Lin Lianwei, seorang perampok dan ketua bandit dari kota X, tiba-tiba mendapati dirinya terjebak dalam tubuh seorang gadis desa bernama Lin Yuelan, gadis yang lemah dan malang, yang baru saja mengalami pelecehan oleh seorang pria tak dikenal.
Dalam kesakitan dan keputusasaan yang mendalam, Yuelan memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan melompat ke sungai. Namun, alih-alih kematian, justru jiwa Lin Lianwei yang masuk ke dalam tubuh Yuelan pada saat genting itu.
Selama tiga bulan pertama, Lianwei mencoba memahami kehidupan barunya sebagai Lin Yuelan. Ia berusaha untuk bangkit dari tragedi yang dialami dan menjalani kehidupan baru ini dengan penuh kehati-hatian. Tetapi, sesuatu mulai terasa aneh. Tubuh barunya menunjukkan gejala-gejala yang membuatnya khawatir. Setelah mencari tahu, Lianwei pun terkejut mengetahui bahwa dirinya hamil.
Dengan ketidakpastian tentang siapa ayah dari anak yang dikandungnya, Lianwei merasa sangat kebingungan. Mampukah dia melewati situasi yang rumit ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ABA! ABA!
Ketika matahari berada di titik tertinggi di langit, tepat di atas kepala, Lin Yuelan dan rombongannya kembali ke rumah. Mereka duduk dengan tenang memandangi mangkuk yang tertata rapi di atas meja.
Lin Nuwa baru saja selesai membuat beberapa masakan, dia bergegas menuangnya ke dalam mangkuk besar, kemudian menaruhnya di atas meja makan.
"Cepat makan selagi panas," ucapnya sambil berjalan ke belakang untuk mencuci tangan. Dia juga memanggil ke empat orang anak untuk makan bersama.
Lin Yuelan memandangi masakan di atas meja, dahinya sedikit mengernyit. Mungkinkah Lin Nuwa lupa untuk mengirimkan sebagian makanan itu ke kamar tamu?
Alih-alih bertanya, dia memilih untuk mengabaikan dan langsung mengisi beberapa mangkuk milik anak-anaknya dengan nasi.
"Cepat makan!" ucap Lin Yuelan, dia juga memilihkan daging terbaik untuk anak-anaknya. Keempat bocah itu langsung mengangguk dengan patuh, mereka mulai menyentuh sumpit dan bersiap untuk makan.
Lin Gong menatap Lin Yuelan dengan tatapan mata yang rumit, ada sedikit ketidakberdayaan di sana. "Nona!"
Lin Yuelan melirik kearahnya, "Apakah ada masalah?"
Lin Gong menghela nafas pelan, "Baru saja kami bertemu dengan beberapa orang warga desa, mereka telah kembali dari pengungsian."
Lin Yuelan mengerutkan dahinya, "Apakah mereka mencari masalah?"
Lin Gong menggelengkan kepala, "Tidak! Hanya saja mereka terlihat sangat kurus, bahkan kulit nya lebih gelap."
Lin Yuelan mengangguk, "Selama mereka tidak menggangu, lagi pula desa ini bukan milik kita sendiri."
Semua orang yang ada di meja makan serempak menghembuskan nafas panjang. "Cepat ataupun lambat, kita pasti akan berurusan dengan mereka kembali."
Lin Yuelan tersenyum dingin, "Tidak masalah, lagi pula keluarga kita tidak pernah meminta makanan mereka, ini tidak terlalu sulit."
Lin Zhaoyang dan Lin Bo Cheng saling berpandangan, "Ibu, orang-orang itu sepertinya iri terhadap keluarga kita, pada saat kami bermain di halaman, beberapa orang lewat sambil memandang sinis."
Lin Yuelan menyentuh kepala mereka dengan lembut, "Tidak apa-apa, ibumu memiliki cara sendiri untuk menghadapinya, kalian berdua tidak perlu takut."
Lin Zhaoyang dan Lin Bo Cheng mengangguk, mereka segera menggerakan sumpitnya dan menaruh sayuran di atas mangkuk nasi milik Lin Yuelan. "Ibu juga harus makan."
Satu keluarga makan dengan nikmat, meninggalkan tumpukan mangkuk kosong di atas meja. Lin Nuwa baru saja akan mencucinya di belakang, namun Lin Yaoshan bergegas melarangnya. "Simpan di sana! Aku yang akan mencucinya."
Lin Nuwa mengangguk, dia mengambil mangkuk bersih kemudian menyiapkan hidangan untuk Sima Yang dan bawahannya. Setelah siap, wanita itu bergegas mengirimkannya ke sayap barat.
"Tuan muda kelima!" panggil Lin Nuwa, dia melihat sosok Sima Yang duduk dengan postur tegap di kursi sambil memandangi halaman. Sima Yang melirik, matanya di penuhi kesepian.
"Makan dulu, anda masih harus meminum obat agar segera pulih." ucap Lin Nuwa, dia merasa sedih dengan penampilan tuannya.
Sima Yang tidak menjawab, dia bahkan tidak repot-repot bergeser dari tempat duduknya. Lin Nuwa berjalan mendekat, kemudian membisikkan sesuatu yang membuat dahi pemuda itu mengernyit.
"Apakah dia sudah kembali?" tanya Sima Yang. Lin Nuwa mengangguk, dia segera keluar begitu melihat Gong Fai dan Guang Lin kembali.
"Bos! Orang-orang itu sepertinya masih terus mencari keberadaan kita," ucap Gong Fai dengan suara yang sangat pelan.
"Apakah kalian sudah mengetahui, siapa sebenarnya yang mengirim mereka?" tanya Sima Yang.
Guang Lin menghembuskan nafas panjang, "Kaisar anjing itu benar-benar menyebalkan! Dia tidak memiliki pekerjaan lain, selain memburu kita."
Suasana hati Sima Yang kembali memburuk, "Sepertinya kita harus segera meninggalkan desa ini, aku tidak ingin membuat mereka terlibat dalam masalah!"
"Tapi bos, bagaimana dengan lukamu? Racun yang berada di dalam tubuhmu juga belum sepenuhnya hilang.'' ucap Guang Lin, dia terlihat sangat sedih dengan nasib tuannya.
"Aku baik-baik saja!" jawab Sima Yang dengan dingin, dia tidak ingin memperlihatkan kelemahannya di depan orang lain. Gong Fai dan Guang Lin hanya bisa menghela nafas lelah, sejak kecil tuan mereka terus di buru, dia telah berkali-kali melewati ambang batas antara hidup dan mati.
"Tunggu sampai semua orang tertidur, kita akan segera pergi!" ucap Sima Yang sambil menutup buku di tangannya, dia meraih kruk, kemudian berjalan menuju meja dan mengambil semangkuk obat yang di bawa Lin Nuwa.
"Bos! Apakah anda tidak berniat untuk mengunjungi Nona Lin dan menyelesaikan kesalahpahaman yang terjadi sebelumnya?" tanya Gong Fai sambil menatap Sima Yang yang terlihat acuh tak acuh.
Sima Yang menengadahkan wajahnya ke atas, "Ini terlalu rumit, aku tidak tahu, apakah dia bisa mengerti situasiku atau tidak?"
"Bos! Bagaimana pun kalian berdua telah memiliki seorang anak, penting bagimu memberitahukan masalah ini pada nona Lin, agar dia tidak terus menyalahkanmu." ucap Guang Lin dengan bijak, dia berharap agar Sima Yang dan Lin Yuelan memiliki kehidupan percintaan yang bahagia.
Sima Yang terdiam, tidak ada yang tahu apa yang dipikirkan oleh pemuda itu, matanya terlihat keruh dan sedikit kusam. Dia menarik nafas panjang, "Aku hanya berharap dia dan putraku hidup dengan aman."
Gong Fai dan Guang Lin hanya bisa menahan sesak di dalam hati, mereka tidak memiliki hak untuk berbicara lebih banyak, walau bagaimanapun ini merupakan kehidupan pribadi majikan.
Lin Yuelan mengerutkan dahi, dia berkali-kali membuang nafas lelah sambil menepuk-nepuk pantat Lin Hao Yu yang semakin montok. "Tidurlah!"
Lin Hao Yu seolah mengetahui kegelisahan kedua orang tuanya, bayi berusia 8 bulan itu tidak mau tidur dan terus mengoceh. "Aba, aba!"
Lin Yuelan tersenyum tipis mendengar celotehan bocah itu, "Hei! Siapa yang kau panggil?"
Mata bulat Lin Hao Yu memandang ke arahnya, sambil berkali-kali tertawa, "Aba, aba!"
Lin Yuelan langsung melotot, ada ketidakpuasan di mata wanita itu, dia yang melahirkan dan membesarkannya, namun malah memanggil orang lain terlebih dahulu sebelum dirinya.
Tepat setelah makan malam, semua orang kembali ke kamar untuk beristirahat. Sima Yang dan kedua orang bawahannya bergegas keluar dari kamar tamu, mereka berniat untuk pergi dari tempat itu.
Syuuut...
Sebuah anak panah meluncur dengan cepat, Sima Yang melompat untuk menghindarinya. Namun saat ini dia merasakan sesak dan nyeri, akibat kerusakan energi internal yang belum sepenuhnya pulih, namun dia harus memaksakan diri untuk bertarung dengan lawan-lawannya.
"Hahaha... Apakah kalian berpikir bisa melepaskan diri dari kami? Sima Yang! Sudah waktunya untukmu menyusul saudara-saudaramu yang lain ke neraka!" teriak salah seorang pria berpakaian hitam, dia muncul bersama 49 orang rekannya.
Sima Yang menggertakkan giginya, "Sekalipun aku mati, aku akan menyeret kalian semua hingga ke alam bawah!"
"Hahaha... Lukamu bahkan belum sembuh, tapi nyalimu cukup besar!" ucap pria itu kembali sambil menebaskan pedangnya ke arah Sima Yang.
"Bunuh!"
Pria-pria berpakaian hitam melompat dengan sangat cepat, mereka mengayunkan pedangnya sambil mengelilingi ketiga orang lawan yang masih terluka.
Adu tanding tidak bisa terelakkan lagi, mereka juga mulai menggunakan berbagai metode berdarah untuk menyiksa ketiga orang lawannya, yang mulai terlihat lelah dan lemah.
"Hahaha... Sima Yang! Terima kematianmu!" ucap pria itu sambil mengayunkan pedangnya, dia menebas horizontal dan berhasil melukai perut Sima Yang hingga berdarah.
"Tidak di sangka kemampuan sang jenderal benar-benar lemah!" ucap pria itu sambil memukul Sima Yang tepat di dadanya, hingga membuat pemuda itu terjungkal dan memuntahkan beberapa teguk darah segar.
Uhuk!
👍💪