Sheva harus memenuhi janji keluarganya dengan cara menerima perjodohan antara dua keluarga,sebagai pembalasan hutang pada masa lalu karena telah membantu membangkitkan perusahaan keluarganya yang hampir bangkrut. Di usianya yang baru menginjak dua puluh dua tahun itu ia harus menerima di jodohkan dengan laki-laki yang dulu pernah ia kenal sebagai teman masa lalunya. Meski begitu karena sempat tidak bertemu selama lima tahun,sikap dan penampilan keduanya berubah drastis. Padahal di sisi lain Sheva telah memiliki seorang kekasih dan keduanya telah menjalin hubungan kurang lebih tiga tahun ini.
Akankah Sheva bisa memenuhi permintaan keluarganya itu?
Atau ia harus membuat keluarganya mengerti bahwa dirinya mempunyai pilihan lain untuk masa depannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rindu Setia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 16
Keesokan harinya Sheva segera menghubungi Morgan dan memintanya untuk pergi ke gedung terlebih dahulu,karena ia masih ada beberapa urusan yang harus di Kerjakan.
Morgan sudah menduga bahwa Sheva pasti akan pergi menemui Marcell,ia tidak ingin berpikiran buruk dan mencoba mencarikan alasan untuknya apabila orang tuanya bertanya nanti.
Sudah hampir satu jam Sheva tak kunjung datang,ia mencoba menghubungi Sheva
"Halo Va,kamu mau datang jam berapa?" tanya Morgan
"Sorry,sebentar lagi kok"
"Jangan sampai kedua orang tua aku terus bertanya tentang kamu,atau aku jemput aja deh kamu di Central Park"
"Kok kamu tahu aku di central Park?"
"Embb itu aku asal nebak aja tadi"
"Seriusan?"
"Iya"
"Ya sudah ini aku mau otw ke sana,bye"
Kurang lebih tiga puluh menit Sheva selesai dengan urusannya dan segera menyusul menemui kedua orang tua Morgan ke tempat akan di adakan nya pertunangan mereka besok.
Sesampainya di sana Sheva melihat Morgan dan kedua orang tuanya yang sedang berbicara dengan pihak WO,
"Sheva,katanya kamu lagi sibuk" tanya nyonya William
"Enggak tante udah selesai kok"
"Oh gitu,ini gimana menurut kamu?"
"Bagus kok tante"
"Kamu suka?"
"Iya suka tante"
"Yakin gak ada yang mau di ubah"
"Gak usah tante,itu udah bagus kok"
"Kalau kamu gimana Morgan?"
"Morgan ikut aja ma"
Sheva menatap ke arah Morgan penuh selidik,bagaimana dia bisa tahu kalau ia sedang berada di apartemen Central Park.
"Ikut aku,ada yang ingin aku omongin" ucap Sheva pada Morgan
Morgan mengikuti Sheva yang berhenti di ruangan pojok tempat gudang
"Kamu tahu dari mana aku ada di Central Park?" tanya Sheva
"Kenapa? kamu beneran ada di situ?"
"Kamu tahu dari mana?"
"Aku tahu Va,kamu di situ sama siapa? apartemen itu atas nama siapa? aku tahu"
"Jadi selama ini?"
"Iya,aku sudah tahu semuanya. Kamu dan Mr.Marcell pacaran kan?"
Sheva terkejut mendengar penuturan Morgan
"Bagaimana kamu bisa tahu?"
"Itu tidak penting"
"Morgan jawab,kamu tahu dari mana?"
"Kalau aku jawab,apa kamu juga mau jawab dimana kalung yang aku berikan ke kamu?"
"Kalung??? em aku,aku simpan"
"yakin kamu simpan?"
"Iya"
"Terus ini apa?" ucap Morgan sambil menunjukkan foto kalung yang ia berikan di leher Marcell
"Morgan,aku gak tahu kenapa kalung itu bisa ada di leher Mr.Marcell"
"Karena kamu berikan ke dia,dan kamu bilang kalau M itu inisial nama dia"
"Aku sama sekali tidak bilang begitu,bahkan aku juga nggak memberikannya kepda Mr.Marcell"
"Ah sudahlah Va,aku kecewa sama kamu. Meski pernikahan ini hanya karena perjodohan bukan berarti kamu bisa seenaknya nyakitin perasaan aku kayak gini"
"Morgan,aku sama sekali gak ada niat buat lakuin ini semua ke kamu"
"Sebelum semuanya terlanjur sebaiknya kita ngomong jujur di depan orang tua kita,kita batalkan ini semua dan kamu bisa lanjutkan hubungan ini dengan Mr.Marcell"
"Enggak mungkin,papi pasti akan marah besar ke aku Gan. Papi udah mulai menarik fasilitas yang dia berikan ke aku satu persatu"
"Sebaiknya mulai sekarang kamu pikirkan apakah kamu akan meneruskan perjodohan ini atau tidak,jika tidak besok kamu tidak perlu datang kemari dan aku akan menjelaskan semuanya kepada mereka" ucap Morgan yang langsung pergi
Setelah selesai melihat persiapan gedung untuk pertunangannya besok,Sheva dan keluarga William memutuskan untuk pulang. Sheva hanya terdiam tanpa banyak bicara,lamunannya buyar saat nyonya William mengajaknya bicara
"Sheva,tadi kamu kesini naik apa?"
"Taksi tante"
"Ya sudah kalau begitu Morgan kamu antar Sheva pulang ya"
"Iya ma"
"Nggak usah tante,Sheva naik taksi saja"
"Kok naik taksi,lagian ini sudah kewajiban Morgan antar kamu pulang"
"Iya apalagi sebentar lagi kalian akan jadi suami istri" imbuh tuan William
"Ya sudah tante kalau Morgan tidak keberatan"
"Enggak dong,sudah sana Morgan kamu antar Sheva pulang"
"Iya ma"
"Tante,om Sheva duluan ya"
"Iya hati-hati sayang"
Sheva berjalan di belakang Morgan,ia tidak berani mengajaknya bicara karena masih merasa bersalah. Di dalam mobil selama perjalanan mereka juga tidak ada percakapan apapun,Morgan memilih fokus pada jalanan sedangkan Sheva mengalihkan pandangannya ke jendela. Sesampainya di halaman rumah Sheva turun dan mengucapkan terima kasih kepadanya,namun Morgan tidak menjawab apapun dan langsung pergi.Sheva kembali dengan wajah yang muram,kedua orang tuanya yang ada di ruang tamu menatapnya penuh tanda tanya.
"Sheva,kamu pulang sama siapa?" tanya nyonya Lista
"Sama Morgan Mi"
"Ya sudah kamu sekarang istirahat ya,nanti sore mami mau ajak kamu ke salon buat perawatan biar besok kamu fresh"
"Iya mi, Sheva ke kamar dulu"
"Anak itu kalau kayak gitu juga bagus,tapi kenapa akhir-akhir ini senang sekali buat papinya darah tinggi" gumam tuan Robert
"Mungkin Sheva butuh waktu untuk menerima ini semua pi"
"Mudah-mudahan dengan hadirnya Morgan dia bisa jadi perempuan yang lebih dewasa lagi"
"Oh ya Pi,rencana Gebi akan pulang jika nanti Sheva menikah"
"Bagus,apa Philip akan ikut?"
"Sepertinya iya"
"Papi kangen sama Irene juga"
"Mami juga pi"
Di dalam kamar Sheva masih merenungkan ucapan Morgan tadi,ia bingung apa yang harus di lakukan ketika rahasianya sudah ada yang tahu. Ia tidak bisa terus menyembunyikan hubungannya dengan Marcell jika seperti ini,mau tidak mau ia harus meminta Morgan untuk mengerti juga perasaannya.
Sore hari sesuai jadwalnya,Sheva dan nyonya Lista pergi ke spa untuk perawatan. Selama perawatan Sheva terus memikirkan keputusannya besok,akankah dia menerima perjodohan itu atau harus mempublikasikan hubungannya dengan Marcell.
Pagi ini Sheva pergi ke kampus untuk sidang,Rania dan Hana menunggunya di depan ruang sidang dengan antusias. Setelah hampir satu jam Sheva keluar dengan raut wajah lesu,Rania dan Hana menghampirinya dengan penasaran
"Va,gimana?"
"Entahlah" jawab Sheva lesu
"Kok entahlah,pasti hasilnya di luar prediksi loe ya?"
"Enggak mungkinlah,dia bimbingan mahal-mahal ke Mr.Marcell loh" tutur Hana
"Coba sini aku lihat" ucap Rania sambil mengambil map di tangan Sheva
Setelah membukanya Rania berteriak
"Coumloude........" teriak Rania yang membuat semua orang yang ada di sana tersenyum
"Gilaa,akhirnya penantian loe gak sia-sia Va. Gue sama Rania masih nunggu tanggal sidang sedangkan loe udah coumloude" ucap Hana sambil memeluk Sheva
"Gue balik dulu ya"
"Yah Va,kok gitu" ucap Rania
"Udah biarin,ntar malem juga ketemu lagi di acara pertunangannya"
"Oh iya aku hampir lupa"
Di parkiran mobil Mr.Marcell menghentikan Sheva dan memberikannya buket bunga,ia mencium kening perempuan di hadapannya itu. Tak sengaja Alta melihat itu semua,ia sempat terkejut karena apa yang terjadi di depan matanya itu. Ia memfotonya dan mengirimkannya kepada Morgan,sementara itu Sheva sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun atas perlakuan Mr.Marcell.
"Va,kamu kenapa?"
"Aku bingung kak"
"Kamu tidak bisa begini Va,kamu harus menentukan semuanya dari sekarang. Kamu akan melepaskan apa yang sudah menjadi impian kita berdua selama tiga tahun terakhir ini? kamu janji setelah wisuda kita akan publikasikan hubungan ini. Kamu nggak boleh ninggalin semuanya begini Va"
"Tapi kak Cello tahu kan apa yang akan terjadi jika hubungan kita sampai di ketahui oleh papi?"
"Saya paham konsekuensi yang akan saya terima Va,mungkin saya akan kehilangan gelar rektor yang sudah susah-susah di dapatkan. Tapi yang lebih menyakitkan lagi adalah harus kehilangan kamu dan juga semua kenangan kita"
"Tapi....."
"Tapi apa Va? begini saja,malam ini saya tunggu kamu di apartemen. Jika kamu datang berarti kamu memperjuangkan hubungan kita ini tetapi jika tidak berarti kamu memang sudah tidak lagi peduli dengan kita"
"Aku tidak bisa memilih kak,ini terlalu berat antara keluarga aku dengan....."
"Dengan apa? dengan saya yang tidak ada apa-apanya? Pokoknya saya tunggu kamu nanti malam" ucap Marcell yang kemudian pergi meninggalkan Sheva
Alta pergi setelah merekam percakapan mereka,ia masih tidak menyangka jika selama ini ada hubungan spesial antara Sheva dengan Mr.Marcell. Sheva berjalan menuju halaman kampus untuk menemui sopir yang sudah menjemputnya,ia terlihat sangat sedih atas apa yang harus di hadapi soal pilihan itu. Ketika ia kembali ke rumah semuanya sibuk mempersiapkan ini dan itu bahkan kakaknya Geby juga tidak bisa pulang. Padahal dia adalah satu-satunya orang yang bisa mengerti dirinya,dulu ia sering curhat kepada kakaknya tersebut sebelum akhirnya mereka harus berpisah.
Akhirnya hari yang di tunggu-tunggu tiba juga,sore ini seluruh penghuni rumah sudah bersiap untuk berangkat ke lokasi sementara Sheva masih merenung di atas tempat tidurnya. Nyonya Lista terkejut saat melihat Sheva masih belum bersiap sama sekali
"Astaga Sheva,kamu kenapa belum bersiap" ucap nyonya Lista
"Mi..."
"Kenapa?"
"Bisa nggak kalau kita batalkan pertunangan ini"
"Jangan ngarang kamu,sudah sana mandi nanti kita telat lagi"
"Sheva serius mi"
"Sudah sana mandi"