Seorang anak kecil yang kuat dan tangguh sehingga menjadi sukses diusia dewasa, mampu melawan kerasnya kehidupan dunia.
Diusianya yang memasuki belasan tahun ia harus diuji dengan lingkungan yang toxic sehingga menjadikan dia perempuan tangguh dan harus mampu menjalani kerasnya hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
Saat di sekolah Reni harap² cemas karena kepindahannya.
"Kamu kenapa Ren? Dari tadi murung." tanya Aisyah teman kelas Reni.
"Aku mau pindah sekolah."
"Dimana? Kenapa pindah?"
"Di Selatan, pamanku datang jemput."
"Ya kurang seru deh, tidak ada yang jualan kue dong! Sampai kapan kamu disana?"
"Gak tau juga, tapi belum izin dari sekolah."
"Kamu sudah menghadap ke kepala sekolah kah?"
"Pamanku yang menghadap." jawabnya sendu.
"Kenapa kamu mau pindah kesana?"
"Pengen aja cari pengalaman baru. Disana banyak sepupuku Aisyah jadi seru!"
"Disini lebih seru kan ada ibu dan ayahmu, ada juga adik²mu." sahut Emy yang baru datang.
"Bener tuh kata Emy, emang nanti kamu gak rindu sama keluargamu?"
"Rindu sih tapi aku juga pengen kesana!"
"Ya udah itu sih dari kamu saja!" ucap Aisyah sedikit kecewa.
***
Setelah pulang sekolah Reni langsung menuju ruang tengah mencari pamannya.
"Paman gimana tadi di sekolah?"
"Reni kalau masuk rumah jawab salam dulu, jabat tangan dan duduk baru bertanya, yang sopan dong!" tegur ibu Wati.
"Iya bu maaf, Reni buru² dan penasaran bagaimana tanggapan kepala sekolahnya." lantas duduk disamping paman Joy.
"Kamu bisa kok pindah sementara, tadi paman sudah ambilkan surat izinnya!"
"Bener paman?" tanyanya riang gembira. "Ye aku ikut ke Selatan." lanjutnya.
"Iya tapi jadi anak baik disana, yang pintar kak." ibu mengingatkan.
"Baik bu. Makasih bu." menghampiri ibu Wati lalu memeluknya, meski ibu tidak suka dipeluk. "Geli Reni." ujar ibu Wati melepas pelukan anaknya.
Reni melangkahkan kaki ke kamar dengan wajah sendunya. "Ibu selalu tidak mau kalau aku peluk, hanya Naysa saja yang dipeluk! Apa aku bukan anaknya?" gumamnya seraya menghapus air mata yang telah menetes secara tiba².
"Huhuhu sedihnya aku, apa karena aku anak pertama makanya aku harus kuat?" gumamnya lagi. "Enak ya kalau punya kakak apalagi kalau laki² bisa jaga kita". Masih saja bergumam sambil menghapus air mata yang belum berhenti menetes.
"Biar mi deh, bentar lagi aku ke Selatan, disana kan banyak sepupu, tapi apa ada yang mau menganggapku adiknya? Hhhmmm." ujarnya pasrah.
"Ganti baju deh baru makan, jadi lapar!" melangkah ke lemari untuk mengambil pakaian ganti sebelum makan di dapur.
***
Di ruang keluarga
"Kamu kenapa begitu Mb sama Reni? Kasihan dia kan hanya ingin peluk ibunya?" bibi Yati heran dengan sikap kakaknya sekaligus bertanya. "Dia hanya butuh pelukan, perhatian saja." ucapnya lagi ketus.
"Aku tuh geli de kalau dipeluk²!" jawab ibu Wati.
"Anak sendiri yang peluk geli, kalau ayahnya yanh peluk suka sekali." godanya.
"Ish itu beda lagi." kekeh dengan pendiriannya.
"Terserah Mb saja deh, tapi saya sudah ingatkan!" seraya bangkit dari duduknya melangkah ke dapur mengambil minum karena sedikit emosi dengan kakaknya yang aneh itu.
"Sudahlah Yati, kamu belum tau bagaimana orang kalau sudah punya anak, pasti ingin yang terbaik buat anaknya dan tidak dimanja kayak anakku itu si Felix." ujar paman Joy yang menyusul ke dapur.
"Justru karena aku belum punya anak makanya aku ingatkan pada yang sudah punya anak supaya bersyukur Mas, apalagi anak sudah lebih dari satu jangan sampai ada yang iri karena orang tua yang pilih kasih. Biasa orang tua tidak menyadari kalau dirinya pilih kasih, tapi bagaimana dengan anak, apakah anaknya pernah ditanya masih butuh kasih sayang gak? Itu yang harus dipikirkan juga Mas, apalagi anak mulai besar, kalau bukan ke orang tuanya kepada siapa dia akan mengadu?" jelas bi Yati panjang kali lebar kepada paman Joy. Tanpa mereka ketahui bahwa bu Wati mendengar obrolan mereka.
"Sudah jangan di dengar omongannya Yati Mb, dia lagi sensi karena belum ada anak." tegur paman Anto saat hendak lewat menuju dapur menemui isterinya.
"Iya de, saya ke kamar dulu."
"Iya Mb." melanjutkan langkah ke dapur menegur isterinya.
"Kamu harus bisa kontrol emosi kamu de, Mb mu dengar tadi ucapan kamu." peringat paman Anto pada bi Yati.
"Biar dengar sekalian Mas." huh mendengus kesal.
"Terserah lah." ucap paman Joy meninggalkan mereka berdua di dapur.
"Ayo jalan² sebelum pulang besok."
"Mau kemana?"
"Ke jembatan lihat sungai!" sambil senyum ramah.
"Kamu bisa saja Mas, ngapain kesana?"
"Lihat anak² mancing ikan!"
"Aku di rumah saja deh, sebentar lagi masak sudah sore," tolaknya.
"Sebentar saja kesana supaya pikiranmu lebih tenang de."
"Ya sudah ayo Mas." menyetujui keinginan suaminya untuk pergi ke sungai.
***
"Kak sudah makan kah??" tanya Nayla saat memasuki kamar kakaknya.
"Sudah tadi, kenapa?"
"Kayaknya sejak pulang sekolah belum keluar kamar kak, kapan makannya?"
"hehehe mau keluar gak jadi malu!"
"Ha? Malu sama siapa kak?"
"Tadi lagi pada kumpul di ruang keluarga terus ada ramai² gitu aku gak jadi makan deh!"
"Emang ada apa?"
"Lah kamu dari mana kah?"
"Tidur di kamar." jawabnya enteng.
"Astaghfirullah Nay, kamarmu dekat situ gak dengar ada grusuk²!" tepok jidat sambil geleng² kepala Reni karena adiknya. "Tidur apa pinsan?" gumam Reni dalam hati.
"Nanti saja aku makan malam, pilih baju dulu karena mau ke Selatan." jawabnya dengan tersenyum senang.
"Seneng banget kak mau ke Selatan? Emang enak jauh dari ibu?" tanyanya heran.
"Kan mau belajar mandiri de, kakak ingin sekolah di pesantren, makanya dari sekarang jauh dari orang tua!"
"Ish yang penting gak ngompol kak!" ledek Nayla.
"Kan bisa kencing dulu sebelum tidur de." geram Reni pada adiknya.
"Jangan malu²in disana kak."
"Doakan saja de." hehehe ujarnya gak yakin.
"Kok aku kurang yakin kak!"
"Lah kenapa? Kan aku yang pergi."
"Ya nanti rindu kami disini!" ucapnya sendu.
"Kamu yang rindu, disana kan masih ada Pak Wek dan Mak Wek, wele... Kamu takut rindu aku ya de?"
"Iya kak. Huhuhu." langsung nangis.
"Loh kok nangis? Kan belum berangkat? Bajunya saja baru mau dipilih untuk disimpan ditas!" tanyanya heran dengan adiknya itu, cuek tapi gampang sedih. Hahaha
"Kan gak ada ditemani cerita, temani bertengkar, gak ada yang cerewet!" masih dengan cemberut menjawab pertanyaan kakaknya.
"Oh cup cup cup adikku yang cuek bebek."
"Ish kakak ini, aku serius!"
"Ok. Nanti kita jumpa kalau bulan Ramadhan, nanti kalian nyusulkan?"
"Iya mungkin, aku gak tau kak!"
"Iya kok ibu akan kesana nyusul kakak, sudah ya sedihnya." bujuknya.
"Iya kak." jawab Nay singkat.
***
Malamnya makan bersama.
"Sudah siap bajumu Ren?" tanya bi Yati.
"Sudah bi."
"Wah cepat juga gerakan kemenakan ini!" ujar paman Anto.
"Iya paman, sudah gak sabar mau berangkat." ceplos Reni padahal adiknya pengen ikut tapi tidak bisa kalau tanpa Ibu.
"Iya besok agak siang kita berangkat, kapalnya berangkat sore!" ujar paman Joy.
"Naik mobil siapa Mas?" tanya bi Yati.
"Mb mu yang carikan de." jawab paman Joy.
"Mobilnya pak Supardi, langka mobil berangkat ke kota kalau dari sini de." ibu dan bibi sudah baikan, saat masak untuk makan malam.
"Oh ya sudah kalau sudah ada mobil, tinggal siap saja." ujar bibi Yati.
"Oleh²nya hanya kerupuk saja. Gak bikin apa² ini!"
"Itu saja sudah lebih dari cukup Mb." jawab bibi.
Seusia makan lanjut di ruang keluarga, meski rumahnya kecil tapi cukup untuk lima orang, bahkan ada tiga orang tamu! Tamunya tidur di ruang tamu karena tidak ada kamar yang luas.
"Sana tidur anak² supaya bisa bangun pagi!" perintah ibu Wati.
"Iya bu." Reni dan Nay meninggalkan ruang keluarga.
***
"Senengnya besok mau berangkat ke Selatan," gumam Reni dalam hati.
"Wah kalau di kapal bagaimana ya? Sudah lama gak pernah naik kapal? Kayaknya dua tahun lalu deh!" gumamnya lagi, belum mengantuk karena antusias mau pergi.
"Bajuku cukup gak ya? Baju sekolah sudah, semoga gak ada yang ketinggalan, disana kan ada baju sepupu jadi gak usah bawa banyak²." hehee masih saja dengan bergumam.
Hoam... Beberapa kali Reni menguap, masih belum mau juga tidur. Lama kelamaan dia tertidur hingga lupa baca doa.
"Huh huh huh." Reni terbangun tengah malam karena mimpi lari². "Astaghfirullah mimpi ternyata." huft.
"Bismika Allah humma Ahya wa bismika amuut. Kayaknya gara² lupa baca doa makanya mimpi buruk." gumamnya lalu memejamkan matanya lagi untuk tidur.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung♡♡♡
Jangan lupa mampir di karyaku yang kedua readers sayang, judulnya "Ketemu Jodoh Siswa Ibu Kos" ☆☆☆
cara nya hanya wajib follow akun saya sebagai pemilik Gc Bcm. Maka saya akan undang Kakak untuk bergabung bersama kami. Terima kasih
Jangan lupa like, kritik dan sarannya.../Rose/