Pernikahan yang di awali dengan perjodohan memang tidak banyak yang endingnya bahagia. Hal ini yang di alami oleh Nur Azizah, bahkan di usia nya yang baru menginjak usia ke 25 tahun dia harus menjadi seorang single parent alias janda.
"Maaf Zah.." ucap Raka Abdillah yang tak lain adalah suami dari Azizah.
"Kenapa kamu tega sekali melakukan ini pada ku Mas.."
Bagaimana kehidupan Azizah setelah di ceraikan oleh suami nya, dan fakta apa saja yang Azizah ketahui tentang suami nya selama ini? Ikuti terus karya terbaru author ya Readers...jangan lupa dukungannya selalu 🥰☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ny.Irawana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 9 Ada aja ujian Azizah
Braak,
"Astaghfirullah..." Azizah terjengkit ketika mendengar ada seseorang yang menendang kursi di warung nya.
"Hei... Zizah, kamu itu kalau jualan yang bener dong, jangan main asal ngasih harga murah seperti itu. Kamu mau matiin pasaran gitu! Gara - gara kamu jualan nasi rames seharga sepuluh ribuan warung makan punya ku jadi sepi ! Kamu harus tanggung jawab pokok nya, gue ngga mau tahu kamu harus ikut berjualan dengan harga yang sama dengan ku !" Sewot seorang wanita paruh bayah yang bernama Tuti.
Wanita bertubuh gempal itu tiba - tiba datang ke warung Azizah dengan marah - marah. Dia mempunyai usaha yang sama seperti Azizah memiliki warung makan juga. Namun warung makan Bu Tuti cukup besar. Karena pelanggan dia tidak hanya dari kalangan mahasiswa saja melainkan sampai karyawan kantoran dan para tukang bangunan.
Letak warung makan Bu Tuti memang tidak jauh dari tempat Azizah, maka dari itu merasa tersaingi semenjak Azizah membuka usaha di bidang yang sama dengan nya itu. Terlebih yang warung makan milik Azizah selalu ramai setiap hari nya, jelas itu yang membuat wanita itu menjadi murka sekarang.
"Maaf ya Bu sebelumnya jika ibu merasa tidak nyaman dengan usaha saya ini. Tapi saya mematok harga segitu sudah saya perkirakan apa - apa nya sebelum nya. Dari segi apa pun jelas tetap berbeda Bu antara harga sepuluh ribu dari tempat saya dengan harga lima belas ribu di tempat ibu. Porsi makanan yang tersaji jelas sangat beda, ukuran lauk pun berbeda Bu. Karena sasaran konsumen saya itu kalangan mahasiswa maka nya saya berusaha menjual makanan yang sesuai dengan isi kantong para mahasiswa yang kost di lingkungan ini. Sedangkan di warung ibu jelas konsumen Nye kelas menengah ke atas dan menu yang di sajikan juga sesuai dengan harga yang ibu tentukan," Azizah berusaha menjelaskan konsep warung makan nya seperti apa pada Bu Tuti.
Namun yang nama nya penyakit iri hati ya tetep saja tidak akan mendengar segala penjelasan dari Azizah. Hati nya sudah tertutup oleh rasa iri dan dengki.
"Halah ..itu mah cuma akal - akalan kamu saja kan Zah, pokok nya aku ngga mau tahu ya, jika kamu tidak mengikuti apa yang aku inginkan maka kamu tutup warung makan kamu ini. Lagian kan aku duluan yang buka usaha makanan di lingkungan ini, jadi kamu sebagai junior harus manut ma yang senior."
"Ya ngga bisa gitu to Bu, kan selama ini aku ngga pernah merugikan ibu atau buat masalah dengan ibu. Kenapa ibu seenaknya sendiri bilang seperti itu."
"Oh jadi kamu ngga mau nurut sama aku, oke...jangan salahkan aku ya jika aku buat anarkis di warung ini!"
Tanpa babibu, Bu Tuti langsung melempar apa saja yang ada di hadapan nya, sayur, nasi , bahkan lauk yang baru saja di hidangkan oleh Azizah tak luput dari amukan Bu Tuti.
"Astagfirullah Bu, jangan seperti ini, tolong hentikan..Zizah mohon, semua nya bisa dibicarakan baik - baik Bu tidak seperti ini," ucap Azizah yang mulai panik. Wanita malang itu berusaha untuk mencegah apa yang Bu Tuti lakukan sekarang. Namun tenaga nya kalah kuat dengan wanita bertubuh gempal itu, bahkan tubuh Azizah sampai terpental dan kepala nya membentur sudut meja yang ada di warung nya itu saat dia berusaha manarik tangan Bu Tuti supaya tidak menjatuhkan etalase tempat nya menyimpan menu makanan yang dia jual.
"Ah....ya Allah..." Teriak Azizah saat kepala membentur sudut meja.
"Bunda....." Teriak Rizky yang melihat sang bunda sudah jatuh pinsan tidak sadarkan diri.
Bu Tuti yanh melihat keadaan Azizah yang seperti itu pun langsung panik, dan pergi begitu saja meninggalkan Azizah yang pinsan dan Rizky yang menangis kencang sambil menggoyangkan tubuh bundanya.
"Hiks...hiks... Bunda bangun..."
"Astagfirullah mba Zizah..."
Damar yang melihat Azizah pinsan dengan dahi berlumuran darah langsung mengangkat tubuh wanita itu ke dalam taksi on-line yang baru saja dia dan Galih tumpangi. Sedangkan Galih sendiri menenangkan Rizky yang sejak tadi menangis histeris melihat bunda nya pinsan.
Damar membawa Azizah ke rumah sakit yang tidak jauh dari lokasi kejadian, sebenarnya banyak pertandingan di otak mahasiswa semester lima itu setelah melihat keadaan warung Azizah yang berantakan seperti itu. Tapi semua dia urungkan, yang terpenting saat ini adalah Azizah segera ditangani.
Sesampainya di rumah sakit Azizah langsung ditangani oleh dokter di IGD. Damar sendiri menunggu Azizah di luar dengan penuh rasa khawatir.
"Ngapain kamu di sini," tanya seorang laki - laki dengan style kantoran.
Damar yang paham dengan suara itu hanya mencebikkan bibir nya," bukan urusan Lo.."
Laki laki yang masih menggunakan jas almamater kampus itu langsung pergi begitu saja meninggalkan laki - laki yang bertanya pada nya tadi.
"Pulang lah...jangan bertingkah seperti anak kecil kayak gini."
Langkah Damar terhenti sejenak, alih - alih menjawab pertanyaan laki - laki itu justru Damar tetap melanjutkan langkah kaki menuju ruangan IGD. Awal nya dia akan ke kantin sejenak sekedar membeli air mineral namun niat nya dia urungkan saat bertemu dengan laki - laki yang menegur nya tadi.
Sedangkan laki - laki berjas hitam itu pun hanya menggeleng kan kepala nya sambil menarik nafas dalam-dalam saat melihat Damar tetap berjalan meninggalkan nya," dasar anak keras kepala."
**
"Dok.. bagaimana keadaan Mba Zizah?" tanya Damar pada dokter yang menangani Azizah tadi.
"Alhamdulillah benturan di kepala nya tidak parah, namun tetap saja ada beberapa jahitan supaya luka nya cepat sembuh," jelas dokter wanita yang bertugas di IGD saat ini.
"Tadi mba Zizah sempat pinsan juga dok, apa itu tidak berbahaya untuk nya?"
"Pasien pinsan tadi karena efek syok saja, sekarang pasien sudah sadar dan pasien juga tidak perlu opname hanya butuh rawat jalan saja nanti untuk mengecek kondisi luka yang berada di kening nya. Ini ada resep obat yang harus mas nya tebus di apotik, jika obat ini sudah habis pasien harus kontrol lagi ya."
"Baik dok, terimakasih..kalau begitu saya permisi dulu.."
Selama Damar menebus obat di apotik, Azizah menunggu nya di kursi tunggu pasien. Jujur saat ini kepala Azizah sedikit pusing dan ngilu, badan nya juga terasa lemas.
"Azizah...."
Deg,
Mata Azizah yang sebelumnya terpejam pun akhir nya terbuka saat mendengar suara bariton yang sangat dia kenal.
"Mas Raka..." lirih Zizah
Ekor mata nya saat ini terpaku pada seorang bayi mungil yang berada di gendongan Raka. Ada rasa sesak yang menyeruak di dalam hati Azizah ketika melihat Raka menggendong seorang bayi. Dia sudah menebak jika bayi yang berada di gendongan Raka saat ini pasti anak nya dengan Rania.
"Eh....ada Azizah di sini?" ucap Rania yang baru saja muncul dari arah toilet. Wanita itu langsung bergelayut manja di lengan Raka dengan sesekali mengusap lembut pipi sang bayi.
Baru saja Raka mau menanyakan perihal Azizah yang berada di rumah sakit ini terlebih dia melihat kening Azizah yang terbalut kasa putih," Kamu nga...."
"Maaf mba lama ya nunggu nya, tadi antri banget mba..." ucap Damar tiba - tiba.
Atensi Raka dan Rania langsung tertuju pada sosok laki - laki tampan dan muda yang berada di samping Azizah saat ini. Rania langsung tersenyum smirk," wah..hebat kamu ya Zah, baru satu bulan cerai kamu sudah punya gebetan mana masih brondong pula, inget Zah...masa Iddah kamu belum selesai lho, gatel banget jadi perempuan!"
"Rania...."