Li Mei, putri sah dari Jenderal Besar, dijebak oleh saudara tirinya dan selir ayahnya atas tuduhan pengkhianatan.
Di tengah hujan deras, di hadapan rakyat yang mencemoohnya, Li Mei berlutut di atas panggung eksekusi, menunggu algojo mengayunkan pedangnya. Keluarganya hanya menatap dingin ke arahnya.
Namun, saat bilah tajam hampir menyentuh lehernya, suara dingin dan mekanis tiba-tiba menggema di kepalanya:
[“Sistem Reinkarnasi Aktif. Apakah Anda ingin hidup kembali dan membalas dendam?”]
Ya!
Saat Li Mei membuka mata, dirinya terbangun di saat usianya masih 17 tahun. Di mana ia belum bertunangan dengan putra mahkota. Li Mei bersumpah untuk tidak mengejar cinta keluarga dan putra mahkota.
INGAT! KALAU TIDAK SUKA SILAHKAN SKIP! TIDAK PERLU MEMBERIKAN RATING BURUK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tantangan Duel
Cahaya mentari pagi menyinari halaman Akademi Tapak Langit, namun udara di sekitarnya terasa penuh dengan ejekan dan bisikan merendahkan.
Li Mei berjalan dengan tenang menuju kelasnya, langkahnya mantap meskipun di sekelilingnya, para murid berbisik dan mencemoohnya.
"Gadis itu benar-benar tidak tahu malu! Menolak perjodohan dengan Putra Mahkota, siapa yang dia kira dirinya?"
"Kau benar! Dia juga bukan siapa-siapa tanpa keluarga jenderal Li."
"Kenapa dia pakai cadar?"
"Mungkin karena wajahnya buruk rupa makanya selalu memakai cadar!"
"Huh, memangnya dia punya bakat? Seingatku, dia sama sekali tidak memiliki elemen!"
Li Mei tetap diam, tidak tertarik untuk membalas. Jika itu adalah dirinya di kehidupan pertama, mungkin dia sudah membela diri dengan air mata dan permohonan. Namun kini, ia hanya melanjutkan langkahnya menuju kelas, tak sedikit pun menghiraukan hinaan mereka.
Saat memasuki ruangan, ia memilih tempat duduk di pojok kelas, jauh dari perhatian. Seperti yang sudah diduganya, para murid lain di kelas 1 juga tak kalah buruknya dalam mencemooh dirinya.
Namun, ada juga beberapa yang hanya diam, tidak ikut berkomentar.
Memang, di kehidupan pertamanya, ia tidak memiliki teman. Semua itu karena dirinya terlalu sibuk mengejar kasih sayang dari orang-orang yang tidak pernah peduli padanya—Putra Mahkota, ayahnya, dan kedua kakaknya.
Tapi sekarang, ia tak lagi peduli.
Tak lama kemudian, seorang pria berusia sekitar 45 tahun memasuki ruangan. Tubuhnya tegap dengan jubah biru khas pengajar Akademi Tapak Langit.
Dialah Guru Liu, salah satu instruktur yang bertanggung jawab atas kelas tingkat bawah.
Dengan suara lantang, Guru Liu berkata, “Semua murid, ikut aku ke lapangan. Kita akan langsung menguji kemampuan kalian setelah libur satu bulan.”
Para murid langsung bersemangat. Ujian ini adalah kesempatan untuk menunjukkan perkembangan mereka.
Tanpa berkata apa-apa, Li Mei ikut bangkit dan berjalan keluar menuju lapangan, diikuti oleh murid lainnya.
Lapangan Akademi Tapak Langit
Lapangan luas itu sudah dipenuhi oleh beberapa kelas lain yang juga melakukan ujian mereka.
Guru Liu berdiri di tengah dan menatap murid-muridnya satu per satu.
“Kalian akan diuji dalam tiga tahap,” katanya. “Pertama, kekuatan fisik. Kedua, kendali elemen bagi yang sudah membangkitkan elemen. Dan terakhir, duel satu lawan satu untuk menilai kemampuan tempur kalian.”
Para murid mulai berbisik-bisik. Beberapa di antara mereka melirik ke arah Li Mei sambil menyeringai.
"Li Mei pasti akan mempermalukan dirinya sendiri lagi," gumam salah satu murid perempuan.
"Ya, dia bahkan tidak memiliki elemen. Untuk apa ikut ujian ini?"
Namun, Li Mei tetap diam, ekspresinya tetap dingin di balik cadarnya.
Guru Liu melanjutkan, “Baik, kita mulai dengan ujian kekuatan fisik. Kalian harus berlari mengelilingi lapangan sepuluh kali.”
Begitu perintah diberikan, para murid langsung berlari. Beberapa murid laki-laki dengan tubuh atletis memimpin di depan, sementara murid yang lebih lemah tertinggal di belakang.
Li Mei tidak terburu-buru. Ia menjaga napasnya tetap stabil dan berlari dengan kecepatan konstan.
Dalam kehidupan pertamanya, ujian ini adalah salah satu momen yang mempermalukannya karena ia cepat kelelahan dan jatuh pingsan di tengah lintasan. Tapi sekarang, dengan tubuh yang lebih sehat dan misi yang telah ia selesaikan sebelumnya, daya tahannya jauh lebih baik.
Satu putaran … dua putaran … tiga putaran …
Beberapa murid mulai kelelahan, namun Li Mei tetap menjaga ritme larinya.
Di putaran keenam, beberapa murid sudah terengah-engah. Di putaran kedelapan, ada yang mulai menyerah.
Namun Li Mei tetap melanjutkan.
Pada putaran terakhir, ia bahkan menambah kecepatannya, meninggalkan beberapa murid di belakangnya.
Saat garis akhir akhirnya dilewati, para murid yang melihat langsung terdiam.
"Bagaimana mungkin?! Dulu dia selalu jatuh pingsan!"
"Dia bahkan tidak terlihat kelelahan!"
Li Mei tetap berdiri tegak, napasnya sedikit berat, tetapi tubuhnya masih kuat berdiri.
Guru Liu meliriknya dengan sedikit terkejut.
Namun, ia tidak mengatakan apa-apa dan melanjutkan ke ujian berikutnya.
Setelah ujian fisik selesai, Guru Liu memberi waktu bagi para murid untuk beristirahat sejenak. Sebagian besar murid duduk di bawah naungan pohon atau berbicara dengan teman-temannya, membahas ujian berikutnya.
Sementara itu, Li Mei berdiri di sudut lapangan, diam-diam menyesuaikan napasnya. Walaupun ujian fisik tadi cukup menguras tenaga, tubuhnya jauh lebih kuat dari kehidupan sebelumnya.
Tak lama, Guru Liu kembali berdiri di tengah lapangan dan bertepuk tangan untuk menarik perhatian.
"Baiklah, sekarang kita akan berlanjut ke ujian kendali elemen," katanya. "Satu per satu, kalian akan maju dan menunjukkan elemen yang kalian kuasai."
Para murid mulai berbaris. Satu per satu mereka maju dan menunjukkan elemen mereka.
Seperti yang sudah diduga, sebagian besar murid bangsawan memiliki dua elemen, meskipun hanya satu elemen yang benar-benar mereka kuasai dengan baik. Sementara itu, murid dari kasta lebih rendah, seperti pelayan, hanya memiliki satu elemen dan kendali mereka lebih lemah.
Beberapa murid yang menonjol mulai menarik perhatian.
Li Zhu, saudara tiri Li Mei, maju ke tengah lapangan dengan penuh percaya diri. Begitu ia mengangkat tangannya, dua elemen muncul sekaligus—Angin dan Tanaman.
Angin di tangannya membentuk pusaran kecil, lalu berubah menjadi tornado kecil yang menyelimuti batang kayu di hadapannya. Tak lama, batang kayu itu mulai mengeluarkan tunas baru, bukti bahwa elemen Tanaman miliknya juga cukup kuat.
Para murid berseru kagum.
"Wah, seperti yang diharapkan dari Nona Muda Li Zhu! Dia benar-benar berbakat!"
"Angin dan Tanaman adalah kombinasi yang sangat langka dan harmonis!"
Li Zhu tersenyum penuh kemenangan sebelum kembali ke tempatnya.
Ujian terus berlanjut, hingga akhirnya tibalah giliran Li Mei.
Ruangan langsung menjadi sunyi. Para murid mulai berbisik-bisik.
"Hah? Untuk apa dia maju?"
"Dia bahkan tidak memiliki elemen!"
"Ini pasti akan menjadi lelucon!"
Li Mei tetap melangkah ke tengah lapangan tanpa ekspresi. Ia berdiri di depan kayu uji, lalu diam sejenak.
Tentu saja, dia belum mau menunjukkan elemen apa pun. Dalam kehidupannya yang pertama, ia dianggap sampah karena tidak pernah bisa membangkitkan satu elemen pun. Namun sekarang, ia tahu itu tidak benar. Ia hanya perlu menunggu waktu yang tepat.
Guru Liu mendengus kasar. "Jika kau tidak bisa menunjukkan elemen, tidak ada gunanya berdiri di sana. Kembalilah ke tempatmu!"
Tawa rendah mulai terdengar dari murid-murid lain.
"Aku sudah bilang, dia sampah!"
"Bukankah ini memalukan? Dia tidak bisa menggunakan elemen tapi masih ingin menjadi murid di akademi ini?"
Di tengah gelombang ejekan itu, tiba-tiba sebuah suara lain terdengar dari arah barisan guru.
"Kalau begitu, bagaimana jika kita mengujinya dengan cara lain?"
jangan pernah ada penyesalan di kemudian harinya
menyesal pun sudah tak ada artinya lagi buat keluarga Li😤😤😤😤😤
demi hasutan dari seorang selir and anak tiri, dengan tega nya membuang anak kandung nya😤😤😤😤😤😤😤
and jangan sampai menjilat ludah sendiri
karena tu akan sangat memalukan🤣🤣🤣🤣🤣
bikin ketagihan baca
update nya juga ngga pelitt