Setelah bertahun-tahun berpisah, hidup Alice yang dulu penuh harapan kini terjebak dalam rutinitas tanpa warna. Kenangan akan cinta pertamanya, Alvaro, selalu menghantui, meski dia sudah mencoba melupakannya. Namun, takdir punya rencana lain.
Dalam sebuah pertemuan tak terduga di sebuah kota asing, Alice dan Alvaro kembali dipertemukan. Bukan kebetulan semata, pertemuan itu menguak rahasia yang dulu memisahkan mereka. Di tengah semua keraguan dan penyesalan, mereka dihadapkan pada pilihan: melangkah maju bersama atau kembali berpisah, kali ini untuk selamanya.
Apakah takdir yang mempertemukan mereka akan memberi kesempatan kedua? Atau masa lalu yang menyakitkan akan menghancurkan segalanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alika zulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jejak Kepedulian
Temu Kembali
Dalam hening waktu yang mengalun,
Jejak-jejak kita samar tertinggal,
Namun takdir membawa kita bertemu,
Seperti embun di pagi yang cerah.
Rasa yang dulunya terpendam,
Kini menguar dalam setiap tatap,
Kisah lama menggugah ingatan,
Seakan waktu tak pernah terhenti.
Kau hadir bagaikan sinar,
Menghangatkan jiwa yang beku,
Setiap senyummu menyentuh hati,
Membawa kembali warna pelangi.
Dalam pertemuan ini, kita belajar,
Bahwa cinta takkan pernah pudar,
Meski terpisah oleh jarak dan waktu,
Kini kita saling menemukan kembali.
Bersama kita rajut kembali mimpi,
Melangkah di jalan yang baru,
Karena setiap detik adalah anugerah,
Kita takkan membiarkan kisah ini berlalu.
~ Alice
"eh, al, lo malam ini nginep?" tanya Alvaro, matanya mengikuti gerakan Alice yang sibuk mengeringkan rambut basahnya.
"belum tau sih. nanti gue telpon dulu ibu, tanya boleh apa nggak. kalau nggak diijinin, mungkin abang yang nanti jaga lo," sahut Alice sambil merapikan tempat tidur Alvaro dengan telaten.
Alvaro langsung menggeleng pelan, "nggak usah, Al. gue bisa sendiri kok, lagian udah mendingan juga." suaranya terdengar tenang, meskipun matanya menunjukkan rasa sungkan.
tanpa menjawab, Alice segera mengambil handphone dan menelpon ibunya.
"assalamu'alaikum, bu," sapanya lembut.
"waalaikumsalam, Al. ada apa?"
"bu, malam ini yang jagain Alvaro siapa?" tanya Alice, sambil sekilas melirik Alvaro yang kini menyilangkan tangan, jelas memberi isyarat agar Alice tidak mengajukan pertanyaan itu.
di ujung telepon, ibunya langsung menanggapi, "kalau kamu yang jaga adik-adik gimana, Al?" Arini terdengar sedikit keberatan.
tanpa memberi kesempatan Alice membalas, Alvaro yang duduk tak jauh dari situ langsung maju dan mengambil handphone dari tangan Alice.
"bu, ini Alvaro," katanya cepat, "Alvaro udah mendingan kok. paling besok juga udah bisa pulang," lanjutnya dengan nada yakin.
Alice hanya bisa pasrah, bibirnya sedikit mengerucut saat melihat Alvaro mengambil alih pembicaraan tanpa izin.
"gausah lo monyong-monyongin tu bibir, gue comot baru tau rasa," ucap Alvaro dengan nada menggoda. Alice langsung menutup mulutnya dengan tangan, matanya melotot ke arah Alvaro.
"lo pulangnya sebelum Ashar ya, Al," kata Alvaro sambil merebahkan tubuh di tempat pasien, matanya setengah terpejam.
"lo ngusir gue?" tanya Alice ketus, sambil melipat tangan di dada.
"bukan gitu, anjrit. Kalau lo pulang ke sorean, sampe rumah bisa malem. Gue gak mau lo kenapa-napa lagi. Di sini gue gak bisa mantau lo, kan," jelas Alvaro, nadanya mulai serius.
Alice menaikkan alis, "eh tadi lo bilang gak bisa mantau gue? Berarti kemarin lo mantau gue, dong?" Matanya menyelidik, penuh kecurigaan.
"mantau sih enggak," Alvaro terkekeh kecil, "kemarin gue gak sengaja nerima telpon dari mamih, terus pas gue liat sekitar, ada lo sama temen lo. Cuman temen lo dijemput cowok, sementara lo sendirian. Gue khawatir aja, firasat gue gak enak. Makanya gue ikutin lo, terus terjadilah sang pahlawan menyelamatkan nyawa penggemarnya!" Alvaro tertawa, bangga dengan ceritanya sendiri.
"anjir, narsis banget lo! Siapa juga yang ngefans sama lo," Alice menyahut, tapi kali ini dengan senyum kecil di bibir. Ia lalu beralih duduk di sofa, mencoba menahan tawa.
"lo kenapa kerja?" tanya Alvaro tiba-tiba, menatap Alice yang sedang melamun di sofa. Matanya penuh rasa penasaran.
BERSAMBUNG ~
Jangan lupa tinggalin jejak kalian di komentar ya guys
g pa" belajar dari yg udah berpengalaman biar bisa lebih baik lg, sayang lho kalo ceritanya udah bagus tp ada pengganggu nya di setiap part nya jd g konsen bacanya karna yg di perhatiin readers nya typo nya tanda petik koma titik tanda tanya selain alur cerita nya
bu, aku minjem ini, ya," dan masih bnyk kalimat yg tanda titik baca komanya g sesuai thor