Dyah permata baru saja menyelesaikan sekolahnya dia hanya berdua dengan adiknya yang berusia tujuh tahun. Dia pergi ke kota untuk mencari pekerjaan.
Bagaimana jika dia bertemu dengan anak perempuan yang berusia tiga tahun memanggilnya bunda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mutia al khairat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ke perusahaan Alexanders
Dyah masih merawat Azka Aquira senantiasa menemani papinya dengan memainkan bonekanya, sekali Azka dan Dyah tertawa mendengar Aquira berbicara dengan bonekanya.
Drt, drt, drt.
Azka mendengar Hpnya berbunyi di atas meja, dia melihat jam menunjukan jam 9 pagi, dia hampir melupakan bahwa dia ada pertemuan penting dengan klien.
Azka menghela nafasnya. Dyah tolong ambilkan Hp di atas meja" kata Azka, Dyah menanggukan kepalanya, merapikan berkas makanan dan memberikan HP pada Azka.
Terlihat Akbar memanggil. " Halo Akbar hari ini kamu urus dulu klien" kata Azka. " Tapi tuan klien ini sangat penting dia hanya memiliki waktu hari ini" kata Akbar. Azka menghela nafasnya dan meminjit keningnya.
" Tuan apa anda baik saja" kata Akbar, terdengar Azka menghela nafasnya. " Tidak saya baik saja sekitar sejam lagi saya ke kantor" kata Azka menutup panggilannya.
Dyah sempat mendengar perkataan mereka dan mencoba untuk melarang Azka pergi, karena Azka masih sakit.
" Anda mau kemana tuan? " Dyah melihat Azka turun dari tempat tidurnya. " Dyah, hari ini aku harus ke kantor ada metting penting yang tidak dapat di tunda" kata Azka, Dyah membantunya ke kamar mandi.
Dyah tak tahu harus berbuat apa yang dia tahu bahwa metting ini sangat penting untuk Azka, Dia harus melakukan sesuatu agar sakitnya Azka tak semakin parah.
" Tuan muda izinkan saya ikut dengan anda" kata Dyah, merasa terkejut dengan apa yang dia katakan, Azka yang baru saja keluar dari kamar mandi dan rapi terkejut mendengarnya.
" Maaf tuan jika saya lancang, saya pamit" kata Dyah, memejamkan matanya dan keluar dari kamar. Sebelum keluar Azka mengatakan sesuatu.
" Saya tunggu lima belas menit bawa juga Ira, dia akan menangis jika kamu tak membawanya. Sepertinya saya butuh bantuanmu disana" kata Azka. Dyah menanggukan kepalanya tak lupa dia mengajak Aquira keluar.
Tiga puluh menit kemudian mereka sampai di perusahaan Alexanders, Dyah membantu Azka keluar dari mobil membuat karyawan menjadi rusuh berbisik bertanya siapa gadis di samping CEO yang dingin itu.
" Papi ayo Ira bantu kata bunda papi sedang sakit nanti papi jatuh" kata Aquira memegang tangan kiri Azka.
" Selamat datang tuan" kata karyawan, Azka dengan dinginnya hanya menangguk kecil sedangkan Dyah malu karena semua mata tertuju pada dirinya.
Aquira sangat bahagia bisa pergi bersama Azka dan Dyah ke perusahaan, Akbar segera menghampiri mereka.
" Tuan, saya panggilkan dokter" kata Akbar, Azka menggelengkan kepalanya. " Kita langsung ke ruangan rapat, Dyah ayo" kata Azka, Dyah menanggukan kepalanya dan membantu Azka ke ruang rapat.
Diam-diam Akbar tersenyum melihat Azka tidak menolak seorang wanita yang memegangnya, mungkin karena dia sedang sakit itu yang difikirkan oleh Akbar.
Ruang rapat.
Klien sudah menunggu kedatangan Azka. " Assalamualaikum, maaf saya telat" kata Azka. Seorang klien melihatnya.
" Tuan sepertinya anda sedang sakit, apa sebaiknya kita atur ulang pertemuan ini" kata klien merasa kasihan melihat wajah Azka pucat.
" Terima kasih tuan Antonio saya memang kuang sehat sejak semalam, sekretaris saya akan menghubungi anda untuk mengatur pettemuan selanjutnya" kata Azka.
" Semoga anda cepat sembuh tuan baiklah kami permisi dulu, Nyonya jagalah suami anda" kata tuan Antonio, mengira Dyah adalah istri Azka.
Tiba saja suasana menjadi hening Dyah terkejut mendengarnya dia di sangka istri dari Azka.
" Tuan"