Hanaya, wanita cantik yang harus rela menjual tubuhnya dengan pria yang sangat ia benci. Pria yang telah melukai hatinya dengan kata-kata yang tak pantas Hana dengarkan.
Mampukah Hana hidup setelah apa yang terjadi padanya?
Atau bagaimana kah nasib pria yang telah menghina Hana saat tahu kebenaran tentang Hana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
"Hana ini sudah menjadi keputusan pihak kampus untuk memutuskan beasiswamu."
"Tapi Bu.."
"Karena pihak kampus sudah tahu tentang dirimu di luar sana. Beruntunglah karena kamu tidak di keluarkan." ucap bu dosan.
Hana hanya bisa menghembuskan nafasnya, dan berjalan secara lemas..
"Hana, masih ada satu cara." Ucap bu dosen.
"Apa itu bu?"
"Datanglah ke alamat ini. Hanya dia yang bisa membantumu untuk kembali mendapatkan beasiswa." Kata bu dosen sambil memberikan selembar kertas yang berisikan alamat.
Hana membaca alamat yang tertera di sana.
"Apa betul ini bu?" Tanya Hana.
"Cobalah, hanya dia yang dapat membantumu."
Semangat yang tadi sempat padam. Kini kembali menyala. Hana masih mempunyai harapan untuk kembali mendapatkan beasiswa. Dengan bermodalkan percaya diri, Hana menuju alamat yang tertera di lembar kertas tersebut.
"Bagaimana? Apa wanita itu sudah datang?" Tanya Elang pada Roy.
"Masih dalam perjalanan."
"Hahahah, bukan kah sudah aku bilang Roy. Suatu saat dia pasti akan memohon padaku. Dan hari ini, dia pasti akan memohon." Ucap Elang dengan penuh bangganya.
Hana dan juga Widia telah sampai tepat di depan bangunan rumah dengan pagar yang menjulang tinggi.
"Selain anda yang lain di larang masuk." Ucap penjaga gerbang saat membuka pintu gerbang.
"Haaa??" Ucap Hana dan Widia secara serentak dan keduanya saling pandang.
Bagaimana tidak saling pandang. Mereka kaget kenapa bisa pintu pagar langsung di buka padahal mereka belum memanggil siapapun untuk membuka. Dan kenapa juga hanya Hana yang di perbolehkan masuk seorang diri.
"Tapi aku hanya ingin mene..." Ucap Widia terpotong
"Hanya teman anda yang bisa masuk." Potong pengawal tersebut.
"Aku tunggu kamu Han."
"Tapi Widia. Kamu ngak papa kan? Aku tinggal masuk?"
"Ngak. Kamu masuk aja, aku tetap di...." Widia melihat sekitar .."Aku tetap di sana nungguin kamu." Lanjut Widia setelah melihat pohon dan menunjuk ke arah pohon tersebut.
"Baiklah."
Hana kemudian melangkah masuk mengikuti langkah pria yang tadi membuka gerbang untuknya. Mata Hana melihat sekeliling bangunan yang besar dan juga sangat mewah..
"Masuklah." Ucap pria yang mengantar Hana.
"Tunggu.. Kalau boleh tahu yang berada di dalam sana wanita atau pria?" tanya Hana.
"Anda akan tahu jika masuk kedalam sana." Setelah berkata seperti itu, pria itupun pergi meninggalkan Hana yang masih terdiam di depan pintu.
Hana menarik nafas dalam-dalam. Lalu menghembuskannya secara perlahan.
"Masuk. Tidak. Masuk. Tidak." Ucap Hana berulang kali.
Sedangkan Elang yang berada di dalam sana tertawa dengan sangat puasnya melihat dari layar ponselnya apa yang Hana lakukan di depan pintu.
Roy hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah tuannya yang menurut Roy sudah di luar batas.
"Masuk.." Ucap terakhir Hana memantapkan dirinya untuk memutuskan masuk kedalam sana.
"Ya, aku harus masuk. Ini demi masa depanku."
Lalu Hana mengetuk pintu kemudian membuka secara perlahan dan masuk kedalam saat mendengar seseorang untuk mempersilahkan nya untuk masuk.
"Suara itu." Gumam Hana saat mendengar suara pria yang dia hafal betul. "Tidak mungkin pria itu ada di sini." Gumamnya kemudian.
Saat Hana masuk, Roy langsung tersenyum dan berjalan keluar dari ruangan itu. Hana hanya bisa diam sambil melihat Roy berjalan keluar dari ruangan dan menutup pintu.
"Akhirnya kau datang juga." Kata Elang sambil membalik kursinya.
"Kau lagi." Ucap Hana sambil menghembuskan nafasnya secara kasar.