Surat keterangan infertil dari rumah sakit, membuat hidup Anyelir seketika hancur. Tidak ada kebanggaan lagi pada dirinya karena kekurangan tersebut. Namun sebuah kesalahan semalam bersama atasannya, membuat dia hamil. Mungkinkah seorang wanita yang sudah dinyatakan mandul, bisa punya anak? Atau ada sebuah kesalahan dari surat keterangan rumah sakit tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TATM BAB 20
Jam makan siang, Anye janjian dengan Sita makan siang disalah satu cafe dekat kantor. Kerjaan sebagai sekretaris Sagara membuat Anye begitu sibuk, sehingga baru siang ini dia bisa keluar bersama Sita.
"Cie... sekretaris Pak Bos," goda Sita saat mereka bertemu di lobi.
"Paan sih," Anye memelototi sahabatnya tersebut.
"Gila, baru kerja 2 bulan, karier kamu udah langsung melejit. Tapi... "
"Tapi apa?"
Sita melihat sekeliling, karena banyak orang, dia berbisik di telinga Anye. "Jadi bahan gunjingan."
Anye terkekeh pelan, dia juga tahu soal ini. Tapi dia anggap wajar, mana mungkin tak digunjing, baru kerja 2 bulan, sudah langsung jadi sekretaris bos.
Mereka berjalan keluar kantor, panas-panasan sedikit untuk mencapai kafe yang tak jauh dari sana.
"Aku traktir, pesen apa aja yang kamu mau." Sita menyambut dengan suka cita. Langsung saja dia memesan makanan tanpa melihat harga.
Jika Sita memesan makanan yang paling enak dan mahal, Anye justru hanya memesan smoothies buah, dia sedang tak selera makan.
"Diet, atau.... "
"Aku mau pisah sama Mas Robby."
Sita langsung melongo mendengar ucapan Anye.
"Aku mau minta cerai sama dia," lanjut Anye sembari mengaduk minumannya.
"Alasannya?"
Anye tersenyum getir, mengigit bibir bawah, berusaha untuk tidak menangis. "Aku gak mau egois, Sit. Benar kata ibunya, Mas Robby berhak bahagia, dia berhak memiliki keturunan."
"Jangan buru-buru memutuskan sesuatu. Kamu yakin, Robby bahagia saat kalian pisah?"
"Mungkin sedih, tapi pasti gak akan lama. Sekarang, ada seseorang yang lagi nungguin dia."
"Maksudnya?"
"Ibu mertua ngejodohin Mas Robby dengan temannya Raisa. Bahkan wanita itu, sekarang sudah tinggal di rumah mertuaku."
Sita seketika melongo. "Gila! Aku benar-benar gak nyangka, mertua kamu sampai segitunya."
"Sekarang Mas Robby memang bilang gak mau poligami. Tapi kamu tahu kan, lebih sulit mempertahankan cinta daripada jatuh cinta. Suatu saja, pasti ada kalanya cintanya padaku ada di fase rendah. Alasannya, bosan dengan hidup yang hanya begitu-begitu saja. Atau mungkin nanti, entah kapan, dia pasti ingin punya anak," cairan bening mulai mengalir dari mata Anye. "Aku takut jika membayangkan itu. Hidupku tak pernah bisa tenang, Sit. Tiap hari aku harus ketakutan membayangkan Mas Robby akan memutuskan untuk poligami."
Sita menarik kursinya, pindah ke sebelah Anye. Mengusap bahu sahabatnya itu sebagai bentuk dukungan. Dia faham, sulit sekali ada di posisi Anye saat ini. Setiap hari harus ketakutan suaminya akan meninggalkannya karena dia mandul.
"Mungkin memang sebaiknya, wanita seperti aku, hidup sendirian."
"Nye... " Sita tak suka dengan kalimat Anye.
"Aku tak mau orang lain ikut kena imbas karena kondisiku. Setiap orang berhak memiliki keturunan, pun dengan Mas Robby atau laki-laki manapun."
"Nye, jangan nyerah gini dong... Bicarakan baik-baik dulu sama Robby. Sekarang ini, bahkan ada loh, pasangan yang memutuskan untuk child free, gak semua orang itu mengukur kebahagiaan dari ada tidaknya anak. Aku gak setuju kalau kamu nyerah gini."
Anye mengintip dari tirai kamar saat mendengar suara deru mesin mobil Robby. Suaminya sudah pulang, dan tentu saja tak sendiri, bersama Sera.
"Makasih, Mas Robi," ujar Sera sebelum berjalan menuju rumah Bu Dini. Wajah gadis itu tampak berseri-seri, berbanding terbalik dengan ekspresi wajahnya saat ini. Sampai kapan dia akan kuat melihat pemandangan seperti ini.
"Kamu udah pulang, Yang?" ujar Robby saat masuk kamar dan melihat istrinya tersebut mengambil pakaian ganti untuknya.
Anye menghampiri Robby, mencium tangannya lalu membantu melepas dasi.
"Nye, hari Sabtu nanti, aku mau nganter Sera pulang, sekaligus pindahan ke rumah Ibu, kamu gak papa kan?"
"Kenapa harus kamu yang nganter? Apa gak bisa dia pulang sendiri, terus minta saudara untuk nganter pindahan kesini?"
"Ibunya Sera nelpon aku tadi siang. Dia minta tolong ke aku, ya aku gak bisa nolak."
Anye membuang nafas berat. Lagi dan lagi, alasannya gak bisa nolak. Selalu mikirin perasaan orang, tapi gak mikir perasaannya, bahkan gak tanya dulu padanya sebelum mengiyakan. Heran sama ibunya Sera, udah tahu Robby punya istri, kenapa dia yang disuruh.
"Kamu bisa ikut kalau mau," Robby menggenggam tangan Anye. "Kita pergi sama-sama, ibu dan Raisa, katanya juga mau ikut."
Anye tersenyum simpul. Kalau mereka berdua ikut, sudah dipastikan jika perjalanan itu nantinya, akan terasa seperti neraka baginya. Bagaimana tidak, Bu Dini dan Raisa, pasti akan semakin getol menjodohkan Robby dan Sera, dan mengolok-olok dia yang mandul.
"Mau ya ikut," ajak Robby.
"Maaf, Mas, aku gak bisa. Hari jumat, aku harus ke Surabaya."
"Surabaya?" ulang Robby.
"Iya. Ada kerjaan di luar kota."
"Sama siapa aja? Gak berduaan saja sama bos kamu kan?" Robby sudah tahu jika sekarang, Anye menjadi sekretaris.
"Enggak, kami pergi bertiga. Dua hari disana." Maaf Mas, aku bohong. Daripada aku sendirian di rumah, tersiksa membayangkan kamu dan keluarga kamu yang pergi ke rumah Sera, mending aku mencari kesibukan dengan kerjaan. "Kamu ngizinin kan?"
Robby terlihat keberatan, namun akhirnya dia mengangguk. "Baiklah. Tapi terus kirim kabar ya," ia membelai pipi Anye.
"Jumat pagi aku berangkat, minggu pagi sampai rumah."
Robby mengangguk faham. Dia tak mau suudzon pada Anye. Selama ini, tak pernah sekali pun Anye selingkuh, lagi pula, perginya juga bertiga, gak hanya berdua.
sebenarnya robby suami yang baik dan bertanggung jawab, tapi karena kebohongannya yang menjadikan posisi anye jadi bulan2nan hinaan keluarga robby, sedang robby sebagai suami selama ini juga lemahhh...tak tegas dalam melindungi istrinya dan sekarang saat anye minta cerai, robby ingin bertahan...kebohonganmu yang akan membuat anye pergi darimu Rob...