Agnia, 24 tahun terjebak cinta satu malam dengan Richard Pratama akibat sakit hati kekasihnya Vino malah menikah dengan adik sepupunya.
Melampiaskan kemarahannya, karena keluarganya juga mendukung pernikahan itu karena sepupu Nia, Audrey telah hamil. Nia pergi ke sebuah klub malam, di sana dia bertemu dengan seseorang yang ternyata telah mengenalnya dan mengaguminya sejak mereka SMA dulu.
Memanfaatkan ingatan Nia yang samar, kejadian malam itu. Richard minta Nia menikahinya, dan menafkahinya.
Tanpa Nia sadari, sebenarnya sang suami adalah bos baru di tempatnya bekerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Richard yang Manja
Tanpa terasa, Nia tidur dengan begitu nyenyak. Saat dia bangun, dan dia melihat ke arah jam yang ada di dinding kamarnya. Ternyata hari sudah menjelang sore.
Nia meregangkan otot-ototnya. Dia melihat ke sekeliling, dan tidak menemukan Richard di kamar itu.
Nia turun dari tempat tidur dan mandi. Satu jam kemudian, dia keluar dari kamar. Dan masih tidak menemukan keberadaan Richard di ruang tengah, balkon juga di dapur.
"Kemana dia?" gumamnya masih sambil celingak-celinguk.
Tapi setelah dia meminum minuman ringan dari kulkas. Dia kembali bergumam.
"Eh, kenapa aku harus mencarinya. Dia sudah besar, tidak mungkin di culik tante-tante kan"
Nia segera berjalan ke ruang tengah. Dia melihat sebuah sofa yang bentuknya unik. Seperti bentuk lumba-lumba atau ikan paus ya, pokoknya bentuknya itu tinggi, rendah terus sedang, dudukan sofanya. Posisinya mendatar, horisontal. Dia duduk di sofa itu dan rasanya cukup nyaman. Nia bisa mengangkat kakinya di bagian yang sedang.
Sambil menonton televisi, Nia sedikit menggoyang-goyangkan kakinya.
"Ini sofa apa sih? baru lihat" ucapnya yang merasa cukup aneh dengan selera furniture Richard.
Hari sudah hampir gelap, Nia sudah merapikan dirinya. Dia janji pada ibunya untuk pulang cepat karena ibunya mengundang Kalvin makan malam di rumah malam ini.
Tapi, saat Nia akan membuka pintu. Pintu apartemen itu lebih dulu di buka dari luar.
"Mau kemana kamu?" tanya Richard yang membawa banyak kantong belanjaan di tangannya.
"Aku mau pulang" jawab Nia dengan cepat.
"Ini rumah kita"
Nia menghela nafasnya berat.
"Richard, aku sudah janji pada ibuku. Aku harus makan malam di rumah malam ini" kata Nia.
"Harus?" tanya Richard penuh selidik.
"Iya, aku sudah bilang iya pada ibuku..."
"Tapi nanti malam tidur di sini kan?" tanya Richard lagi.
'Astaga, kenapa aku merasa, aku tidak berhadapan dengan pria berusia 25 tahun, tapi dengan bayi umur lima tahun ya'
"Richard, aku tidak bisa..."
"Kalau tidak bisa tidak masalah. Pergilah! memangnya aku siapa melarang mu!" kata pria itu yang langsung melewati Nia begitu saja dan berjalan menuju ke arah ruang makan.
Nia mengeram kesal. Dia rasanya mau menjambak rambutnya bagian samping kiri dan kanan. Kenapa juga dia harus berusaha dengan bocah besar seperti Richard.
Dan Richard, sepertinya dia sudah tahu kelemahan Agnia. Nia itu memang orangnya tidak tegaan. Dan selalu berusaha menepati apa yang dia katakan.
"Jangan bicara seperti itu! baiklah, setelah makan malam. Aku akan kembali kesini, puas?" tanya Nia.
Dan dengan cepat, tidak sampai sepersekian detik. Raut wajah Richard yang tadinya tampak kesal, mendadak langsung berubah menjadi tersenyum. Nia sampai agak merinding juga di buatnya. Bagaimana bisa ekspresi wajah seseorang berubah secepat itu.
"Puas" jawabnya singkat.
Nia tersenyum dan segera keluar dari apartemen itu. Sebelum pria moodian di dalam itu berubah pikiran lagi.
Setelah menutup pintu, Nia kembali merasa bingung pada dirinya sendiri.
Nia menggaruk keningnya sedikit sambil berjalan.
"Kenapa aku selalu menuruti nya sih? ada apa denganku?" gumamnya bingung sendiri.
Nia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tapi dia juga belum terlambat saat sampai di rumahnya.
Nia segera pergi ke kamarnya dan ganti pakaian. Setelah itu dia menemui ibunya di dapur. Melihat banyaknya masakan yang ibunya buat. Nia sampai merasa heran.
"Bu, memangnya dokter Kalvin akan datang bersama warga satu kampungnya kemari?"
Pertanyaan itu lantas membuat Santi menghentikan apa yang dia lakukan, lalu menoleh ke arah putrinya itu.
"Mana ada"
"Ini ibu masak banyak sekali, sudah seperti untuk satu RT saja. Bahkan meja makan sampai penuh sekali seperti itu" lanjut Agnia.
"Kamu ini, Kalvin dan keluarganya saja juga selalu menjamu kita dengan baik kan? kalau iita disana. Ibu tidak mau ada kekurangan saat kita menyambutnya untuk pertama kali" jelas Santi.
Nia hanya manggut-manggut sambil makan camilan yang di buat oleh ibunya. Tapi, kedamaian antara ibu dan anak itu harus berakhir, karena kedatangan nenek lampir yang sepertinya sudah merencanakan kata-kata tajam dan berapi untuk membuat suasana damai itu sirna seketika.
"Nia, harusnya kamu bersyukur punya ibu seperti Santi. Dia mengupayakan segala cara loh, untuk membuatmu punya pasangan"
Nafsu makan Nia mendadak hilang. Rasanya sekarang Nia hanya ingin mencakar wanita yang notabene nya adalah bibinya itu.
Sayangnya belum juga itu terlaksana. Bel pintu rumah itu sudah berbunyi.
"Nia, buka pintunya nak. Kalau itu nak Kalvin, ajak ngobrol dan minta bi Ani buatkan minuman dulu ya. Makanannya sebentar lagi siap" kata Santi.
Nia langsung mengangguk.
"Siap Bu!" kata Nia yang menunjukkan sikap hormat pada ibunya.
Nia bahkan melirik sebal ke arah Ineke. Membuat wanita paruh baya itu memdengus kesal.
"Dan kamu Ineke, aku hanya ingin memperingatkan mu ya! saat makan malam nanti, usahakan jaga lidah mu itu. Jangan sampai makan malam berubah menjadi tidak nyaman, karena lidahmu yang tajam itu"
"Tenang saja mbak Santi. Aku tidak akan mengatakan yang tidak-tidak. Aku hanya akan mengatakan apa yang sebenarnya saja" katanya sambil berlalu.
Santi kesal sekali. Kalau saja dia tidak sedang di buru waktu. Maka Santi sama sekali tidak keberatan menyiram adik iparnya itu dengan kuah sup yang mendidih di depannya itu.
Ceklek
"Selamat malam. Agnia! Apa kabar"
Pria tampan dengan kacamata dan setelan jas mahal itu mengulurkan tangannya pada Nia.
"Selamat malam dokter Kalvin. Aku baik. Silahkan masuk"
Nia mempersilahkan dengan sopan dokter Kalvin untuk masuk ke dalam rumahnya. Tapi sebelum masuk, Kalvin memberikan sebuah paper bag pada Nia.
"Nia, ini aku bawakan sedikit oleh-oleh untukmu dan paman juga bibi" Kalvin terlihat canggung.
Dan pria yang terlihat canggung begitu, biasanya memang sedang tertarik pada wanita yang sedang dia ajak bicara kan?
Nia menerima pemberian Kalvin itu dengan tersenyum.
"Terimakasih"
Kalvin juga terlihat senang sekali. Dia mengikuti Nia masuk ke dalam.
Seperti perintah ibunya, Nia mengajak Kalvin bicara dulu di ruang tamu.
"Ibu belum selesai, dokter Kalvin tidak keberatan jika harus mengobrol dulu denganku kan?" tanya Nia tersenyum.
"Tentu saja aku tidak keberatan Nia. Tapi, panggil saja Kalvin"
Nia mengangguk.
"Jadi, kamu akan tinggal dan bekerja di kota ini ya? paman dan bibi pasti sangat bangga padamu. Kamu menjadi dokter di usia muda. Sangat bagus" puji Nia.
Kalvin tersenyum. Dia tampak sangat menyukai Nia.
Sementara itu Santi menarik tangan suaminya dan memperlihatkan pemandangan di ruang tamu itu pada Indra.
"Mas, lihat kan! Mereka sangat cocok!" kata Santi.
"Iya sih, tapi bagaimana pun. Tanyakan dulu pada Nia" kata Indra.
"Mas, yang ada nanti dia salah pilih lagi. Kalvin sudah paling benar. Dia tidak akan berkhianat seperti Vino. Mas setuju kan? Nanti mas yang bicara sama Nia ya! kalau sama mas kan, Nia tidak pernah membantah!" pinta Santi pada suaminya.
***
To be continued...
eeehhh malah Nia yang duain ini yaa wkwkwkw