HATI-HATI DALAM MEMILIH BACAAN!
Serena dan Yuan terjebak di satu malam panas yang membuat mereka menyesali semuanya. Yuan yang memiliki kekasih dibuat bingung antara tanggung jawab dengan Serena atau memilih kekasihnya.
Semuanya menjadi rumit karen Yuan yang candu dengan tubuh Serena tidak bisa berhenti memaksa wanita itu untuk melakukannya. Yuan yang egois tidak ingin memutuskan pacarnya bahkan dia berkata tidak akan pernah merusak pacarnya.
Ketika ia mulai sadar bahwa rasa cintanya telah beralih kepada Serena, semuanya semakin rumit karena kekasih Yuan tidak ingin di lepaskan dan mengancam akan mengakhiri hidupnya jika Yuan meninggalkannya.
Kehadiran Johan di antara Yuan dan Serena juga membuat mereka semakin renggang.
Pernikahan Yuan dan Maudy tiba-tiba dipercepat karena wanita itu menjebak Yuan yang sudah menolaknya mentah-mentah padahal hubungan mereka tengah baik-baik saja pada saat itu.
Serena yang mendengar itu pun memilih untuk pergi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AICE PARK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Karma Dan Kebahagiaan Berputar
WARNING!!⚠️
Dalam chapter ini mengandung hal yang mungkin akan menyinggung beberapa orang, jadi sebelumnya akan saya peringatkan untuk tidak terlalu terbawa arus. Maaf jika ada salah kata, karena dalam chapter ini mention hal yang sensitif. Saya sebagai penulis berusaha menyampaikannya dengan bahasa yang halus dan POV beberapa orang yang mengalaminya/mendapatkan ujian yang sama.
Lima Bulan Berlalu
Saat ini Maudy dan Yuan sedang berada di rumah sakit, begitu juga dengan kedua belah pihak keluarga. Karena Maudy akan melahirkan secara sesar.
Maudy tidak tahan dengan kesakitan yang ia alami, baru pembukaan lima ia sudah ingin menyerah saja dan meminta Yuan untuk dilakukan operasi sesar.
Ruangan operasi di tutup, Yuan langsung merapalkan segala doa untuk keselamatan Istri dan anaknya. Bagaimanapun ia tidak akan rela jika salah satunya ada yang menghilang dari kehidupannya.
Selama pernikahan Yuan selalu menjalankan tugasnya sebagai Suami meskipun ada saja tingkah laku yang membuat Maudy sakit hati karena ia ketus dan selalu memarahi wanita itu.
Yuan tidak memiliki rasa lagi dengan Maudy namun ikatan pernikahan lah yang membuat ia bertahan sampai sekarang, begitu juga dengan surat terakhir yang ditinggalkan oleh Serena. Apalagi sekarang mereka akan memiliki anak, maka akan semakin sulit untuk berpisah dengan Maudy.
Rasa cinta Yuan kepada Serena tidak pernah luntur sedikitpun, ia masih meratapi kepergian wanita yang ia cintai. Namun ia harus merelakan keputusan wanita yang ia cintai untuk menghormatinya.
Setiap malam Yuan selalu mencoba mencari kabar Serena hingga saat ini, meskipun ia hanya mampu mencarinya melalui media sosial karena ia takut Maudy akan curiga jika mencaritahu secara langsung.
Bukan berarti Yuan akan kembali kepada Serena jika ia menemukan kembali wanita itu, namun Yuan ingin setidaknya hanya sekedar melihat Serena hidup dengan aman dan bahagia.
Sedangkan Maudy sudah berhenti mencaritahu tentang Serena setelah Yuan kembali menampakkan perhatiannya, ia juga lebih memilih untuk fokus pada kehamilannya. Namun rasa benci dan dendam kepada wanita itu tidak pernah sedikitpun luntur dari hati Maudy.
Jika suatu saat Maudy menemui Serena mungkin ia akan membalaskan rasa sakitnya meskipun hanya sekedar menampar atau mungkin menendang nya. Ia merasa tidak perlu terlalu kejam untuk membalasnya, karena pada akhirnya ia yang menang dan mendapatkan Yuan.
Sekitar satu jam Maudy berada di dalam ruang operasi bersama Dokter dan para ahli yang bertugas. Yuan tidak berhenti-hentinya menatap lampu berwarna merah yang menandakan bahwa di dalam ruangan sana sedang dilakukan operasi.
Ketika lampu berubah menjadi warna hijau seketika Yuan mengusap wajahnya dan bernapas lega, begitu juga dengan Harun, Indah, Shandy, dan juga Clarissa.
Beberapa menit setelah bergantinya warna lampu menjadi hijau, seorang dokter yang berada di dalam ruangan operasi pun keluar untuk memberikan kabar tentang Maudy dan anaknya.
"Dengan Bapak Yuan?" tanya Dokter kepada lelaki muda yang ia tebak adalah Suami Maudy.
"Iya, saya sendiri Dok!" jawab Yuan.
"Baik Bapak, kami akan jelaskan kondisi medis anak dan Istri anda. Silahkan ikuti saya!" ucap Dokter yang berwajah sayu itu.
Yuan menatap keluarganya dengan ragu, begitu juga dengan orangtuanya yang tampak cemas. Namun mereka berusaha meyakinkan Yuan dengan sebuah anggukan dan gestur persetujuan untuk mengikuti Dokter yang sudah berlalu pergi meninggalkan mereka.
Dengan keraguan Yuan mengikuti arah perginya Dokter tadi dan berharap tidak terjadi apa-apa kepada anak dan Istrinya. Langkahnya terasa berat dan jantungnya berdegup dengan kencang, segala firasat tidak enak menjalari hatinya. Tiba-tiba segala kenangan bersama Maudy terputar dalam ingatannya, begitu juga dengan rasa rindu kepada Serena.
Entahlah, rasa rindu sekaligus penyesalan dan rasa bersalah tiba-tiba menggerogoti hati Yuan. Jika memang hari ini terjadi sesuatu kepada Istri dan anaknya, mungkin ini adalah karma yang akan ia tanggung karena telah menyakiti Serena.
Pintu ruangan ia buka perlahan, dan seketika Dokter yang membantu kelahiran anaknya mempersilahkan untuk masuk dan duduk di kursi.
Sang Dokter dengan wajah lelah dan terlihat sayu itu menghela nafasnya, ia tidak tega untuk menatap Yuan namun ia harus melakukannya karena ini adalah tugasnya.
"Maaf yang kami bisa lakukan hanyalah membantu kelahiran Putra dan Istri anda dengan selamat. Ada hal di luar kendali kami yang terjadi kepada anak anda. Selama ini ketika di dalam kandungan tidak terdeteksi penyakit atau kelainan apapun, namun ketika lahir dengan berat hati kami nyatakan bahwa anak anda mengalami down sindrom!" jelas sang Dokter. Ia adalah Dokter yang selama ini membantu pemeriksaan rutin sekaligus proses kelahiran anak Yuan dan Maudy.
Seketika Yuan terpaku, anak yang ia dambakan dan selalu ia nantikan kelahirannya harus menanggung beban yang begitu berat.
Tidak dapat dipungkiri, hati Yuan memanas karena rasa campur aduk. Anaknya menjadi salah satu orang spesial di dunia ini, namun bagaimanapun orangtua pasti ingin anaknya menjadi normal.
Yuan keluar dari ruangan itu seusai diberikan beberapa keterangan lagi oleh Dokter, ia berjalan gontai menuju ke depan ruangan operasi lagi untuk menghampiri keluarganya.
Sesampainya di sana Yuan tidak langsung menjawab pertanyaan para orangtuanya, ia hanya diam dengan wajah lesu dan lamunanya.
Para orangtua yang hendak menyergapnya dengan berbagai pertanyaan pun memilih diam ketika melihat Yuan menatap ke dalam ruangan operasi melalui kaca yang ada di pintu.
Maudy masih terlelap karena pengaruh obat bius, ia tadi sempat berada dalam keadaan darurat sehingga Dokter terpaksa membiusnya secara total.
Air mata Yuan menetes dari pelupuk matanya, ingin sekali ia memeluk Maudy dan anaknya saat ini. Namun wanita itu masih terlelap, sedangkan anaknya tidak boleh berinteraksi dengannya untuk sementara waktu, karena bayi itu juga mengalami masalah pernapasan sehingga ia di letakkan pada inkubator.
"Kenapa cobaanya begitu berat ya Tuhan? Jika memang karma karena telah menyakiti Serena engkau berikan, maka berikan saja padaku, jangan anak dan Istriku. Biarkan mereka hidup bahagia!" batin Yuan yang masih menatap Maudy dari kejauhan.
Telinga Yuan rasanya berdengung kencang, kepalanya berat, dan matanya berkunang-kunang. Ia seketika jatuh ke lantai dan pingsan.
Semua orang yang berada di sana panik, mereka segera mendekati Yuan dan meminta bantuan para medis untuk menanganinya.
"Apa yang terjadi, kenapa semuanya jadi begini?" tangis Clarissa di bahu Shandy.
Setelah melihat ekspresi murung Yuan dan putranya itu pingsan tentu Clarissa menebak ada hal yang tidak baik menimpa menantu dan cucunya.
Yuan pun di tangani oleh tenaga medis. Shandy dan Clarissa mengikuti putranya yang di bawa ke ruangan lain, sedangkan Harun dan Indah mengikuti putrinya yang di pindahkan ke dalam kamar rawat inap.
*******
"Althea!" pekik Johan ketika anaknya baru saja menabrak lemari. Dengan segera Johan menggendong Althea yang menangis dengan keras.
"Huee hueee!"
"Ya ampun sayang, maaf Papa lalai dalam menjagamu!" ucap Johan sembari mengelus kepala Althea yang mulai memunculkan warna biru dan bengkak.
Serena yang sedang mengambil minuman di dapur pun bergegas menuju kamarnya setelah mendengar tangisan Althea.
"Ya ampun ada apa?" panik Serena, ia mendekati Johan setelah menaruh minuman untuknya dan Johan di atas nakas.
"Althea terpentok lemari, tadi dia merangkak cepat banget sampe ngga bisa aku kejar. Aku lalai, maafin aku!" sesal Johan.
"Ngga papa ini kan biasa terjadi kalo anak lagi aktif-aktifnya!" ucap Serena sembari mengambil alih Althea dari gendongan Johan.
Selama lima bulan menjadi orangtua, susah payah Johan dan Serena merawat Althea yang sangat aktif. Mereka yang belum pernah memiliki anak pun mengambil kelas parenting yang mereka hadiri selama seminggu sekali.
Johan tidak ingin mendidik Althea dengan salah, sehingga ia menyarankan Serena untuk mengambil kelas parenting bersama-sama.
Serena menenangkan Althea sementara Johan dengan sigap lari menuju dapur untuk mengambil es batu.
Setelah mendapatkan es batu, Johan segera kembali ke kamar dan mengompres bagian benjolan pada kepala Althea.
Althea mulai sedikit tenang, perlahan tangisannya reda. Serena dan Johan bernafas lega.
"Aku mau beri asi Althea, itu minumannya ada di atas nakas!" ucap Serena sebagai kode agar Johan keluar dari kamar.
Johan hanya menurut saja, ia merasa sangat bersalah kepada Serena dan Althea karena kelalaiannya.
Lelaki itu membawa minumannya keluar dan menutup pintu kamar Serena, ia pun berjalan menuju ruang tamu dan duduk di sofa sembari mulai menyalakan televisi.
Selang beberapa menit Serena keluar, sepertinya Althea sudah tertidur dan wanita itu sudah selesai memberikan asi.
Serena yang melihat Johan duduk di sofa pun ikut duduk di sebelahnya setelah mendapatkan kode dari Johan untuk duduk di sana.
"Aku mau ajak diskusi kamu!" ucap Johan.
"Diskusi apa?" tanya Serena.
"Aku mau beneran buat rumah untuk kita, aku khawatir akan terjadi hal yang tidak di inginkan kepada Althea seperti tadi. Dia perlu kamar yang lebih nyaman untuk bermain tanpa takut terjadi kecelakaan seperti tadi!" ucap Johan, saat ini ia menatap Serena dengan tatapan memohon.
"Bukan aku ngga mau nerima niat baikmu, selama ini aku selalu nyusahin kamu. Aku juga bukan siapa-siapa kamu untuk diperlakukan sepesial seperti ini, meskipun kau sudah menganggap Althea sebagai anak sendiri tapi ini semua terlalu berlebihann" ungkap Serena, selama ini ia selalu menolak dengan alasan lain dan tidak ingin mengatakan perkara hubungan mereka sebagai alasannya.
Johan menghela nafasnya, akhirnya yang ia tebak benar adanya. Serena menolakmya karena sungkan dan merasa tidak pantas mendapatkan semua ini.
"Hmm gimana kalo nanti malam kita keluar sebentar, Althea di titipkan pada Bik Sumi?" tawar Johan mengalihkan topiknya.
Bik Sumi adalah pembantu yang ia pekerjakan sesuai dengan apa yang ia omongkan di rumah sakit waktu itu kepada Serena.
Selama Althea lahir mereka tidak pernah bisa untuk sekedar keluar berdua saja, bahkan ketika di rumah pun Johan berduaan dengan Serena hanya ketika Althea tidur saja dan itu pun mereka habiskan untuk mendiskusikan tentang kehidupan Althea.
Johan masih tidur di apartemen nya, namun lebih banyak tidur di apartemen Serena untuk membantu wanita itu mengurus Althea yang rewel di tengah malam.
Bukan tidur di kamar bersama tapi tidur di sofa luar. Jika mendengar tangisan Althea baru lah ia pergi ke kamar dan membantu Serena menenangkan Althea.
"Aku ngga tega, kamu tau kan Althea itu kalau rewel susah nenanginnya?" ucap Serena.
"Hanya setengah jam saja, tidak lama kok! Lagian Bik Sumi juga udah lumayan akrab dengan Althea!" Johan memegang tangan Serena dan mengusap lembut tangannya untuk meyakinkan wanita itu.
"Baiklah!" putus Serena dengan sedikit berat hati.
Bagaimanapun ia juga harus menghargai ajakan Johan, selama ini lelaki itu selalu membantu, mengerti, dan mendukung Serena.
Johan tersenyum dan mengusap lembut pipi Serena. Wajah yang selalu tersenyum sejak kehadiran Althea, wajah yang tampak lelah namun senyumannya tidak pernah pudar.
*******
Johan membawa Serena ke danau dimana ia memergoki Serena menangis beberapa saat lalu.
Jika malam danau itu diberikan lampu penerang sepanjang jalan, jadi tidak terlalu gelap untuk digunakan tempat berbincang.
Serena dituntun ke sebuah meja yang sudah tertata rapi dengan beberapa taburan bunga di sana dan desain elegan lainnya. Wanita itu menatap kagum kejutan yang disiapkan Johan, ia tidak berharap akan diberikan kejutan seperti ini sehingga ekspresi kagumnya tidak bisa ia sembunyikan.
"Cantik sekali?" Serena menatap Johan dengan berbinar.
"Lebih cantikan kamu!" puji Johan sembari mempersilahkan Serena duduk di kursi.
Serena pun duduk dan tidak berhenti menatap kagum tempat yang disulap Johan menjadi begitu indah.
Saat masih mengagumi tempat itu, tiba-tiba datanglah seseorang yang membawakan sajian untuk Serena dan Johan.
Makanan disajikan, ada steak dan juga berbagai makanan lainnya yang di tata di meja mereka.
"Terimakasih!" ucap Serena dan Johan secara bersamaan kepada orang yang menyajikan makanan mereka.
"Makan dulu!" ucap Johan dengan senyum lembutnya.
Serena pun mulai memakan makanan yang ada di meja, ia sedikit kelaparan karena mengeluarkan asi untuk Althea membuatnya semakin rakus.
Johan yang memperhatikan wajah bahagia Serena dan juga wajah cantiknya pun tersenyum dan lebih memfokuskan dirinya kepada Serena daripada makananya.
Serena yang merasa diperhatikan pun menatap Johan balik dan mengangkat alisnya, sebagai gestur menanyakan apa ada yang salah karena lelaki itu terus menatapnya.
"Tidak apa-apa, lanjutkan saja makanmu. Aku hanya sedang melihat keindahan wanita di depanku!" gombal Johan.
Seketika Serena tersipu, memang malam ini ia juga merasa sedikit lebih cantik daripada lima bulan belakangan ini. Karena sibuk mengurus Althea ia jadi tidak terlalu perduli dengan penampilannya, sehingga malam ini ketika ia menerapkan make-up tipis membuatnya tampak lebih cantik.
"Jangan godain orang mulu, makan atau aku makan ini!" ucap Serena sembari menunjuk piring Johan dengan garpunya.
"Makan aja!" ucap Johan yang malah memajukan piringnya, bermaksud agar Serena mengambil alih piringnya.
Serena menatap sinis Johan, ia pun menyuapkan potongan daging yang baru ia ambil dari piringnya sendiri ke mulutnya dan mengunyahnya dengan sebal karena reaksi Johan yang malah kelihatan seperti mengejeknya.
Johan yang melihatnya malah terkekeh gemas, Serena selalu menggemaskan di mata nya meskipun wanita di depannya ini sudah menjadi seorang Ibu.
Makan malam pun mereka lanjutkan dengan beberapa candaan, Johan sering sekali menggoda Serena sehingga membuat pipi wanita itu memerah karena malu.
"Sekali lagi kamu menggodaku aku pulang!" ucap Serena setelah suapan terakhir pada acara makan malamnya.
"Baiklah maaf-maaf, maafkan saya ya Ibundanya Althea dan kekasih hatiku. Aku tidak bermaksud menggodamu begitu saja, semua itu murni dari hatiku yang terdalam dan terucap saja dari bibirku ini!" ungkap Johan yang semakin membuat Serena ingin mengunyahnya mentah-mentah.
Serena berkacak pinggang dan berdiri dari duduknya, ia menyipitkan matanya guna menatap Johan dengan intimidasi.
"Senang sekali rupanya kau menggodaku!" sinisnya.
"Iya karena aku mencintaimu!" ucap Johan yang membuat Serena lagi-lagi semakin ingin membelah bumi saja.
"Hahaha kita ke sesi serius nya ya!" ucap Johan sembari menarik Serena untuk berdiri di tepi meja, karena ia melihat wajah Serena yang semakin memerah sehingga ia tidak tega lagi untuk menggodanya.
Bersambung
Harap Baca Catatan Saya Dibawah Karena Ada Informasi Penting!