" Jika kau tidak mau mendengar ku. Aku akan mencium mu sekarang juga" ancam Zahra.dia benar benar ingin pulang dan menemui teman temannya. Dia sudah berjanji ingin keluar bersama. Tapi dia juga tidak berani untuk ijin pada Umi Amelia.
" Cium saja jika kau ingin kita di nikah kan sekarang juga." Kata Ustadz Sulaiman melepas tangan Zahra dari lengannya dan kembali melangkah masuk ke dalam.
Zahra mengangkat tangannya meninju Angin. Dia sangat geram dengan sikap ustadz Sulaiman yang ternyata tidak mudah dia kendalikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bunda Qamariah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
rencana jahat
Ustadz Sulaiman mengusap usap pundak Istrinya yang memeluk nya." Ada apa Zahra. apa kau baik baik saja " tanya Sulaiman masih sangat khawatir pada istrinya. walaupun Zahra tidak pernah melakukan tanggungjawab nya sebagai istri yang sesungguhnya. tapi dia tetap peduli dan menjaga istrinya sebaik mungkin. Zahra tidak pernah kekurangan apa pun selama hidup dengan nya.
Hanya saja ustadz Sulaiman belum pernah menyentuh Zahra selama satu bulan sudah menikah. bukan tanpa alasan dia tidak ingin meminta haknya pada Zahra. melihat Zahra yang masih kekanakan. dia takut jika Zahra hamil dan tidak bisa menjaga kandungan nya dengan benar.
Zahra melonggarkan pelukannya." Aku lapar... aku ingin makan " kata Zahra sudah kembali pada mood aslinya.
"Dari tadi aku sudah menyiapkan mu sarapan. tapi kau tidak bangun bangun dari tidur mu Zahra " Kata Ustadz Sulaiman melangkah membuka jendela kamar mereka.
Zahra tidak menjawab suaminya.tapi dia menatap punggung suaminya mengingat mimpinya barusan.
"Kau ingin aku menghangat kan susu untuk mu" Tanya Ustadz Sulaiman.
Zahra menggeleng masih terus menatap suaminya.
"Ada apa Zahra." tanya Sulaiman saat melihat Zahra bertingkah lain dari biasanya.
Zahra menggeleng kemudian mengembangkan senyuman nya."Apa aku bisa mencium pak ustadz. aku merasa sangat ingin mencium mu" kata Zahra tersenyum manis
" Kau bau Zahra. pergi lah bersihkan tubuh mu" ustadz Sulaiman ingin melangkah keluar.
" Tapi setelah mencium pak ustadz yang tampan. " Kata Zahra sudah memeluk suaminya dan mencium pipinya kemudian berlari ke kamar mandi.
"Tingkahnya ada ada saja" gumam ustadz Sulaiman tersenyum dan turun ke bawah.
,,,,,,,,,
" Kapan rencana itu kita jalankan Sisil" tanya Rana yang Zahra ejek tempoh hari di lokasi balapan semasa kalah dalam lomba. dia juga memang sudah lama membenci Zahra. hanya saja dia belajar di kampus ustadz Sulaiman mengajar.
"Malam Nanti... " Jawab Sisil tersenyum Jahat.
"Jadi siapa yang akan kau kambing hitam kan" tanya Rana lagi
"Dion"
"Dion. bukannya dia itu sahabat kalian. " tanya Rana yang tau jika Dion salah satu yang juga dekat dengan mereka berlima termasuk Ayuna.
"Hanya dia yang aku punya... kira kira seperti apa suaminya ya jika rencana ku berhasil" Sisil tersenyum miring membayangkan rencana busuknya.
"Suami,? Zahra sudah menikah? kenapa aku tidak tau. bukannya Zahra pacarnya Ken" tanya Rana yang heran mendengar Zahra sudah menikah.
"Ya. dan yang lebih seru nya. ternyata suaminya seorang ustadz "
Flashback
Beberapa hari yang lalu
Tok tok tok
Sisil mengetuk pintu rumah Zahra. dia berniat ingin mengajak Zahra keluar. tadi dia sudah menghubungi nombor Zahra, tapi tidak di angkat. jadi Sisil memutus kan untuk datang ke rumah Zahra.
Ibu Zahra membuka pintu. " eh nak Sisil." kata ibu Zahra.
" Tante " Sisil menyalam ibu Zahra." Zahra nya ada Tante " tanya Sisil sambil tersenyum.
"Loh. Zahra kan sudah tinggal di rumah suaminya beberapa Minggu yang lalu... apa dia tidak cerita" Jawab ibu Zahra
" Suami? Zahra sudah menikah " tanya Sisil masih yang kaget.
" Sudah Sil"
" Siapa suaminya Tante"
" Ustadz Sulaiman. anak pemilik pondok Al Fatih. Sisil juga pasti kenal kan." ucap ibu Zahra . karena dia juga pernah melihat Sisil bersama putrinya mengunjungi pondok Al Fatih.
" Iya Tante. iya Tante. kalau begitu aku pamit dulu ya.. Assalamualaikum "
"Waalaikumussalam "
Sisil kembali ke mobilnya dan tersenyum Jahat" sepertinya akan sangat seru ni" Gumam Sisil tersenyum penuh arti di mobilnya.