Kirana kembali ke kampung halamannya dengan tekad bulat—menuntut balas atas kematian ibunya yang tragis. Kampung yang dulunya penuh kenangan kini telah dikuasai oleh orang-orang yang mengabdi pada kekuatan gelap, para penyembah jin yang melakukan ritual mengerikan. Ibunya, yang menjadi tumbal bagi kepercayaan jahat mereka, meninggalkan luka mendalam di hati Kirana.
Apakah Kirana akan berhasil membalaskan dendam ibunya, ataukah ia akan terjerat dalam kutukan yang lebih dalam? Bagaimana ia menghadapi rintangan yang menghadang niat balas dendamnya? Temukan jawaban dari pertanyaan ini dalam perjalanan penuh ketegangan, misteri, dan kekuatan gelap yang tak terduga.
Apakah Kirana akan keluar sebagai pemenang, atau malah menjadi bagian dari kegelapan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurulina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
"Wah iya bener, lihat itu, semua bunganya " tunjuk Azka,
"Kan!, ayo kita cek kebelakang" ucap Kirana.
Mereka mengitari rumah itu dan....
Di samping luar kamar mandi, terdapat tampah berisi darah dan kembang bunga, serta dupa yang sudah terbakar, darah itu di cecer mengelilingi tampah itu.
Melihat itu mereka diam seketika.
"Azka..! Ambilin air bersih, satu ember di sumur cepat! Nisa, ambilin garam kasar satu bungkus dan bubuk daun bidara di tas carier ya," kata Rizal.
Tanpa aba aba Nisa dan Azka langsung pergi mengambil apa yang di suruh Rizal tadi.
Tak lama mereka pun kembali membawa benda benda itu, Rizal langsung menuangkan satu bungkus garam kasar dan dan bubuk daun bidara.
"Kalian masih ada wudhu kan?" tanya Rizal
Mereka serentak mengangguk.
"Baiklah kita baca al-fatihah tujuh kali dilanjutkan dengan ayat ayat yang sudah di ajarkan kyai"
Mereka semua kompak membaca surah surah yang diajarkan kyai di pesantren, ayat ayat untuk me rukiyah jin setiap selesai satu surah, mereka bersamaan menghembuskan ke dalam ember berisi air itu, suasana mencekam, angin kian kencang berhembus, mereka tetap membaca Ayat ayat itu dengan suara lantang...
Hahahahaha....!
Suara tawa terdengar diantara hembusan angin, namun mereka tetap membaca tanpa menghiraukan suara itu, langit yang tadi nya cerah ber angur angsur gelap,
Hahahahaha.....!
Suara itu terdengar lagi, dan kini semakin jelas, jantung mereka berdegub kencang, keringat bercucuran, padahal hawa nya dingin kala itu...
Terakhir ditutup dengan mereka membaca Ayat Kursi sebanyak tujuh kali.,
PERGI.....!!!!
Suara itu terdengar berat, dan semakin dekat, seolah olah disamping mereka, angin terus berhembus, namun hawa terasa gerah, peluh menetes dari dahi mereka, nafas mereka memburu seiring detak jantung mereka yang tak beraturan
Selesai sudah mereka membaca aya ayat suci Al-Quran, semua tampak ngos ngosan, Rizal lalu mengangkat ember berisi air rukiyah itu, lalu menyiram kan nya ke arah darah dan sesajen itu.
"Bismillahirrahmanirrahim, pergi lah kalian wahai jin jin Jahanam!!!" Seru nya lantang saat menyiram kan semua sesajen itu dengar air rukiyah, dilanjut kan dengan menyiram kan air sedikit demi sedikit mengelilingi rumah itu, namun tak terputus aliran nya, Rizal terus mengitari rumah itu, sambil membawa ember berisi air dan tiba kembali di titik awal, tempat sesajen itu,
Aaaahhhkk......! Suara pekikan teriakan teriakan terdengar seperti kesakitan, lalu samar samar menghilang, angin berhembus pelan, suasana kembali terasa normal,
Mereka pun bergegas kembali menuju ke rumah, terduduk di teras menenangkan ketegangan dan degup jantung yang tak beraturan.
"Gila, baru juga beberapa jam loh kita di sini, belum juga satu malam," Azka menggeleng kan kepala nya, tak habis pikir dengan kejadian yang baru saja mereka alami.
"Itu baru bawahan nya Azka, yang tadi itu belum ada apa apa nya dengan yang akan kita hadapi nanti" sahut Rizal menimpali.
"Kini aku baru paham, dengan nasehat nasehat kyai, kita tidak boleh goyah menghadapi mereka, seperti nya kedepan nya kita harus membiasakan diri" ucap Kirana.
"Iya kak, baru kali ini rasanya aku mendengar suara suara itu, itu baru suara nya belum wujud nya" ujar Nisa menyambut.
"Yang kita hadapi ini bukan sembarang orang, kita harus betul betul teguhkan iman, kapan saja mungkin kita bisa kena santet, hati hati menerima makanan dan minuman dari warga sini," ujar Rizal lagi.
"Yaudah ni udah jam lima, kita beres beres dalam rumah dulu, listrik kita di putus, kalo keburu malam nanti susah gak ada penerangan," ucap Kirana.
Mereka semua bangkit beranjak dari tempat duduk masing-masing, mereka segera bergegas bersih bersih bagian dalam rumah, Azka dan Rizal membersihkan sarang laba laba yang memenuhi setiap sudut ruangan, sementara Nisa mengelap debu debu di perabotan, Kirana menyapu dan mengepel lantai, setelah siap membersihkan sarang laba laba, para pria pun mulai mengambil kayu bakar samping rumah, untuk diangkat kedapur, di lanjut kan dengan Kirana dan Nisa yang mencuci alat memasak dan piring piring yang sudah berdebu.
Mereka juga membuat api di halaman sekalian membakar sampah sampah, juga asap nya berguna untuk mengurangi nyamuk nyamuk,
Hari sudah semakin gelap, Kirana di dapur memasak nasi sambil menunggu magrib, sementara Nisa menyiapkan tempat tidur mengganti sprei dan sarung bantal, untung saja lemari mereka tidak bersarang tikus atau rayap, jadi pakaian yang mereka tinggal kan masih bersih dan layak pakai, buk Sari rajin menata pakaian di lemari, tak lupa pula menguntungkan kapur barus warna warni di setiap rak lemari nya.
Allahu akbar Allahu akbar....!!
Suara alarm adzan maghrib berbunyi dari hp mereka secara bersamaan, yang arti nya sudah masuk magrib, mereka lekas beribadah seperti biasa di imami Rizal, kemudian setelah itu mereka mengisi perut yang sudah keroncongan.
yang semangat dong yang semangat dong
aku penasaran nih
semangat terus pokoknya author saya tunggu lanjutan eps nya👍🔥🔥🔥