Berawal dari pertemuan tidak sengaja dengan seorang gadis yang disangka adalah seorang wanita malam malah membuat Letnan Rico semakin terjebak masalah karena ternyata gadis tersebut adalah anak gadis seorang Panglima hingga membuat Panglima marah karena pengaduan fiktif sang putri.
Panglima memutasi Letnan Rico ke sebuah pelosok negeri sebagai hukumannya setelah menikahkan sang putri dengan Letnan Rico namun tidak ada yang mengira putri Panglima masih menjalin hubungan dengan kekasihnya yang notebene adalah sahabat Letnan Rico.
Mampukah Letnan Rico mendidik sang istri yang masih sangat labil. Bagaimana nasih sahabat Letnan Rico selanjutnya??? Apakah hatinya sanggup merelakan sang kekasih?? Siapakah dia??
Konflik, Skip jika tidak sanggup..!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Baru di rasakan dalam hidup.
Setelah beberapa saat berusaha keras, akhirnya wanita tersebut mulai sadar.
Bang Danar belum mengintrogasi apapun dan mengangsurkan segelas teh hangat berharap wanita tersebut sedikit lebih tenang. Wanita yang usianya terlihat masih sangat muda.
"Darimana asalmu? Apa yang terjadi sampai pingsan begini??" Wanita tersebut masih diam, hanya bisa memainkan jemarinya sekedar mengurangi gelisah. "Katakan, kamu aman dengan saya disini..!!"
"Apa di luar ada mobil warna hitam?" Tanya gadis itu.
"Jun, intip di depan..!! Jangan mencolok..!!" Perintah Bang Danar.
"Siap..!!" Prada Juna melihat ke arah depan kesatrian dan benar ada mobil hitam disana. Ia mengangguk sebagai isyarat.
"Mereka mau membunuh saya, Pak."
"Siapa namamu?" Selidik Bang Danar.
"Nindy. Hanindyra Gayatri." Jawab Nindy.
"Sekarang kamu ceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Tempat ini adalah wilayah khusus, kamu sudah memasuki kawasan 'terlarang'. Mau tidak mau kamu harus kooperatif agar tidak terjadi masalah lanjutan..!!" Ucap tegas Bang Danar.
Nindy mengangguk takut tapi dirinya tidak paham mengapa begitu percaya dengan sosok di hadapannya.
Bang Danar menyalakan mode perekam suara kemudian mendengar cerita Nindy.
...
Mobil yang sejak tadi terparkir di depan pos kesatrian akhirnya pergi setelah beberapa orang petugas piket jaga 'mengusir'nya atas perintah Letnan Danar.
Barulah setelah itu Bang Danar berani mengeluarkan Nindy dari dalam kamar pos.
"Malam ini kamu bisa tidur di kamar saya, kamu lebih aman di kamar saya..!! Tapi ingat, jangan keluar sembarangan karena di sini lingkup para pria. Besok pagi setelah saya pastikan keadaan benar-benar aman, kamu bisa tinggal di rumah kontrakan yang biasa saya tinggali." Kata Bang Danar.
//
Keinan masih belum bisa menerima pernikahannya dengan Bang Rico. Bahkan bicara pun tidak mau.
"Sampai kapan kita mau diam seperti ini???"
"Sampai Abang batalkan pernikahan ini." Jawab Keinan.
"Mau di batalkan bagaimana??? Jelas nyata Abang salah, ada buktinya. Abang juga tidak bisa bilang kalau kamu tidak menolak Abang. Sebenarnya kamu mabuk, kan???" Kata Bang Rico.
Keinan tak bisa menjawabnya. Air matanya kembali meleleh. Ada rasa sesal tapi dirinya tidak bisa menyangkal kenyataan bahwa sebenarnya dirinya memang di bawah pengaruh alkohol.
"Kei masih punya pacar, Bang. Kei harus bilang apa???? Kei sudah mau menikah. Pacar Abang sendiri juga bagaimana????"
"Abang nggak ada pacar. Nanti Abang yang akan berhadapan dengan dia. Abang yang akan selesaikan..!!" Ujar Bang Rico tanpa takut.
Di hari yang hampir usai, Bang Rico belum juga menyelesaikan membereskan pakaiannya. Di tambah lagi panglima sudah mengirimkan barang milik Keinan yang kini berserakan di depan kamar mess.
Pandangan mata Bang Rico kembali melihat sprei yang menjadi saksi bisu dan masih tergulung di bawah meja nakas karena belum sempat di cucinya.
'Astagfirullah hal adzim. Sungguh aku tidak sengaja sudah menodai kesucian seorang gadis, bagaimana obat itu bisa membuatku tidak sadar sampai jadi begini??'
Bang Rico mengusap dadanya. Ia pun prihatin dengan kelakuannya sendiri. Meskipun sudah sholat taubat pun tetap saja membuatnya takut.
Segera Bang Rico beranjak dan melihat kembali kotak obatnya.
"Lailaha illallah.."
plaaakk..
Bang Rico menepuk keningnya melihat obat yang di telannya tadi adalah obat alergi.
"Ada apa, Bang??" Tanya Kei dengan suara paraunya.
"Nggak ada apa-apa, dek." Bang Rico segera membuang bungkus obat tersebut ke dalam tempat sampah.
Kini sungguh tidak ada yang bisa di salahkan atas kejadian malam itu. Dirinya dan Keinan sama-sama bersalah.
***
Para Taja tidak berani bertingkah karena Danton memilih tidur di barak. Barak D menjadi saksi keberanian Letnan Danar 'menyelundupkan' seorang wanita ke dalam area 'rambo'.
"Ijin Danton, kalau ketahuan Danyon beserta jajaran bagaimana???" Tanya salah seorang anggota yang ikut ketar ketir dengan keputusan Dantonnya.
"Saya tidak buat asusila." Jawab Bang Danar sambil menikmati mie rebus nya karena kelaparan di tengah malam.
"Bagaimana kalau Danyon sidak melihat ada wanita, bagaimana kalau Danyon meminta Danton menikahinya." Kata Prada Juna.
"Kau ini terlalu banyak lihat serial drama. Bagaimana.. bagaimana.. ya tidak bagaimana-bagaimana. Nikah ya nikah." Ucapnya masih terbawa kesal karena Keinan tidak menjawab pesan atau panggilan teleponnya.
"Siap..!!" Jawab Prada Juna.
Tiba-tiba Bang Danar menghentikan acara makannya. Mendadak dirinya teringat gadis yang baru saja di tolongnya tadi.
'Nindy sudah makan atau belum?'
:
"Pak Danar?"
"Ehmm.. Saya bawakan mie rebus untuk kamu. Mungkin kamu lapar."
Nindy menundukan pandangan. Refleks Bang Danar pun membuang pandangan sembari menyodorkan semangkuk mie rebus.
Jujur mata, pikiran, hati dan tubuhnya dengan kurang ajarnya ribut dan berkelahi tanpa komando.
"Makanlah, saya pamit dulu."
"Terima kasih banyak, Pak Danar." kata Nindy.
"Iya." Bang Danar segera pergi dengan langkah cepat.
'Masya Allah.'
Bang Danar mengusap dadanya melihat penampilan Nindy begitu jauh berbeda menggunakan kemeja miliknya.
.
.
.
.
hayo kak remake tokoh²nya