Tertarik pada seorang wanita adalah hal tersulit untuk David rasakan setelah beberapa tahun yang lalu ditinggal pergi begitu saja oleh wanita yang sangat dicintainya.
Di usianya yang tak lagi muda, David bahkan tidak memikirkan untuk menikah dan berusaha memulai menjalin hubungan kembali dengan seorang wanita.
Di tengah ketenangan hidupnya, David mulai merasa terusik dengan kehadiran seorang wanita bernama Embun yang berstatus anak dari pembantu yang bekerja di rumahnya.
Menurut David, kehadiran Embun di rumahnya hanya membuat petaka untuknya sebab sang mama yang awalnya sudah tak lagi berniat menjodohkannya, kini kembali berniat untuk menjodohkannya dengan Embun dan melakukan berbagai cara agar dirinya mau menikahi Embun.
Hingga tanpa David sadari, di suatu malam ia terjebak dengan rencana sang mama yang mengharuskannya untuk menikahi Embun. Anak dari pembantu yang sudah lama bekerja di rumahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 - Harusnya Tidak Kuliah
Satu jam setelah pemeriksaan, akhirnya Ibu Jihan sadar dari pingsannya. Embun dan Sophie yang melihatnya pun menghembuskan napas lega. Keduanya memeluk tubuh sang ibu sambil mengucapkan rasa syukur karena masih bisa melihat ibu mereka sadar kembali.
"Ibu kenapa bisa jatuh di kamar mandi?" Tanya Embun lembut dengan kedua mata yang nampak memerah menahan tangis.
Bu Jihan menatap nanar wajah putri sulungnya itu. "Maafkan Ibu, Embun. Karena tidak hati-hati, Ibu jadi terpeleset dan jatuh di kamar mandi."
Embun menggelengkan kepalanya. "Ibu gak salah. Embun lah yang salah karena tidak menjaga Ibu bersama Sophie."
"Jangan menyalahkan dirimu, Nak. Ini semua murni kesalahan Ibu." Jawab Bu Jihan.
Embun menghela napas dalam. Kali ini ia tidak berniat lagi menjawab perkataan ibunya mengingat ibunya baru saja sadar dari pingsannya dan tidak baik dibawa berbicara terlalu banyak.
"Ibu dan Sophie tunggu sebentar di sini, ya. Embun mau panggilkan dokter dulu untuk memeriksa keadaan Ibu."
Ibu dan Sophie menganggukkan kepalanya. Setelah mendapatkan jawaban, Embun pun bergegas memanggil dokter untuk memastikan keadaan ibunya kembali.
Setelah dokter memastikan keadaan ibu mereka dalam keadaan baik-baik saja, Embun dan Sophie pun membawa Ibu mereka untuk pulang.
**
Dua hari telah berlalu sejak tragedi Ibu Jihan jatuh di dalam kamar mandi. Dan hari ini, sudah tepat dua minggu Bu Jihan tidak masuk bekerja sebagai pembantu di rumah majikannya.
"Embun, apa sebaiknya besok Ibu masuk kerja saja. Rasanya Ibu segan pada Bu Meisya karena sudah dua minggu gak masuk bekerja. Lagi pula saat ini Ibu merasa sudah cukup enakan dan siap untuk bekerja kembali." Ucap Bu Jihan pada Embun yang baru saja masuk ke dalam kamarnya membawakan makanan untuknya.
Embun menghela napas dalam-dalam. Ditatapnya wajah ibunya yang masih nampak pucat. Walau ibunya berkata sudah baik-baik saja, namun Embun dapat melihat jika Ibunya masih belum sehat untuk bisa bekerja kembali.
"Ibu, bukannya kata Ibu majikan Ibu sangat baik kepada Ibu. Majikan Ibu bahkan sudah memberikan dispensasi untuk Ibu libur selama masih sakit." Jawab Embun.
"Walau pun begitu, Ibu merasa tidak enak pada Bu Meisya, Nak. Lagi pula, uang gaji Ibu bulan lalu sudah menipis. Kalau Ibu gak kerja, kita mau makan dari mana?"
Kedua kelopak mata Embun terpejam mendengar pernyataan di akhir perkataan ibunya. Sebagai tulang punggung keluarga, gaji ibunya sebagai seorang pembantu lah yang menghidupi kehidupan mereka selama ini. Jika Ibunya tidak kunjung masuk bekerja, maka dari mana mereka bisa dapat uang untuk makan dan kebutuhan sehari-hari?
"Seandainya saja Embun gak kuliah. Embun pasti bisa membantu Ibu mencari uang untuk hidup kita sehari-hari." Sesalnya.
Ibu Jihan mengusap rambut putrinya dengan sayang. "Jangan berbicara seperti itu, Embun. Ibu yang memintamu untuk fokus kuliah saja. Masalah mencari uang, itu adalah tugas Ibu."
Embun hendak kembali menyahut. Namun niat itu seketika ia urungkan saat mendengar suara seseorang mengucapkan salam di depan rumahnya.
"Siapa yang bertamu pagi-pagi begini." Gumam Embun. Merasa penasaran, Embun segera beranjak dari posisi duduk dan keluar dari dalam kamar Ibu untuk membuka pintu depan.
"Selamat pagi, maaf mengganggu." Ucap seorang wanita paruh baya yang masih nampak cantik di usianya yang tak lagi muda saat pintu baru saja dibuka Embun dari dalam.
***