"Aku ini kamu anggap istri bukan sih mas! Pulang kerja tidak pernah menyapaku, langsung main HP sampai lupa waktu, waktu sholat pun kau lupa" sentak Andin. "Diam kau! Aku ini lelah bekerja, pulang2 malah denger kau ngomel? Tak tau diri! Ini rumahku! Ini kehidupan ku, kau cuma numpang tak usah mengatur ku" jawab Firman tak mau kalah.
Deg
Andin terkejut dengan penuturan suaminya. Apa dia bilang? Ini rumahnya? Hah yang benar saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuma Utari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Hilang
Sudah terhitung seminggu Firman berada di kampung Shela. Hari ini, saatnya ia beserta keluarganya kembali ke rumah Andin. Mereka fikir mungkin saat ini Andin telah menyiapkan berbagai menu masakan yang lezat.
"Ga sabar aku mas lihat ekspresi istri gendutmu itu. hihiii pasti syok banget"ucap Shela sambil bergelayut manja di lengan Firman yang tengah fokus menyetir.
" Jangan kamu ganggu Firman Shel. Nanti salah-salah nabrak pohon lagi kita" itu adalah peringatan dari Mas Sugeng yang terlihat jengah melihat kelakuan Shela.
"Biarin lah mas. Namanya pengantin baru. Pasti maunya nempel"ucap Mbak Retno menimpali.
Sedari tadi Bu Winda hanya diam menyimak perdebatan menantu dan anaknya. Ia sedikit pusing jika harus ikut berdebat.
Beberapa jam kemudian, mobil yang dikemudian Firman telah sampai di depan gerbang rumah Andin. Namun, yang menjadi fokus Firman adalah adanya mobil lain di dalam garasi yang terbuka. Firman begitu asing melihat mobil tersebut. Pasalnya, Andin setahunya tak memiliki mobil.
" Mas kami turun tolong, bukain gerbang"suruh Firman pada mas Sugeng.
"Iya Fir"
Setelah gerbang tebuka, mobil Firman mulai melakukan pelan memasuki kawasan rumah Andin.
Klek Klek Klek
"Terkunci, Tumben Andin ngunci rumah" gumam Firman yang sekarang tengah berusaha membuka rumah Andin.
Dor Dor dorr..
Firman yang kesal mulai menggedor pintu dengan sedikit keras. Aksi Firman tersebut memicu penghuni dalam mobil tadi.
'Kenapa Fir?"tanya Bu Winda menmui Firman.
Tak lama pintu mulai terbuka dari dalam. Menghentikan aksi debat antara anak dan ibunya.
"Ada apa ini? "
Ternyata dari dalam rumah telah keluar seorang laki-laki tambun dengan kumis yang lumayan lebat.
"Eh siapa kamuu? " omell Bu Winda pada laki-laki tersebut.
"Perkenalkan saya Jarot. saya pemilik rumah ini yang baru" terang Bu Winda.
Seketika semua orang yang berada di depan pintu serempak membelalakkan mata.
"Jangan ngac* deh pak. Kami pemilik rumah ini. Sejak kapan rumah saya jadi milik bapak! "tegas Firman.
"Saya membeli rumah ini sah ya sama pemiliknya, jadi anda dan keluarga sebaiknya keluar dari sini!"
"Anda jangan mengada-ngada ya pak! Rumah ini kan setiap tahun saya bayar! Kenapa bisa tiba-tiba jadi milik bapak!" Firman maju dengan mencengkram kerah baju pak Jarot
"Turunkan tanganmu, atau saya panggil keamanan! " perintah pak Jarot.
Firman yang mendengar ancaman pak Jarot sedikit gemetar. Ia takut jika aksinya malah menjadi bumerang untuknya. Sepertinya laki-laki ini juga bukan orang sembarangan. Dengan muka yang masih merah menahan amarah, ia perlahan melepas cengkraman tangannya di kerah Pak Jarot.
"Tidak bisaa!!! Ini rumah putra saya! Anda jangan mengada-ngadaa!! " teriak Bu Winda tiba-tiba yang seketika mengundang beberapa warga.
"Saya akan ambilkan sertifikat rumah ini jika kalian tidak percaya" tantang pak Jarot dengan muka sudah semerah tomat.
"Firman! Apa maksudnya ini?! Kenapa rumah bisa dibeli sama dia?! " tanya Bu Winda yang langsung mencerca Firman.
"Ada apa sih? kok rumah ini jadi milik pria tadi? "
"Gatau bu, itulah, jadi suami kok pelitnya ga ketulungan sama istri"
Terdengar kasak kusuk dari tetangga yang menyaksikan perdebatan Firman dengan Pak Jarot.
Firman melihat sekeliling ternyata sudah banyak orang yang berkerumun. Ia pun segera memelankam suaranya"Firman nggak tahu bu, Firman pusing! "
"Rumah ini atas nama siapa Fir?" itu adalah Sugeng yang bertanya. karena sedari tadi ia hanya diam menyaksikan pertengkaran ibu mertua serta adik iparnya dengan laki-laki yang katanya pemilik rumah ini.
"Emmm, setahuku atas nama Andin Mas" jawab Firman ragu-ragu.
"Hah?? Bukan atas nama kamuu?! " teriak Bu Winda lagi dan lagi.
Retno yang sedari tadi masih di dalam mobil karena menjaga Chika yang sedang tidur, tak ayal ikut keluar juga melihat apa yang terjadi. Ia penasaran kenapa ibu dan adiknya itu seperti bertengkar. Dan tadi ia juga sempat melihat laki-laki yang keluar dari rumah adiknya itu.
"Ada apa ini bu? " tanya Retno.
"Adikmu ini Ret. Rumah ini ternyata sudah dibeli orang" Adu Bu Winda yang langsung duduk bersimpuh di lantai.
"Hah? Kok Bisa? Sejak kapan kamu menjual rumah ini Fir? "
Sebelum Firman menjawab, dari dalam rumah keluarlah Pak Jarot dengan menenteng map coklat.
"Ini, silahkan kalian baca surat jual beli rumah ini beserta sertifikat nya"
Firman segera mengambil surat yang diberikan oleh Pak Jarot.
Matanya seketika membelalak melihat surat yang ia pegang. Pasalnya di dalam surat itu tertulis jika rumah ini sah telah jatuh ke tangan Pak Jarot. Rumah ini pun sudah atas nama Pak Jarot.
"Pak, kalau boleh tahu bapak sebelumnya membeli rumah ini dengan siapa ya? " tanya Firman dengan nada berubah lembut.
"Saya membeli rumah ini dengan Pak Budi" jawabnya singkat.
"Pak Budi? Itu mertua saya. tapi sebelumnya, rumah ini atas nama siapa? Bukannya rumah ini sebenarnya adalah rumah kontrakan?"
"Siapa bilang? Rumah ini sah milik pak Budi sebelumnya, Kata siapa rumah kontrakan. jangan mengada-ngada kamu. Saya membeli rumah ini dengan pak Budi cash ya"
"Bagaimana ini fir. kita mau kemana sekarang. Huhuuu" tangis Bu Winda pecah.
"Tenang Bu, sekarang lebih baik kita cari penginapan dekat sini. Ibu udah capek kan? Chika juga tidur di dalam mobil" Firman mencoba memberi pengertian pada ibunya yang tengah menangis.
"Tapi ibu mau tinggal disini Fir. ibu sudah tidak punya rumah lagi huaaaa" tangis Bu Winda semakin kencang. sehingga membuat Firman dan Sugeng membawa Bu Winda keluar dari rumah pak Jarot.
"Maaf Pak atas kelancangan saya tadi. Saya pamit" ucap Firman pada pak Jarot sebelum meninggal rumah.
"iya"jawab pak Jarot singkat.
Sesampainya di dalam mobil, ternyata Firman mendapati ibunya telah jatuh pingsan.
" Loh, ibu pingsan mbak? "tanyanya pada Retno.
"Iya nih Fir. sekarang bilang sama mbak. kenapa rumah itu bisa dibeli sama orang jel*k tadi, katamu orangtua Andin miskin! Rumah itupun kontrakan kan?! " cecar Retno.
"aku kurang tahu masalah rumah mbak. Setiap hari aku kasih Andin uang 400ribu dia Terima saja. Aku fikir rumah itu adalah rumah kontrakan yang dibayar setahun sekali menggunakan uang bulanan yang aku kasih. Pas aku nikah sama Andin memang Andin yang mengajakku tinggal di rumah itu, dulu, mana punya modal aku buat beli rumah"
"Terus sekarang gimana Firr? " tanya Mbak Retno lagi.
"Kita cari penginapan saja" putus Firman.