Karena jebakan dari sahabatnya membuat Naya dituduh telah tidur dengan Arsen, seorang bad boy dan ketua geng motor. Karena hal itu Naya yang merupakan anak dari walikota harus mendapat hukuman, begitu juga dengan Arsen yang merupakan anak konglomerat.
Kedua orang tua mereka memutuskan untuk menikahkan mereka dan diusir dari rumah. Akhirnya mereka hidup berdua di sebuah rumah sederhana. Mereka yang masih SMA kelas dua belas semester dua harus bisa bertahan hidup dengan usaha mereka sendiri.
Mereka yang sangat berbeda karakter, Naya seorang murid teladan dan pintar harus hidup bersama dengan Arsen seorang bad boy. Setiap hari mereka selalu bertengkar. Mereka juga mati-matian menyembunyikan status mereka dari semua orang.
Apakah akhirnya mereka bisa jatuh cinta dan Naya bisa mengubah hidup Arsen menjadi pribadi yang baik atau justru hidup mereka akan hancur karena kerasnya kehidupan rumah tangga di usia dini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
"Ar, ada balapan di tempat biasa. Lo ikut aja, siapa tahu menang. Lumayan bisa buat tambahan pendapatan," kata Virza pada Arsen malam hari itu.
Arsen melihat jam tangannya. Sepertinya setelah selesai balapan dia masih bisa menjemput Naya. Ya, siapa tahu saja dia menang. Uangnya bisa untuk mengajak Naya jalan-jalan sekadar berkencan. "Oke. Kita ke sana sekarang!"
Kebetulan sekali bengkel milik Virza baru saja tutup. bengkel milik Virza yang sekarang menjadi tempat Arsen bekerja memang tutup pukul 8 malam tapi biasanya Arsen sengaja lembur agar dia bisa pas menjemput Naya yang pulang pukul 10 malam.
Motor Arsen dan Virza kini meluncur menuju tempat balapan itu.
Setelah adu balap dimulai, Arsen sangat bersemangat untuk memenangkannya. Penguasa jalanan itu memang tidak ada yang bisa menandingi.
Dia kini berhenti di garis finish dan tos dengan kawan-kawannya yang masih setia dengannya saat dia berhasil memenangkan adu balap itu.
"Mau minum-minum lagi Ar?"
Arsen hanya memberikan beberapa lembar uang untuk temannya. "Lo bagi aja sendiri. Gue gak ikut. Gue buru-buru, ada perlu."
Setelah itu Arsen segera melajukan motornya menuju tempat kerja Naya karena Naya sudah waktunya pulang.
...***...
Hari Minggu itu, kebetulan rumah makan tempat Naya bekerja tutup lebih cepat karena semua menu telah habis. Naya kini menunggu Arsen di depan rumah makan itu.
"Lagi nunggu Arsen?" tanya Rangga yang membuat Naya menatapnya.
Naya hanya bisa menganggukkan kepalanya. Mungkin saja Rangga memang sudah pernah melihat Arsen setiap hari mengantar dan menjemputnya.
"Jadi hubungan kamu dan Arsen memang sudah serius?" tanya Rangga lagi.
Naya hanya terdiam. Dia tidak tahu harus menjawab apa.
"Rangga," panggil beberapa teman Rangga sambil berjalan mendekati mereka berdua.
"Kalian udah lama gak ke sini. Udah tutup restonya. Besok aja kalau mau ke sini." kata Rangga sambil bersalaman dengan kedua teman lamanya itu.
"Ya, kebetulan aja kita lagi lewat sini." Kemudian kedua teman itu menatap Naya. "Loh, ini kan pacar lo yang anak walikota itu. Kalian balikan? Kan gue udah bilang, gak usah takut sama ancaman Pak Walikota itu. Kalian itu kan sebenarnya cocok."
Seketika Rangga menginjak kaki temannya agar berhenti berbicara.
Naya kini menatap Rangga. Seperti ada maksud tersembunyi dari pernyataan itu. "Maksudnya apa? Orang tua siapa?" tanya Naya.
"Bukan apa-apa, Nay. Jangan dengerin mereka." kaya Rangga. Dia masih saja menutupi kenyataan yang ada.
"Sorry bro. Keceplosan. Ya udah gue duluan ya." Kedua teman Rangga justru melarikan diri.
Naya masih saja menatap Rangga. "Maksud teman lo apa?" tanya Naya lagi. "Jawab jujur!"
Rangga menghela napas panjang lalu dia duduk di dekat tempat parkir. "Semua sudah berlalu Nay. Gak perlu mengungkit lagi."
"Iya, gue tahu semua sudah berlalu." Naya kini duduk di samping Rangga. "Apa kita putus karena orang tua gue?"
Rangga terdiam beberapa saat. Dia mengingat kejadian satu tahun yang lalu saat Papa Naya yang seorang Walikota itu tiba-tiba datang ke tempat kerjanya dan memarahinya. Papa Naya bilang bahwa dia tidak pantas dengan Naya. Dia hanya orang miskin yang bekerja paruh waktu sepulang sekolah. Dia juga tidak boleh menganggu sekolah Naya dengan berpacaran.
"Kalau memang semua itu karena orang tua gue, gue minta maaf. Mungkin tanpa sepengetahuan gue, orang tua gue mencampuri kehidupan lo."
"Tapi orang tua kamu benar. Ya aku memang gak pantas buat kamu. Aku hanya orang miskin, bahkan untuk biaya sekolah saja aku harus bekerja paruh waktu."
Naya semakin menatap nanar Rangga. Jadi ini alasan yang sebenarnya Rangga memutuskan hubungannya. "Kenapa lo gak bilang sejak dulu? Gue bisa bilang sama orang tua gue, lo gak perlu putusin gue secara sepihak. Lo pengecut."
"Iya kamu benar, aku pengecut! Aku hanya bisa menyerah dengan keadaan. Aku gak bisa pertahankan kamu dan lebih memilih putus. Ya, aku sadar diri, Nay. Aku siapa dan kamu siapa. Hidup kita jauh bagai langit dan bumi. Waktu itu yang ada di pikiran aku, kita masih sekolah dan kita baru saja jadian, pasti mudah mengakhiri semuanya sebelum kita melangkah semakin jauh."
Tanpa sadar air mata Naya menetes. Selama ini dia hanya menyalahkan Rangga ternyata semua kesalahan justru berada pada orang tuanya. "Lo gak tahu gimana perasaan gue waktu lo putusin."
"Iya aku tahu. Aku juga tahu waktu itu kamu nangis sendirian di perpustakaan." Rangga kembali mengingat kejadian itu. Dia memutuskan Naya di sekolah. Tiba-tiba Naya pergi dan bilang ingin belajar di perpustakaan tapi ternyata dia menangis di sana.
"Waktu itu gue ngira lo gak punya hati dan hanya mau mainin gue aja. Gak tahunya lo..." Naya semakin menangis. Andai saja waktu bisa berputar lagi, dia ingin memperbaiki semuanya.
"Udah jangan nangis." Rangga merengkuh bahu Naya dan memeluknya. "Semua udah berlalu. Meskipun perasaanku sama kamu gak akan bisa berubah."
Naya semakin menangis terisak di pelukan Rangga.
"Dan aku lihat kamu sekarang udah bahagia sama Arsen. Aku gak akan ganggu hubungan kamu dan Arsen selama Arsen gak mempermainkan kamu."
Naya menggelengkan kepalanya. "Gue sama Arsen cuma..." Naya menghentikan perkataannya. Dia tidak mungkin menceritakan masalah itu pada Rangga. Dia sendiri juga tidak tahu perasaannya saat ini. Apa dia masih mencintai Rangga atau tidak?
Rangga melepas pelukannya dan menghapus air mata Naya. "Tetap lanjutkan hubungan kamu sama Arsen. Jangan pedulikan aku."
Naya menganggukkan kepalanya lalu dia mengambil ponselnya yang bergetar. Ada pesan masuk dari Arsen.
Lo pulang duluan aja. Gue ada perlu.
Di dekat jalan, sebenarnya Arsen sudah menghentikan motornya sedari tadi. Dia melihat semua kejadian itu. Dia juga tahu Naya dipeluk Rangga. Hatinya terasa sangat sakit. Dia tidak mengerti mengapa rasanya sesakit ini.
Arsen memutar motornya lagi dan melaju dengan kencang. Dia kini menuju klub malam dan bergabung dengan teman-temannya.
"Loh, katanya gak minum?" tanya teman-teman Arsen saat Arsen duduk bersama mereka.
Arsen tak menjawab pertanyaan temannya. Dia kini mengambil sebotol minuman beralkohol dan meneguknya sampai habis.
Naya, gue tahu lo gak mungkin bisa cinta sama gue. Sampai kapanpun...
.
💕💕💕
.
Like dan komen ya...
Btw salut buat Arsen krn dah berani jujur.
Wah....