NovelToon NovelToon
Bayangan Di Kota: Kisah Gadis Indigo

Bayangan Di Kota: Kisah Gadis Indigo

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Spiritual / Horror Thriller-Horror
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Hansen Jonathan Simanjuntak

Hai, kenalin! Ini adalah novel gue yang bakal ngajak kalian semua ke dunia yang beda dari biasanya. Ceritanya tentang Lila, seorang cewek indigo yang punya kemampuan buat liat dan ngerasain hal-hal yang nggak bisa dilihat orang lain. Tapi, jangan mikir ini cuma cerita horor biasa, ya!Lila ini kerja di kota besar sebagai jurnalis, sambil terus nyoba buat hidup normal. Sayangnya, dunia gaib nggak pernah jauh dari dia. Dari gedung-gedung angker sampai pesan misterius, Lila selalu ketarik ke hal-hal aneh yang bikin bulu kuduk merinding. Di tengah kesibukannya ngeliput berita, Lila malah makin dalam terlibat dengan makhluk-makhluk dari dunia lain yang seolah ‘nungguin’ dia buat ngungkap rahasia besar.Penasaran gimana dia bakal hadapin semuanya? Yuk, ikutin terus perjalanan Lila di "Bayangan di Kota: Kisah Gadis Indigo". Siap-siap deh, karena lo bakal nemuin banyak misteri, ketegangan, dan sentuhan supranatural yang bikin lo nggak bisa berhenti baca!!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hansen Jonathan Simanjuntak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35: Teror yang Tak Terbendung

Setelah semalaman tidur di kosan baru, Lila bangun dengan mata berat. Meski tempatnya lebih nyaman dan auranya nggak seseram yang lama, tetap aja dia merasa kayak ada sesuatu yang ngikutin. Mungkin semua ini belum beres.

Rina, yang udah bangun duluan, lagi asyik nyeduh kopi di meja kecil dekat jendela. “Gimana tidur lo semalem?” tanya Rina, sambil nyeruput kopi panasnya.

Lila menguap dan menggosok matanya. “Gue nggak tau deh, Rin. Nyaman sih tempatnya, tapi tetep aja gue nggak bisa tidur nyenyak.”

“Gue sih langsung molor. Capek banget soalnya,” jawab Rina santai, seolah nggak ada apa-apa. Tapi ekspresi mukanya keliatan nggak setenang kata-katanya.

“Lo nggak denger apa-apa, Rin? Nggak ada yang aneh semalem?”

Rina terdiam sebentar, menatap keluar jendela sebelum akhirnya menggeleng. “Nggak, gue tidur kayak mati suri. Tapi...” Rina berhenti ngomong, ragu buat lanjut.

“Tapi apa?”

“Gue nggak mau bikin lo takut sih, tapi pas gue mau tidur, gue sempet ngerasa ada yang liatin gue dari luar jendela,” kata Rina pelan.

Lila langsung ngerasa bulu kuduknya berdiri. “Serius lo?”

Rina ngangguk. “Iya, tapi gue nggak peduliin. Gue pikir cuma perasaan gue aja. Kan kos ini lebih terang, lebih modern, nggak mungkin ada yang aneh-aneh kayak yang di tempat lama.”

Lila terdiam, mencoba menenangkan dirinya. Tapi kata-kata Rina malah bikin otaknya makin parno. Apa mungkin mereka nggak sepenuhnya bebas dari teror itu?

Hari itu, mereka tetap harus ke kantor. Kerjaan nggak bisa dihindari, meskipun pikiran mereka lagi kacau. Pak Anton, seperti biasa, udah nunggu mereka berdua di ruangan meeting.

“Gimana kosan baru kalian?” tanya Pak Anton tanpa basa-basi.

“Lebih baik, Pak. Kita nggak diganggu lagi kayak di tempat lama,” jawab Rina cepat, meski nadanya nggak sepenuhnya meyakinkan.

Lila cuma diam, masih kepikiran suara aneh yang dia denger semalem. Dia berharap semua ini cuma rasa paranoid yang kebawa dari kos lama.

Pak Anton ngangguk. “Baguslah kalau gitu. Kalian harus tetap fokus sama kerjaan. Jangan sampe urusan pribadi bikin kalian nggak profesional.”

Setelah meeting, Lila dan Rina kembali ke meja kerja mereka masing-masing. Tapi saat baru mulai nyalain laptop, tiba-tiba komputer Lila mati sendiri. Layarnya langsung hitam, dan tombol power nggak bisa dinyalain lagi.

“Anjing, kenapa lagi nih?” gerutu Lila sambil coba ngidupin komputernya. Tapi nggak ada respon sama sekali.

“Kenapa, Lil?” tanya Rina dari meja sebelah.

“Laptop gue tiba-tiba mati. Nggak bisa dinyalain lagi,” jawab Lila sambil ngerasa frustasi.

Rina bangkit dari kursinya dan menghampiri meja Lila. Dia coba lihat, tapi saat baru deket, tiba-tiba laptop Lila nyala sendiri. Layarnya langsung terang benderang, tapi yang muncul di layarnya bukan desktop atau aplikasi biasa.

Layar itu cuma nunjukin satu kata: .PERGI.

Lila langsung mundur ke belakang, kaget setengah mati. “Apa-apaan nih?!” teriaknya.

Rina juga kaget, tapi mencoba tetap tenang. “Gila lu, ini apaan lagi, Lil? Laptop lo kena virus kali?”

Lila nggak bisa ngomong apa-apa. Tubuhnya gemeteran, dan tangannya udah basah oleh keringat dingin. Dia tahu ini bukan sekedar error komputer biasa. Ini adalah teror yang sama yang ngikutin mereka.

“Mungkin kita nggak sepenuhnya lepas, Rin,” kata Lila dengan suara gemetar. “Mereka masih ngikutin kita.”

Rina nggak langsung jawab. Dia cuma berdiri diam sambil menatap layar laptop Lila. Setelah beberapa detik, layar itu mati lagi, seolah nggak pernah terjadi apa-apa.

“Kita harus lapor Pak Anton,” usul Rina. “Ini udah nggak bisa diabaikan lagi.”

Mereka segera keluar dari ruangan dan menuju ke kantor Pak Anton. Tapi saat baru sampai di depan pintu, tiba-tiba lampu di sepanjang lorong kantor mulai kedip-kedip. Suara mesin pendingin ruangan terdengar makin keras, dan suasana tiba-tiba berubah jadi dingin menusuk.

Lila dan Rina saling pandang. Perasaan nggak enak semakin kuat.

“Kita harus cepet-cepet keluar dari sini,” bisik Rina sambil melangkah mundur. Tapi sebelum mereka bisa berbalik, pintu kantor Pak Anton terbuka dengan keras.

Pak Anton keluar dengan ekspresi marah. “Apa kalian nggak bisa fokus sama kerjaan?! Kenapa kalian malah keluyuran ke sini?”

Lila dan Rina terkejut. Mereka nggak pernah ngeliat Pak Anton semarah ini sebelumnya.

“Pak, ini serius! Ada sesuatu yang—” Lila mencoba ngomong, tapi Pak Anton memotong.

“Nggak ada alasan! Kalian udah janji buat profesional, dan gue nggak peduli sama cerita-cerita mistis kalian!” bentak Pak Anton.

Tapi saat dia ngomong, tiba-tiba pintu di belakangnya tertutup sendiri dengan keras. Pak Anton langsung terdiam, dan suasana jadi makin mencekam.

Dari belakangnya, muncul bayangan hitam. Lila dan Rina bisa liat jelas sosok itu mendekat dengan cepat, mengarah langsung ke Pak Anton.

“Pak Anton! Awas!!” teriak Lila, tapi udah terlambat.

Sosok itu menyelimuti Pak Anton, dan dalam sekejap, tubuhnya terjatuh ke lantai. Pak Anton nggak bergerak lagi, hanya terdiam dengan mata terbuka lebar, sementara sosok hitam itu menghilang dalam kegelapan.

Lila dan Rina berdiri terpaku, nggak bisa ngomong apa-apa. Mereka baru aja nyaksiin sesuatu yang nggak bisa dijelaskan dengan logika. Teror ini belum selesai—bahkan mungkin baru aja dimulai.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Jadi takut guys

makin seramm aja nihhhhhh

1
Doristeri
I love the Story 😍❤️
SEPI RAMADHANI (SEPAY)🇮🇩
lanjut kak
Tina Febbryanti
lila sudah bisa mengendalikan ketakutannya...bagus lila
Tina Febbryanti
lila belum paham kalau dia istimewa,pasti lila punya kodam itu...
Tina Febbryanti
masih menyimak dan meresapi....ada maksa apa di cerita ini ...
Tina Febbryanti
baru mampir....😊
Hansen Nathan
Jangan lupa komen yahhh guys
Kelly Andrade
Luar biasa thor, teruslah menulis 🎉
Hansen Nathan: terimakasih
total 1 replies
not
ceritanya keren banget, thor! Aku jadi ketagihan!
Hansen Nathan: terimakasih
total 1 replies
Aishi OwO
Gila, endingnya bikin terharu.
Hansen Nathan: terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!