Joe William. Adalah seorang Tuan muda yang dipersiapkan untuk menjadi seorang calon penguasa di keluarga William.
Terlahir dari pasangan Jerry William dan Clara Drako, Joe ini memiliki garis keturunan Konglomerat dari keluarga sebelah Ayahnya, dan penguasa salah satu organisasi dunia bawah tanah dari kakek sebelah ibunya.
Ketika orang tuanya ingin mendidiknya dan ingin memanjakan Joe William dengan sutra dan emas, tiba-tiba seorang lelaki tua bernama Kakek Malik yang dulunya adalah orang yang membesarkan serta merawat sang ibu yaitu Clara, datang meminta Joe William yang ketika itu baru berumur satu tahun dengan niat ingin mendidik calon Pewaris tunggal ini.
Tidak ada alasan bagi Jerry William serta Clara untuk menolak.
Dengan berat hati, mereka pun merelakan putra semata wayangnya itu dibawa oleh Kakek Malik untuk di didik dan berjanji akan mengembalikan sang putra kelak jika sudah berusia tujuh belas tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edane Sintink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiba di Kuala Nipah
Satu unit Taxi melaju meninggalkan bandara internasional Kuala namu menuju ke arah Tanjung karang.
Di dalam, tampak seorang pemuda belia yang masih berumur sekitar lima belas tahun di dampingi oleh seorang lelaki berusia 60-an sedang asyik melihat-lihat pemandangan di sepanjang jalan yang mereka lalui itu.
"Kakek Jeff, coba lihat di sana itu. Persis seperti pohon kurma." Kata anak itu kepada lelaki 60-an yang dipanggilnya dengan sebutan Kakek Jeff.
"Tuan muda, itu bukan pohon kurma. Tapi pohon kelapa sawit. Pohon ini memang banyak terdapat di kawasan Asia tenggara. Dan salah satu penghasil terbesar di dunia adalah Indonesia ini." Kata Kakek Jeff menjelaskan.
"Apakah buahnya sangat enak di makan kek?" Tanya sang Tuan muda itu.
"Hahaha... Itu tidak untuk di makan seperti buah kurma. Buah kelapa sawit itu akan di proses lagi di pabriknya. Salah satunya adalah untuk dijadikan minyak goreng."
"Oh. Berarti yang kita gunakan untuk menggoreng ikan adalah minyak dari kelapa sawit ini?" Tanya Tuan muda itu.
"Tidak semua juga minyak goreng berasal dari kelapa sawit. Ada juga yang berasal dari buah kelapa sungguhan." Jawab kakek Jeff.
"Oh begitu. Mengapa Ayah ku tidak berminat terjun di usaha perkebunan seperti ini kek?"
"Tuan besar memang tidak terlibat secara langsung dalam bisnis seperti ini. Namun beliau benyak melakukan investasi dalam bisnis ini. Sebagian besar adalah untuk pabrik pengolahan bahan mentah dari minyak kepada sawit ini." Kata Kakek Jeff.
"Kek. Apakah ayah ku itu adalah orang kaya sekali?" Tanya Tuan muda itu.
"Emmmm... Nanti saja kau ketahui. Sekarang fokus Tuan muda adalah belajar. Ingat! Jangan kecewakan harapan kedua orang tua mu." Pesan kakek Jeff.
"Iya Kek. Aku juga tidak akan mengecewakan mereka. Terlebih, mendiang kakek uyut ku." Kata Tuan muda itu.
Karena terlalu asyik ngobrol, kini Taxi yang membawa mereka itu telah melewati kota Tanjung karang dan mulai lurus memasuki perkebunan karet.
"Wah ganti lagi tanamannya kek."
"Oh. Yang ini adalah pohon karet. Konon katanya pohon ini berasal dari lembah Amazon Brazil. Namun tanaman pohon karet ini sangat banyak di negara-negara Asia tenggara. Selain Thailand dan Malaysia, Indonesia ini adalah negara penghasil getah karet terbesar di dunia. Setelahnya, ada juga negara Cambodia yang juga memiliki perkebunan karet walau tidak sebanyak dan seluas di Indonesia ini" Kata Kakek Jeff lagi menjelaskan.
"Hmmm... Aku tau sekarang. Sawit dan karet. Kelak aku juga ingin berinvestasi di sini jika diizinkan oleh Ayah." Kata pemuda belia itu.
"Pasti Tuan muda. Pasti ayah anda akan mengizinkan."
Tanpa terasa kini mereka telah memasuki kawasan perkebunan kelapa yang kalau menurut tingginya, kemungkinan sudah berumur di atas 40 tahunan.
"Wah. Indah sekali di sini kek. Lihat itu di sana ada perkebunan kelapa."
"Ya. Menurut Google maps ini, sebentar lagi kita akan sampai ke kampung Kuala Nipah." Kata Kakek Jeff.
"Aku masih ragu apakah kakek itu berada di Kuala Nipah ini atau di mana. Kan sudah lama sekali. Apakah dia masih hidup atau sudah meninggal. Kakek uyut tidak menjelaskan kepadaku." Kata Pemuda itu dengan ekspresi wajah keragu-raguan.
"Yang penting kita telah berusaha. Berhasil atau tidaknya, itu tergantung rejeki." Kata Kakek Jeff memberikan suntikan semangat kepada anak muda itu.
"Iya juga ya." Kata pemuda itu sambil tersenyum.
*********
Setelah hampir seharian melakukan perjalanan dengan menyewa Taxi, akhirnya mereka pun kini memasuki perkampungan Kuala Nipah.
Perkampungan ini tidaklah terlalu besar. Namun memiliki pantai yang indah dan bersih dengan puluhan pulau-pulau kecil tampak samar-samar terlihat di tengah laut sana ketika kita sedang berdiri di pantai.
Setelah membayar ongkos, kini lelaki tua itu pun menyandang tas milik anak itu dan membiarkan dia membawa tas sandang kecil miliknya sendiri.
"Kek. Benarkah ini kampung Kuala Nipah itu?"
"Benar Tuan muda. Tidak jauh berbeda sejak lima belas tahun yang lalu terakhir saya kesini." Jawab kakek Jeff.
"Kakek dulu bekerja apa di sini?" Tanya Pemuda itu.
"Tidak kerja. Hanya mengantarkan seorang sahabat. Tapi itu sudah sangat lama sekali. Ketika itu tuan muda belum lahir."
"Di mana rumah kakek Tengku Mahmud itu ya?" Tanya pemuda itu.
"Sebaiknya kita tanyakan saja kepada penduduk kampung ini."
"Ayo tuan muda!" Ajak kakek Jeff.
Mereka berdua lalu bertanya ke sana ke mari dengan tujuan mengetahui di mana rumah kakek Tengku Mahmud itu sampailah seorang unjukkan letak rumah yang mereka sebut sebagai Maha guru itu.
"Tuan muda, menurut orang kampung tadi, di sinilah rumah milik Tengku Mahmud itu." Kata Kakek Jeff menunjuk ke arah sebuah rumah berdinding anyaman bambu dan berlantai belahan batang Nibung tersebut.
Baru saja Kakek Jeff ingin mengucapkan salam, tiba-tiba dari arah dalam rumah melesat sebutir kulit kerang mengarah ke lelaki tua itu.
"Awas kek...!" Bentak pemuda itu sambil mendorong kakek Jeff hingga terjajar ke belakang.
Begitu Kakek Jeff lolos dari serangan, kini sebutir lagi kulit kerang melesat dengan kecepatan tinggi ke arah anak muda itu.
Tau akan bahaya, pemuda itu pun membuang diri ke samping kemudian berguling di tanah.
Baru saja dia lolos, kini sebutir lagi kulit kerang melesat ke arah anak itu, namun kini dia tidak menghindar lagi. Melainkan, memungut sebutir batu lalu..,
Tes....!
Kini tampak kulit kerang dan batu kecil itu hancur berantakan akibat bertabrakan di udara.
"Heh anak setan. Apa hubungan mu dengan si Malik itu hah?"
Tampak seorang lelaki yang sudah sangat tua keluar dari rumah sambil mencak-mencak dan mengomel panjang pendek.
Melihat lelaki yang sebaya dengan kakek uyut nya, pemuda itu pun langsung membungkuk hormat.
"Salam dari saya untuk kakek Tengku Mahmud." Kata pemuda itu.
"Heh anak setan. Aku tidak membutuhkan salam hormat dari mu. Jawab saja pertanyaan ku tadi. Kau menggunakan jurus jari setan. Apa hubungan mu dengan Malik?"
"Saya Joe William menjawab pertanyaan kakek." Kata pemuda itu masih membungkuk hormat.
"Saya ini adalah cicit dari orang yang kakek tanyakan tadi. Dia adalah kakek uyut sekaligus guru saya." Kata anak muda itu.
"Sekarang jawab pertanyaan ku! Di mana sekarang setan itu berada? Apakah masih bersembunyi di Mountain Slope?"
"Kek. Kakek uyut ku baru saja meninggal lima hari yang lalu." Jawab Joe William sambil menahan tangis.
"Apa...?"
"Tidak mungkin. Tidak mungkiiin... Setan itu tidak boleh mati. Urusan dengannya belum selesai. Sia-sia saja aku memperdalam ilmu untuk dapat mengalahkan tehnik jarum perak nya." Kata orang tua itu sambil terduduk lalu menggesek-gesek pasir dengan kakinya.
"Itu lah yang terjadi Kek. Sebelum meninggal, dia sempat menitip salam kepada anda dan mengatakan bahwa dia telah menang karena lebih dahulu menghadap yang Maha Kuasa." Kata Joe William.
"Maliiiik... Setan alas." Kata lelaki tua itu sambil menangis sejadi-jadinya.