Amora, seorang gadis bangsawan yang muak dengan semua aturan yang mengekang pada awalnya hanya ingin keluar dari kediaman dan menjelajahi dunia bersama pelayan pribadinya
Menikmati kebebasan yang selama ini diambil secara paksa oleh kedua orang tuanya pada akhirnya harus menerima takdirnya
Sebagai gadis yang terlahir dengan berkat kekuatan suci, dia memiliki kewajiban menjaga perdamaian dunia.
Amora yang pada awalnya masih berusaha menghindari takdirnya dihadapkan pada kenyataan pahit.
Fitnah keji telah menjatuhkan keluarga Gilbert.
Amora Laberta de Gilbert, merubah niat balas dendamnya menjadi ambisi untuk menegakkan keadilan karena kekuatan suci dalam tubuhnya, menghalanginya.
Demi memuluskan tujuannya, Amora menyembunyikan identitasnya dan bergabung dalam tentara.
Mengawali karir militernya dari tingkat paling rendah, Amora berharap bisa menjadi bagian dari pasukan elit yang memiliki tugas menegakkan keadilan dimana itu selaras dengan tujuannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKHIR YANG TRAGIS
Apa yang menimpa keluarga Gilbert menjadi pembicaraan hangat di kota Erythra.Masyarakat sama sekali tak menyangka jika pekerja sejujur Viscount Alexander bisa terjerat kasus korupsi yang melibatkan bahan pangan korban bencana.
Para pembenci keluarga kaya tersebut, terutama musuh dalam selimut Regina dan Viscountess Sabrina yang selama ini merasa iri hati mulai bermunculan seperti jamur.
Rumor yang beredar di masyarakat semakin lama semakin tak karuan arahnya, semua itu tentu karena adanya campur tangan Countess Miskha yang memang ingin melihat keluarga Gilbert hancur.
Selain karena keluarga itu memiliki visual yang menawan dan menjunjung tinggi kejujuran dalam pekerjaaan yang dilakukannya, kekayaan yang dimiliki keluarga Gilbert juga membuatnya merasa sangat iri.
Count Stalen yang tak ingin keluarga Gilbert jatuh oleh fitnah kejam yang sengaja istrinya dan Marquess Boryet ciptakan, berusaha untuk pergi ke provinsi dengan harapan beberapa bukti yang dibawanya dan kesaksian dirinya serta beberapa orang yang ikut dengannya bisa membuat Viscount Alexander dan Lucius terbebas dari hukuman.
Namun sayangnya, belum juga niat baik tersebut terlaksana, Count Stalen tertangkap basah oleh Countes Miskha yang langsung membakar habis bukti yang susah payah Count Stalen kumpulkan hingga berubah menjadi abu.
Bukan hanya menghancurkan bukti yang ada, Count Stalen bahkan dikurung di ruang bawah tanah kediamannya agar tak bisa kabur dan pergi ke provinsi untuk memberikan kesaksian agar keluarga Gilbert terbebas dari hukuman setelah memberinya obat pelumpuh hingga lelaki itu tak tak bisa menggunakan kekuatan apinya untuk melarikan diri.
Para pengawal dan pelayan didalam kediaman Bouten sudah sejak lama berada dipihak Countess Miskha, sehingga begitu Count Stalen dieksekusi, mereka tetap diam karena tak ada perintah dari sang nyonya rumah.
Oscar yang mendengar kabar jika ayahnya telah diberi obat pelumpuh kekuatan dan disekap di ruang bawah tanah merasa marah dan bergegas menemui sang ibu untuk meminta penjelasan.
“Ibu, ada apa lagi ini? kenapa ibu mengurung ayah diruang bawah tanah?”, tanyanya menuntut penjelasan.
Bukannya menjawab pertanyaan sang anak, Countess Miskha masih duduk dengan tenang sambil mengambil selembar kertas dari atas meja.
"Oscar, hari ini ibu akan memberitahumu sebuah rahasia besar yang selama ini ibu simpan rapat-rapat", ucap Countes Miskha sambil menyerahkan sebuah kertas yang baru saja dirampas dari tangan sang suami bersama dengan bukti yang menunjukkan jika Viscount Alexander sama sekali tak melakukan kecurangan dan praktek korupsi dalam bahan bangan korban bencana.
Dari data yang Count Stalen miliki, meski tak banyak sudah cukup untuk bisa membebaskan Viscount Alexander dan Lucius dari semua tuduhan yang mengarah kepadanya.
Count Stalen juga memiliki beberapa orang yang akan bersaksi jika Marquess Boryetlah yang telah membunuh ketiga orang yang dilaporkan hilang dan mengubur mayat mereka dihalaman belakang mansion keluarga Gilbert untuk menjebaknya.
Countess Miskha yang sudah memiliki rencana besar dengan Marquess Boryet tentu saja tak ingin peluang besar yang sudah dengan susah payah didapatkannya hilang hanya karena kejujuran sang suami.
Namun, yang diberikan kepada Oscar hanya kertas yang merupakan surat yang dikirim oleh kekasih gelapnya kepadanya, dimana dalam percakapan yang ada disurat itu, pria tersebut menyebutkan jika dia sangat merindukan anak kandungnya Oscar serta kehangatan seng kekasih hati, Miskha.
Tangan Oscar gemetaran setelah dia membaca apa yang tertulis diatas kertas yang ada dalam genggamannya.
"Ibu, apa maksudnya ini? ",tanyanya syok.
"Seperti yang kamu baca, Count Stalen bukanlah ayah kandungmu. George. Nama ayah kandungmu adalah George Derik. Dia bukan bangsawan, hanya seorang pedangan yang ada di kota Thesalon".
Countes Miskha menjawab santai pertanyaan putra semata wayangnya karena merasa jika ini sudah saatnya dia melenyapkan sang suami. Dengan bantuan dari Marquess Boryat, hal besar itu mudah dilakukan.
"Sekarang ayahmu telah mengetahui jika kamu bukanlah anak kandungnya. Jika kamu ingin membungkam lelaki itu dan mewarisi harta serta gelarnya, ini merupakan moment yang pas. Obat yang diberikan oleh Marquess Boryet sudah melumpuhkan kekuatan elemen api milik ayahmu. Jika tak bertindak cepat maka kita berdua yang akan hancur ". Apa yang Countes Miskha ucapkan, membuat hati Oscar bimbang.
Meski Count Stalen bukan ayah kandungnya, tapi pria itu telah membesarkannya selama dua puluh tahun dengan kasih sayang yang tulus.
Oscar tentu memiliki perasaan yang dalam terhadap lelaki yang dipanggilnya ayah itu.
Countes Miskha yang melihat keraguan Oscar dimata sang anak, merasa geregetan.
"Obat pelumpuh kekuatan itu hanya bertahan selama tiga jam saja. Pergunakan waktu berharga itu dengan baik. Kali ibu memberikanmu kepercayaan penuh untuk menyelesaikan tugas ini. Jadi jangan pernah kecewakan ibu jika tak ingin kita berdua ditendang dari kediaman dan hancur bersama".Ucapan Countes Miskha merasuk dalam hati Oscar, sehingga dengan langkah mantap dia berjalan menuju ruang bawah tanah.
Countes Miskha yang melihat Oscar turun keruang bawah tanah sambil membawa serta pedangnya, tersenyum puas karena dia bisa menyingkirkan sang suami tanpa mengotori tangannya sendiri.
“Akhirnya, semua yang menghalangiku akan lenyap. Apa yang memang seharusnya menjadi milikku, pada akhirnya akan kembali”, gumannya bahagia.
Sementara itu Oscar yang kini tengah melangkah masuk kedalam ruang bawah tanah menghentikan langkah kakinya begitu dia melihat wajah pucat sang ayah.
“Oscar....”, ucap Count Stalen lemah.
Sorot hangat tatapan Count Stalen membuat Oscar membuang pedang yang ada ditangannya dan berlari menghampiri pria yang selama ini membesarkannya dengan perhatian dan kasih sayang yang tak pernah sekalipun dia dapatkan dari ibunya.
“Ayah....kenapa semua menjadi begini ayah...”, Oscar menangis meraung-raung sambil mendekap tubuh Count Stalen yang telah melemah.
Melihat Oscar menangis, Count Stalen mengusap air mata yang mengalir deras dari kedua mata anaknya.
“Hey son. Apa yang ayah bilang. Lelaki harus kuat dan jangan cengeng”, ucap Count Stalen lembut.
Mendengar perkataan sang ayah, tangis Oscar semakin kencang, hingga membuat pakaian bagian atas Count Stalen kusut dan basah.
“Oscar, dengarkan ucapan ayah”, Count Stalen berucap sambil kedua tangannya mengangkat wajah Oscar agar menatap kearahnya.
Oscar mendongak dan netra keduanya pun bertemu, “Apapun yang terjadi, kamu adalah anak ayah. Anak yang sangat ayah cintai dan banggakan”, ucap Count Stalen, membuat air mata Oscar kembali jatuh.
“Sekarang bunuh ayah dengan pedangmu. Ayah ingin kedua tanganmulah yang mengakhiri penderitaan ayah saat ini, daripada racun keparat ini”.
Oscar baru sadar, selain obat pelumpuh kekuatan, sang ayah juga telah diberi racun yang secara perlahan mulai menggerogoti bagian dalam tubuhnya.
Pantas saja ayahnya terlihat sangat pucah dan lemah. Oscar memalingkan wajah ketika Count Stalen kembali memohon padanya agar dia dibunuh secepatnya, supaya tak menderita semakin lama.
Dengan tangan gemetar, Oscar berhasil menusuk tepat dijantung sang ayah dalam satu kali tusukan.
“Terimakasih Oscar. Sampai kapanpun, kamu adalah anak kebanggaan dan kesayangan ayah”, ucap Count Stalen sambil tersenyum bahagia, sebelum kedua matanya tertutup selamanya.
Meninggalkan Oscar yang menangis meraung-raung sambil memeluk erat tubuh sang ayah yang perlahan mulai dingin.
Sementara itu diarea perbatasan provinsi Herakly, tiba-tiba kereta tahanan yang membawa Viscount Alexander dan Lucius di hujani ribuan anak panah beracun yang melesat sangat cepat di udara.
Kereta tahanan yang dipergunakan semua jeruji besinya menggunakan besi batu hitam yang memiliki kemampuan untuk menahan kekuatan elemen yang dimiliki oleh orang yang dikurung didalamnya.
Hal ini dilakukan agar para tahanan tak bisa mempergunakan kekuatan mereka untuk melarikan diri dari petugas yang membawanya.
Viscount Alexander dan Lucius yang berada di area terbuka dan tak memiliki kekuatan akibat besi batu hitam yang menahan kekuatan elemen api milik mereka, hanya bisa pasrah ketika ratusan anak panah berhasil mengenai tubuh mereka secara membabi buta.
Ayah dan anak ini mati sambil berpelukan dengan tubuh penuh anak panah yang menancap dipunggung dan kepala mereka, seperti seekor landak.
Sementara para prajurit yang mengawal tersangka, sebagian besar juga ikut menjadi korban. Sedangkan yang berhasil selamat, sekuat tenaga memacu kudanya untuk mencapai pos perbatasan dan melaporkan kondisi yang ada.