Mawar Ni Utami gadis yatim piatu yang dua kali dipecat sebagai buruh. Dia yang hidup dalam kekurangan bersama Nenek nya yang sakit sakitan membuat semakin terpuruk keadaannya.
Namun suatu hari dia mendapatkan sebuah buku kuno dan dari buku itu dia mendapat petunjuk untuk bisa mengubah nasibnya..
Bagaimana kisah Mawar Ni? yukkk guys kita ikuti kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 7.
“Ooo itu mungkin barang Pak Kosim tadi jatuh, terus aku taruh situ. Besok besok kalau Pak Kosim datang aku berikan.” Jawab Sang Nenek. Pak Kosim adalah orang yang sering membeli sampah sampah yang dikumpulkan oleh Nenek dan Mawar ni.
“Nenek jual apa tadi?” tanya Mawar Ni sambil berdiri dan tangannya meraih buku tebal yang tampak sudah usang.
“Biasa botol botol dan kardus kardus, kemarin kemarin yang kita kumpulkan. Lumayan dapat dua puluh ribu.... Ember ember bekas cat belum aku jual, Pak Kosim mau membeli murah katanya dia masih punya banyak belum ada yang mau terima.”
“Hmmm lebih banyak hasil Nenek hari ini...” ucap Mawar ni sambil mata melihat judul buku kuno itu..
“Va.. de.. me.. kum.. ihh buku apa sih ini.. bahasa apa juga..” gumam Mawar ni lalu meletakkan lagi buku itu di meja yang tidak jauh dari balai balai.
Waktu pun terus berlalu, sudah satu bulan lebih Mawar ni bekerja di pabrik bulu mata. Mawar ni sudah mendapatkan lebih banyak bulu mata palsu yang dia buat. Tetapi masih saja kalah banyak dengan teman teman lainnya yang sesama buruh baru apalagi dengan yang buruh lama sangat jauh sekali. Hingga satu bulan bekerja hasil kerja Mawar ni, gaji yang dia dapat tetap saja tidak seperti yang dia harapkan..
Kini dia pun duduk bekerja di samping Dahlia.
“Li, kayaknya aku tidak cocok kerja beginian. Sudah satu bulan hasil yang aku dapat tidak memuaskan. Aku keluar saja apa ya Li?”
“Kamu itu baru satu bulan saja sudah nyerah. Itu Mbak Rita dulu juga Cuma dapat sedikit di awal awal tapi lama lama juga sebelas dua belas dengan aku upah yang didapat.” Ucap Dahlia dengan kedua tangan terus bekerja merangkai bulu mata palsu.
“Nih.. aku kasih sebagian punya aku. Tapi awas kalau kamu cerita cerita rahasiaku.” Ucap Dahlia selanjutnya sambil tangannya menyisihkan beberapa pasang bulu mata yang sudah selesai dia buat pada Mawar ni.
“Kamu juga bisa dapat tambah tambah di sini selain buat bulu mata palsu.” Ucap Dahlia lagi dan kembali sibuk bekerja.
“Jualan ya Li? Tapi kan butuh modal buat jualan.. Aku tidak punya uang Li.” ucap Mawar ni sebab banyak buruh buruh di pabrik itu yang punya sampingan jualan. Jual kue kue, baju baju dan lain lain nya.
“Ada Ni jualan tidak pakai modal uang.” Ucap Dahlia tanpa menoleh.
“Jual apa? Jual jasa apa? Jasa pijit pijit? Jual diri? Aku bisa digantung sama Nenek.” Ucap Mawar ni yang kedua tangan juga sibuk bekerja.
“Ya diam diam dong, jaman sekarang Ni, kita harus punya uang banyak agar tidak kalah dengan yang lain. Di sini banyak orang orang yang baik hati berbagi bagi rejeki he... he... he... asal kita manut, nurut apa maunya..”
“Memang kamu tidak ingin punya baju baju bagus? Hand phone bagus? Motor baru? Apa iya kamu ingin naik sepeda terus? Tidak ingin rumah kamu itu kamu bangun?” ucap Dahlia lagi..
Mawar ni hanya diam saja, tatapan matanya menerawang jauh, kedua tangannya sesaat berhenti bekerja...
“Siapa sih yang tidak ingin punya banyak uang...” gumam Mawar ni..
“Jangankan buat bangun rumah..” Gumam Mawar ni dalam hati sebab saat genting bocor saja dia sendiri yang naik ke atas genting buat membetulkan agar tidak membayar upah orang. Karena untuk menghemat pengeluaran.
Di saat Mawar ni masih termenung, tiba tiba telinganya mendengar langkah kaki bersepatu memasuki ruangan itu...
“Li, Pak mandor datang mau sidak apa ya? Aku belum bisa buat banyak bulu mata apa dia akan marah ke aku ya Li..” ucap Mawar ni nada dan ekspresi wajahnya sangat khawatir apalagi tampak langkah kaki Pak Mandor menuju ke mejanya, tatapan mata Pak Mandor pun ke arah dirinya dan urat wajahnya tampak kaku tidak seperti biasanya yang penuh senyuman manis.. Mawar ni cepat cepat menunduk dan kedua tangannya kembali sibuk merangkai bulu mata palsu.
Sesaat kemudian..
“Pulanglah Ni, nenek kamu sakit.” Suara Pak Mandor dengan nada serius sambil menatap wajah Mawar ni. Mawar ni yang mendapat kabar pun langsung gemetar, sangat khawatir dengan kondisi nenek, orang satu satunya yang dia sayangi dan dia cintai di dunia ini.
“Iya Pak, terima kasih.” Ucap Mawar ni dengan suara gemetar.. Pak Mandor menganggukkan kepalanya dan segera melangkah pergi.
“Li aku pulang ya.. ini belum selesai bagaimana.”
“Nanti aku lanjutkan dan aku setorkan hasil pekerjaan kamu dan tambahan dariku pada petugas.” Ucap Dahlia sambil menatap Mawar ni.
“Makasih ya Li.” Ucap Mawar ni dan cepat cepat bangkit berdiri sambil menyambar tas cangklongnya.. Dia yang sudah sangat khawatir dengan kondisi Nenek langsung melangkah cepat keluar dari ruang kerjanya.. Mawar ni pun berlari menuju ke tempat parkir sepeda..
Cepat cepat Mawar ni mengambil sepedanya. Dia mengayuh sepeda dengan sangat cepat..
“Semoga sepeda ku tidak bermasalah di jalan..” doa Mawar ni dalam hati agar sepeda tidak bocor ban nya dan rantai sepeda tidak pakai lepas..
Setelah beberapa menit kemudian sepeda sudah sampai di depan rumahnya jantung Mawar ni semakin berdebar debar saat melihat ada beberapa tetangga berada di rumah nya..
“Lik, bagaimana Nenek?” tanya Mawar ni pada tetangga nya yang berada di dekat pintu..
“Katanya kepala nya pusing Katanya tadi akan jatuh untung ada yang tahu terus ditopang dan dibawa pulang.” Jawab tetangga Mawar ni.
Mawar ni setelah menyandarkan sepedanya dia cepat cepat masuk ke dalam rumah. Tampak tubuh neneknya berbaring di balai balainya.
“Ni, nenek kamu sudah tua jangan kamu biarkan dia keliling cari barang bekas seorang diri. Bahaya, apa lagi punya tekanan darah tinggi bahaya kalau jatuh tidak ada orang tahu.” Ucap salah satu tetangga yang berdiri di dekat balai balai.
“Kamu bawa sekarang ke puskesmas mumpung belum tutup.” Ucap tetangga yang lain yang duduk di balai balai tempat tidur Nenek ..
“Iya Bu..” ucap Mawar ni sambil mendekati neneknya..
“Ayo Nek, kita ke puskesmas..” ucap Mawar Ni sambil duduk di tepi tempat tidur untuk membantu sang Nenek mengangkat kepala dan punggungnya..
“Bu, nanti tolong pegang tubuh nenek kalau duduk di boncengan sepeda saya ya...” ucap Mawar Ni penuh permohonan..
“Iya, atau nanti aku panggilkan bu de kamu itu, tadi sudah aku kabari katanya masih tanggung pekerjaan nya.” Ucap tetangga Mawar Ni itu, yang dimaksud bu de Mawar Ni adalah ibu nya Dahlia.