sama Dilon?" tanya Olivia lalu kembali melihat ke arah para lelaki.

Dan anehnya Dilon itu terlihat santai saja saat Vanessa terus menempelinya, padahal Dilon juga terlihat sedang sibuk membakar. Sepertinya nanti harus Olivia tanyakan.

"Mungkin karena mereka temen deket dari kecil, dan Vanessa itu emang selalu ikut Dilon kemana pun, maksudnya kalau ada acara kumpul gini," jawab mereka.

Olivia mengangguk pelan baru mengerti, jadi ternyata Vanessa itu teman dekatnya Dilon ya. Kenapa Dilon tidak cerita? Tunggu, kenapa Olivia jadi terlihat berharap?

"Kayanya nanti kamu harus bilang sama Dilon, suruh dia untuk jaga batasan sama Vanessa. Aku tahu, pasti kamu agak sakit hati kan lihat mereka bersama?"

"Hah? Em biasa aja," jawab Olivia asal. Ia tidak tahu dengan perasaannya sendiri, rasanya campur aduk.

"Ya pasti lah Olivia cemburu, mana ada cewek yang tahan lihat pacarnya punya sahabat perempuan. Apalagi si Vanessa itu centil dan nempelin Dilon terus," sahut seorang lagi dan yang lain pun langsung mengangguk.

Entahlah apa Olivia cemburu melihat Dilon dan Vanessa itu sedekat itu. Bukankah Olivia tidak ada perasaan apapun ya pada Dilon? Ia kan jadi pacarnya pun terpaksa.

Lamunan Olivia terhenti saat melihat para lelaki mendekat ke meja dan mulai menghidangkan menu makanan di atasnya. Semua terlihat heboh dan bahagia melihat makanan enak itu.

"Dilon kok duduknya di sana? Di sini bareng aku," ajak Vanessa sambil memegang salah satu kursi kosong di sebelahnya.

Dilon menggeleng dan tetap duduk di sebelah Olivia, "Gue di sini aja," tolak nya.

Saat Dilon menatapnya, Olivia pun pura-pura sibuk dengan melihat-lihat makanan di depannya. Olivia tiba-tiba merasa malas saja mengobrol dengan Dilon, apakah Ia sedang kesal?

"Oke kita mulai aja ya. Sebelumnya gue mau bilang makasih banyak buat kalian yang udah hadir di sini, kalian bener-bener setia kawan ya," ucap Faisal yang ulang tahun hari ini.

"Haha iya sama-sama, malahan kita yang makasih udah diajak makan-makan gratis begini," sahut Ian membuat yang lain tersenyum setuju.

"Doa dari kita, semoga lo panjang umur, sehat selalu dan yang paling penting burung lo makin besar ya," ucap Dilon dan yang lain pun tidak bisa menahan tawanya lagi.

Faisal terkekeh kecil lalu mengusap sekitar bibirnya, "Iya-iya, nanti kita cek lagi ya siapa yang paling besar dan gagah," katanya.

Para perempuan yang mendengar itu hanya menggelengkan kepalanya mendengar guyonan receh para lelaki yang absurd, tapi bagi mereka yang berteman dekat tentu saja sangat maklum.

"Oke yuk kita langsung makan aja, pasti kalian udah laper," ajak Faisal dan yang lain pun langsung bersorak senang.

Tetapi sebelumnya tentu mereka berdoa terlebih dahulu, setelahnya mulai membawa makanan yang diinginkan ke piring masing-masing. Cukup banyak juga makanan yang disiapkan, jadi mereka akan kenyang dan puas.

"Nih jangan malu-malu, ambil aja yang di mau," ucap Dilon sambil menyimpan potongan daging ke piring Olivia yang masih kosong.

Olivia hanya melirik nya sekilas tanpa niat berterima kasih, Ia berusaha bersikap acuh lalu mencomot kentang goreng yang kebetulan dekat dengannya.

Tetapi ternyata Dilon belum menyerah, pria itu kembali menyimpan beberapa makanan lain di piring Olivia dan membuatnya jadi mulai terisi banyak. Saat akan menyimpan daging lagi, Olivia pun langsung menjauhkan piringnya.

"Sudah, takut gak habis," ucap Olivia.

"Ya sudah makan, nanti kalau kurang gampang tinggal nambah lagi," ujar Dilon. Pria itu pun mulai makan juga.

Saat Olivia sedang asik makan, Ia tidak sengaja melirik ke arah Vanessa yang duduk berhadapan dengannya. Terlihat tatapan agak sinis perempuan itu, sepertinya tadi menonton. Tetapi Olivia berusaha tidak peduli dan melanjutkan makannya.

"Ukhuk!"

Mendengar Olivia tersedak cukup keras, Dilon pun dengan sigap membawakan segelas air minum lalu menyuruh Olivia meminumnya. Dilon juga dengan perhatiannya menepuk-nepuk punggung Olivia.

"Makannya pelan-pelan Olivia, gak bakal kehabisan dagingnya kok," ucap Faisal menggoda, membuat yang lain pun ikut melihatnya.

Olivia hanta tersenyum kikuk merasa sedikit malu. Ingin sekali Ia membantah tersedak bukan karena buru-buru makan, tapi karena ada seseorang yang menendang kakinya dari bawah meja.

Perhatian Olivia pun langsung tertuju pada Vanessa, merasa yakin jika perempuan itulah yang sengaja menendang kakinya. Punya masalah apa sih?

"Oh iya Dilon nanti anterin aku pulang ya, soalnya aku gak bawa mobil. Tadi juga kesini naiknya pakai taxi," pinta Vanessa sambil tersenyum.

"Kamu pulang naik taxi lagi aja, aku gak bisa," tolak Dilon di sela kunyahan nya.

"Loh kenapa? Aku lihat motor kamu di depan, kamu gak bisa ngelak," tanya Vanessa. Tumben sekali Dilon itu tidak mau mengantarnya pulang.

"Aku dateng bareng Olivia, pulangnya juga bareng dia," kata Dilon dengan ekspresi wajah datarnya.

Senyuman di bibir Vanessa menghilang, kembali menatap tajam perempuan yang duduk di depannya. Ia sudah duga dari awal kalau kedua orang itu ada sesuatu.

"Olivia itu siapa sih Dilon? Aku juga baru ketemu dia hari ini, kenapa kamu kenalin juga sama temen-temen kamu?" tanya Vanessa menuntut.

Dilon tidak langsung menjawab, pria itu terlebih dahulu meminum air putihnya, "Dia pacar aku, sorry telat ngomong," jawabnya.

"Apa?!" pekik Vanessa terkejut.