Jennixia terpaksa menikahi Chester, mafia yang terkenal kejam di Negara X itu. Dia tidak diberikan pilihan lain oleh Chester.
Setelah menikahi Chester, sifat Chester sangat bertolak belakang dengan julukan yang diberikan kepadanya. Jennixia sempat merasa bingung. Chester melakukan apapun untuk meraih cinta Jennixia.
Bagaimana Chester bisa mengenal keluarga Jennixia ?
Apakah Jennixia bisa mencintai Chester setulusnya?
Masih banyak pertanyaan yang masih misteri mari kupas tuntas dengan mengikuti alurnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gabby_Rsyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Kepulangan Chester
Edward telah melaporkan kejadian tadi kepada Luis dan kini Luis telah menyampaikannya kepada Chester.
Chester menjadi huru hara, dia tidak bisa berada jauh dari istri kecilnya dia sangat mengkhawatirkan istri kecilnya itu. Chester menyerahkan kepada Luis untuk menyelesaikan semua urusan mereka di Itali dan dia akan kembali lebih awal dari jadwal yang diperkirakan.
Chester berangkat dari bandara Milan pada jam 4 sore, dia ingin segera bertemu dengan Istri kecilnya itu apalagi tahu bahwa istrinya kini mengalami dismenore.
Chester tidak bisa membayangkan bagaimana rasa sakitnya, tapi mendengar dari laporan sehingga Jennixia buru-buru harus di bawa pulang ke mansion, dia kira sakitnya itu pasti luar biasa dan itu membuatnya semakin khawatir.
Chester tidak mau sesuatu terjadi kepada Jennixia, dan dia memilih untuk meninggalkan pekerjaannya demi Jennixia.
Diperkiran pukul 7 pagi pesawat akan mendarat di bandara Kota A.Chester mengisi waktu yang ada dengan menandatangai beberapa dokumen yang harus dia tandatangani.
Waktu berlalu, tinggal 4 jam lagi mereka akan mendarat, Chester mengambil kesempatan untuk melelapkan matanya karena rasa kantuk tiba-tiba mendatanginya.
....
Kedatangan Chester hari ini tidak ada satu orang pun dalam mansionnya tahu. Chester ingin memberi kejutan kepada Jennixia dengan kedatangannya yang lebih awal beberapa hari.
Kepala pelayan dapur memasak makanan kesukaan Jennixia agar Jennixia mempunyai selera makan. Karena sejak semalam Jennixia menolak untuk makan.
Itu juga Mei berhasil membujuknya hanya dengan 5kali suapan setelah itu Jennixia kembali merebahkan dirinya di atas ranjang empuknya.
Rasa nyeri diperutnya belum sepenuhnya hilang, hari ini Mei sudah mengirim pesan kepada dosennya bahwa mereka tidak akan mengikuti kelasnya untuk beberapa hari kedepan karena kondisi Jennixia.
Jennixia juga meminta Mei untuk menemaninya. Agar dia tidak merasa kesepian.
Pagi ini setelah sarapan pagi, Jennixia hanya ingin memakan roti karena selera makannya belum kembali. Jennixia rasa bersalah kepada para pelayan yang sudah susah payah memasak untuknya, dia berjanji akan memakannya pada waktu makan siang nanti.
Jennixia kembali ke kamarnya ditemani dengan Mei. Sifat Jennixia memang di senangi oleh para pelayan dan para pengawal di mansion karena rendah hatinya.
Walaupun dalam keadaan sakit, dia menolak untuk makan di dalam kamar dengan alasan tidak sopan, dia menyanggupkan dirinya untuk berjalan ke ruang makan. Itulah antara sifat rendah hatinya.
Setelah sampai kamarnya Jennixia langsung merebahkan tubuhnya di ranjang empuknya. tidak lupa dia mengambil ponselnya lalu memeriksa pesan yang dia kirim kepada Chester belum ada balas.
Jennixia mulai kesal, dia merenggek kepada Mei lalu meminta di usap-usap kepalanya agar dia bisa tidur dan tidak memikirkan Chester.
Setengah jam telah berlalu kini jam menunjukkan pukul 8:30 pagi, Jennixia sudah kembali tertidur setelah menikmati usapan lembut dari Mei.
Kreekkk..
Chester masuk ke dalam kamar Jennixia. Mata Mei membulat baru saja dia hendak bicara, Chester memberi kode untuk jangan bersuara.
"Apa dia tidur?" tanya Chester perlahan lalu mendekati Jennixia.
Mei mengangguk lalu dengan perlahan dia turun dari ranjang Jennixia dan pamit dengan Chester.
Chester menggantikan posisi Mei, dia mengusap-usap puncak kepala Jennixia sambil menatapnya dengan senyuman.
"Aku sungguh merindukanmu." Bisik Chester di telinga Jennixia lalu mengucup kening Jennixia.
Bau parfum yang sangat familiar menusuk ke rongga hidung Jennixia, dia mengira dia masih berada dalam alam mimpinya.
"Mei, apa aku terlalu merindukan Chester sehingga aku menci** bau parfumnya." Ucap Jennixia sambil matanya masih tertutup.
Chester tersenyum melihat Jennixia dengan polosnya berkata demikian.
Tidak mendengar sahutan dari Mei membuat Jennixia berpikir Mei juga tertidur, dia mengacuhkannya saja ingin kembali ke alam mimpinya tapi dikejutkan dengan suara Chester.
"Kau merindukanku?" tanya Chester tepat ditelinga Jennixia.
Jennixia langsung membuka matanya lalu menoleh ke sampingnya. Matanya beradu dengan mata Chester.
Perasaan rindu terhadap Chester kini menyeruak keluar dan menguasai dirinya. Jennixia mengambil posisi duduk lalu mencubit pipi Chester.
"Akkhhh, sakit... Kenapa kau mencubitku?" ucap Chester sambil mengusap pipinya terasa perih.
"Bukan mimpi, ini nyata." Wajah Jennixia berbinar setelah mengetahui Chester datang bukan hanya dalam mimpinya tapi dia benar-benar telah pulang.
Jennixia menghamburkan pelukan kepada Chester, dia membenamkan wajahnya di dada bidang Chester.
"Kau belum menjawab pertanyaanku Jennixia." Ujar Chester sambil mengeratkan lagi pelukannya.
"Pertanyaan apa?" tanya Jennixia dengan nada bingung.
"Kau merindukanku?"
Jennixia diam dan tidak berbicara. Dia akhirnya menganggukan kepalanya, wajahnya yang bersemu merah di sembunyikannya dengan membenam pada dada bidang Chester.
Chester tertawa geli melihat tingkah malu-malu kucing Jennixia. Dia mengusap punggung Jennixia lalu bertanya apakah Jennixia masih merasa sakit.
Jennixia mengambil kesempatan ini untuk bermanja-manja dengan Chester, sehingga Chester harus menuruti kemauannya tapi Chester juga memberinya syarat.
Memang suami istri yang aneh ckckck.
"Kau harus makan banyak barulah kita keluar dan jalan-jalan ok?" ucap Chester kepada Jennixia.
Chester berhasil membujuk Jennixia untuk makan walaupun awalnya Jennixia seperti tidak bersemangat saat melihat makanan yang banyak di depan matanya.
Chester dengan telaten menyuap sang istri sehingga makannya tandas.
"Kamu pintar sayang." Puji Chester.
Jennixia mengumbar senyuman yang paling manis setelah di puji oleh Chester.
Kini Jennixia menagih janji Chester kepadanya.
"Yukk kita jalan-jalan." Ucapnya dengan riang.
"Istirehat dulu baru kita pergi, lagian nasi di perutmu belum turun." Ujar Chester yang masih duduk cantik di sofa ruang tamu.
"Bisakan istirehat di mobil, nahh ayolah." Jennixia mulai merenggek seperti anak kecil.
"Kalau begitu pergilah ganti bajumu."
Jennixia berlari seperti anak kecil menuju ke lift. Chester hanya menggeleng-gelengkan saja kepalanya. Chester memanggil Mei untuk membantu Jennixia berganti.
Chester hanya menunggu di ruang tamu sambil mendengar laporan dari Edward dan Nera.
"Menurut kalian apa yang Arviy inginkan?" tanya Chester meminta pandangan Nera dan Edward.
"Menurut saya, Arviy sepertinya ingin mendekati Nona." Jawab Edward.
"Bisa jadi, dia mengetahui Nona adalah istri Tuan." Jawab Nera pula.
Chester menganggukkan kepalanya lalu melihat ke arah tangga, Jennixia sudah berada di sana.
"Sebentar malam kita sambung. Ayo Edward." Chester berjalan mendekati Jennixia.
"Kamu kelihatan sangat cantik." Chester kembali memuji penampilan Jennixia.
Walaupun terlihat sederhana caranya mempercantikkan diri tetap saja pesonanya makin kuat dan mampu menarik hasrat setiap pria ingin memilikinya.
Jennixia menundukkan wajahnya karena merasa malu dengan pujian yang di ucapkan oleh Chester, padahal tadi dalam kamarnya dia terasa minder karena dia tidak bisa berdandan seperti model-model yang di lihatnya di mall dan tv.
Tapi Mei menyakinkannya bahwa dirinya tidak perlu menambah apa-apa saja sudah mampu membuat Chester terpesona dan benar kata Mei.
Jennixia mencari kelibat Mei yang berdiri jauh darinya lalu tersenyum sambil mengedipkan matanya. Senyum Jennixia mengembang.
"Yukk jalan." Ajak Jennixia.
Bersambung...