Reynard Fernando, seorang CEO sukses yang lumpuh, menikahi Caitlin Revelton, gadis ceria dan penuh semangat yang dikenal tak pernah mau kalah dalam perdebatan. Meskipun Caitlin tidak bisa membaca dan menulis, ia memiliki ingatan yang luar biasa. Pernikahan mereka dimulai tanpa cinta, hanya sekadar kesepakatan.
Namun, apakah hubungan yang dimulai tanpa cinta ini dapat berkembang menjadi sesuatu yang lebih mendalam? Atau, mereka akan terjebak dalam pernikahan yang dingin dan hampa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Tommy berdiri di ruang kerjanya yang mewah, tangannya mengepal erat sambil berusaha menahan emosi yang hampir meluap. Wajahnya tegang, matanya menatap tajam ke arah anak buahnya yang melaporkan hasil buruk dari rencananya.
“Tuan, sepertinya gadis itu tidak melakukan sesuai perintah Anda. Dia sudah mengambil uang itu!” ucap anggota timnya dengan nada takut-takut
Mendengar itu, senyum sinis terulas di bibir Tommy. Tatapannya tajam, penuh kemarahan bercampur ambisi yang tak terselubung. “Dia berani membohongiku,” katanya dengan suara rendah namun penuh ancaman. “Dia menerima uangnya, dan kita memiliki buktinya. Bukti itu bisa kita jadikan alat untuk menjatuhkan Reynard. Mereka selalu saja merendahkanku. Aku punya seribu cara untuk menghancurkan mereka satu per satu.”
“Mengenai gadis itu, apa yang akan kita lakukan?” tanya pria itu pelan.
Tommy menyeringai, tatapannya tajam seperti elang yang baru saja menemukan mangsa. “Beri dia pelajaran,” jawabnya dingin, seolah hukuman itu adalah hal biasa baginya.
"Ada satu orang lagi, yang akan membuat Reynard kesulitan. Sudah saatnya dia muncul," ucap Tommy dengan senyum.
---
Keesokan harinya, Caitlin sedang sibuk memilih buah-buahan segar di pusat perbelanjaan yang ramai. Ia tampak riang dan tanpa sadar akan bahaya yang tengah mengintai. Sambil memeriksa buah-buahan di tangannya, ia tak menyadari beberapa pria bertubuh tegap yang mengikutinya dari kejauhan, mengamati setiap gerak-geriknya dengan seksama.
Setelah selesai berbelanja, Caitlin melangkah ke luar pusat perbelanjaan, berdiri di trotoar sambil menanti seseorang. Ia mengeluarkan ponsel dari tasnya, memeriksa pesan dari suaminya. “Bukankah Reynard bilang dia akan menjemputku? Kenapa masih belum muncul?” gumam Caitlin kesal, menggigit bibirnya sembari melihat jam tangan.
Beberapa saat kemudian, Caitlin mendapati sebuah mobil hitam melintas di depannya. Matanya melebar sedikit ketika mengenali Reynard di kursi belakang, tetapi keterkejutannya beralih menjadi kekesalan saat ia melihat Lucy, mantan pacar suaminya, duduk di sebelahnya. Nico, pengemudi yang dipercaya Reynard, terlihat serius mengemudi.
“Dia sudah berjanji dan sekarang malah bersama mantannya. Benar-benar suami brengsek!” Caitlin mendengus kesal, suaranya hanya terdengar di antara hiruk pikuk kendaraan yang lewat. “Untung saja aku tidak menyukainya,” lanjutnya sambil melambaikan tangan, berusaha memanggil taksi. “Lihat saja nanti. Malam ini aku akan mengusirmu dari kamar!” gumamnya dengan senyum tipis yang penuh ketegasan.
---
Dalam perjalanan pulang di dalam taksi, Caitlin mulai merasa lelah. Matanya mulai terasa berat, perlahan-lahan ia pun tertidur, tak menyadari bahwa ada sesuatu yang salah. Pengemudi taksi, seorang pria yang menyamar sebagai supir biasa, melirik ke arah cermin, memastikan bahwa gadis itu telah benar-benar terlelap. Senyum tipisnya menyiratkan kepuasan.
“Tuan, rencana kita berhasil. Aroma parfum mobil telah membuat gadis ini tertidur,” bisik pria itu melalui alat komunikasi yang tersambung pada Tommy di seberang sana.
Dari ujung sana, suara Tommy terdengar dingin, penuh perintah tanpa ampun. “Bawa dia ke suatu tempat,” perintahnya tegas, menunjukkan bahwa ini hanyalah bagian dari rencana yang lebih besar.
Taksi itu melaju cepat melewati jalan besar yang sepi. Di sudut simpang, sebuah mobil putih tiba-tiba berhenti, di dalamnya seorang pria dengan tatapan tajam memandang ke arah taksi. Pria itu adalah Felix, yang mengenali sosok di dalam taksi.
Ia menyipitkan mata, menatap cemas sambil menggumam.“Itu Caitlin, kan? Kenapa taksi itu melintas di sini? Bukankah di sini jarang ada taksi lewat?” gumam Felix, kecurigaannya kian memuncak. Ia tak ingin membuang waktu, segera menginjak pedal gas dan mengikuti taksi yang semakin menjauh.
Setelah beberapa menit, taksi itu berbelok ke sebuah area terpencil yang dipenuhi kontainer. Sesampainya di tempat itu, pengemudi taksi keluar dari mobil dan membuka pintu belakang, bersiap menarik Caitlin keluar.
Namun, tiba-tiba terdengar suara tegas dari arah lain. “Berhenti, siapa kau? Berani sekali membawa dia ke sini!” Felix berlari mendekat, tatapannya penuh amarah dan tekad.
Supir taksi itu mendengus sinis, memandang Felix dengan tatapan menghina. “Bocah tak berguna!” Supir itu mengayunkan tinjunya ke arah Felix, tapi Felix dengan sigap menghindar, membalikkan tubuhnya dan melayangkan tendangan keras tepat ke perut lawannya."Bruk!"
Tendangan itu membuat pria itu tersentak mundur, namun Felix tidak berhenti di sana. Dengan gerakan cepat, ia melayangkan pukulan keras yang mengenai wajah supir itu, membuatnya terhuyung jatuh ke tanah.
Setelah memastikan bahwa pria itu tak berdaya, Felix segera berlari ke arah Caitlin.
"Caitlin!" serunya, segera menggendong gadis yang masih tertidur lelap di kursi belakang. Namun, sebelum ia bisa membawa Caitlin pergi, sebuah hantaman keras mendarat di kepalanya."Bruk!"
Sebatang kayu menimpa kepala Felix, membuatnya jatuh tersungkur, tak sadarkan diri di atas tanah. Beberapa pria berbadan besar, kaki tangan Tommy, mendekat sambil menatap tubuh tak berdaya Felix.
“Siapa pria ini?” tanya salah satu dari mereka, yang masih memegang kayu di tangannya.
“Tidak tahu. Kurung saja mereka di sini,” jawab supir yang kini bangkit sambil mengusap darah di sudut bibirnya, menahan amarah.
Sementara itu, di gedung perusahaan, rapat penting baru saja dimulai. Reynard duduk di kursi pimpinan, matanya serius, sementara Lucy, salah satu pemegang saham yang juga mantan kekasihnya, duduk di sampingnya dengan sikap anggun.
Tommy yang ikut hadir bersandar santai di kursinya, senyum kecil di wajahnya, seolah-olah ia sudah memenangkan pertempuran.
“Reynard, kenapa hari ini kau tidak ditemani oleh istrimu?” tanya Tommy dengan nada yang sengaja provokatif, senyumnya memperlihatkan niat tersembunyi.
Reynard menatap pamannya, memberikan senyum diplomatis. “Paman, kita sedang membahas urusan pekerjaan. Tidak perlu melibatkan istriku,” jawabnya tegas.
Namun sebelum rapat benar-benar dimulai, Tommy berdiri dari kursinya. “Sebelum kita mulai, ada hal penting yang ingin kusampaikan,” katanya, tatapannya diarahkan ke semua orang di ruangan, namun terutama pada Reynard. “Terutama untukmu, Reynard. Direktur utama kita!”
Tommy memberi isyarat kepada asistennya untuk menyalakan layar besar di ruangan tersebut. Dalam sekejap, perhatian semua orang tertuju pada layar yang menampilkan rekaman video.
Di layar, terlihat Caitlin yang sedang menerima sebuah tas berisi uang. Rekaman itu menunjukkan interaksinya dengan Tommy, yang menyerahkan uang di dalam tas kepadanya.
“Apa artinya rekaman ini?” tanya salah satu pemegang saham dengan nada bingung.
Tommy tersenyum puas, seolah telah menyusun semuanya dengan sempurna. “Di rekaman ini, kalian bisa melihat sendiri. Itu adalah istri Direktur Utama kita, Caitlin Revelton. Kalian semua pernah melihatnya, jadi sudah tahu siapa dia. Ia meminta uang padaku dengan alasan ingin membeli apartemen. Sebagai pamannya, aku tak tega menolak. Namun uang itu, sayangnya, berasal dari perusahaan. Bukankah ini bisa dianggap sebagai bentuk korupsi?”
Sebuah keheningan mencekam ruangan. Para pemegang saham saling berpandangan, kebingungan bercampur kecurigaan menguasai pikiran mereka.
Salah satu dari mereka menatap Reynard dengan tajam, “Apakah benar, Reynard? Caitlin menerima uang itu tanpa sepengetahuan kita semua?”
Reynard tetap diam, matanya fokus ke arah layar yang masih memutar rekaman itu. Dalam benaknya, ia menyadari bahwa ini adalah perangkap Tommy untuk menjatuhkan posisinya. Sementara itu, Tommy tersenyum penuh kemenangan, menikmati momen di mana keponakannya terpojok tanpa banyak pilihan.
Di saat yang sama, Caitlin dan Felix ditahan di suatu tempat yang tidak diketahui oleh siapa pun. Sementara Reynard harus menghadapi jebakan pamannya sendiri yang telah direncanakan sejak awal. Akankah ia berhasil mempertahankan posisinya sebagai pemimpin grup?
seru nih