Cinta dan Obsesi? Seperti dua sisi koin yang berbeda.
Ryu Dean sudah dua tahun ini berpura-pura menjadi security di sebuah kampus ternama, hanya untuk mengamati tunangannya, Almira. Seorang tunangan yang tidak setia padanya.
Tapi di balik itu, ada Fiona seorang mahasiswi paling alay yang selalu mengoceh bercerita tanpa henti padanya.
Perlahan perasaan patah hati Ryu pada Almira berubah. Dirinya merasa nyaman setiap kali bersama dengan Fiona.
Namun ada kalanya perasaan tidak berbalas. Fiona ingin menyatakan cintanya pada kang bakso.
Membuat ego seorang Ryu Dean tidak dapat menerimanya. Putra tunggal keluarga konglomerat, dikalahkan oleh kang bakso?
"Kamu sudah gila...?" Gumam Ryu Dean tertawa, aneh.
Bagaimana obsesi konyol ini, akan berlanjut?
🍀🍀🍀 Warning! Buatan seorang amatir yang hanya iseng menulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pinguin Meluncur
Mengendarai motornya dengan helm dan jaket bersimbol ojek online. Sudah seminggu sejak Yudha bertukar nomor dengan Almira. Menghentikan motornya, matanya sedikit melirik ke arah pos security.
Yudha berdiri di sana, wajahnya tersenyum, berlari menghampiri Fiona."Dia bilang aku yang paling tampan di kampus. Aku rasa kami akan segera menjadi pacar!" Ucapnya antusias.
Menghela napas Fiona berusaha untuk tersenyum. Almira memang lebih cantik darinya, bahkan dari keluarga berada. Berbeda dengan dirinya yang berasal dari keluarga mapan, sederhana.
"Pada akhirnya aku kalah. Kak security, aku menyerah, kita hanya memang bisa menjadi teman."Fiona menghela napas kasar."Tapi tidak apa-apa! Semangat! 2 tahun lagi anak pemilik kedai bakso depan kampus akan datang dari Taiwan!"
"Dari Taiwan?" Tanya Yudha mengernyitkan keningnya.
"Benar, anak pemilik kedai bakso depan kampus begitu baik, perhatian, tapi sayangnya harus menjadi TKI di Taiwan. Pernyataan cintaku jadi ditolak." Fiona terkekeh, tapi merasa miris karena kehidupan cintanya tidak pernah berjalan baik.
"Makanya! Jangan coba-coba menjadi playgirl!" Yudha berusaha tersenyum, benar-benar berusaha. Tersenyum, entah kenapa dirinya merasa tidak suka. Hanya tidak suka, mendengar Fiona pernah menyatakan cinta pada anak pemilik kedai bakso depan kampus.
"Aku tidak menjadi play girl! Kak security belum mengerti juga. Selagi jomblo saatnya untuk memilih, nanti kalau sudah punya pacar aku akan setia. Bahkan untuk berteman dengan pria saja tidak." Tegas sang macaroni penguin, yang konon hanya setia pada satu pasangan yang kawin dengannya, sampai mati.
"Dasar!" Umpat Yudha tersenyum, menutup kaca helm Fiona.
"Memang benar! Omong-ngomong untuk merayakan pertemanan kita. Makan siangku kak security yang bayar!" Teriak Fiona penuh semangat.
"Mau makan dimana? Restauran Eropa? Restauran Jepang?" Tanya Yudha.
"Idih! Sok kaya! Bakso depan kampus saja, sekalian PDKT dengan calon mertua." Fiona terkekeh.
Terkadang ada yang namanya batas antara persahabatan, dan Yudha telah membentangkan nya. Bagaikan perbatasan negara yang sulit dilewati.
Teman, dirinya hanya merasa begitu gemas dan nyaman dengan kehadiran Fiona. Sahabat yang cukup baik untuknya. Berbeda dengan Almira, tunangannya, tujuan hidup baginya.
*
Sedangkan Almira? Wanita itu duduk di bangku paling depan, sesekali berkirim pesan pada Yudha dan beberapa kenalan prianya.
Menghela napas, matanya menelisik mengamati bangku belakang. Fiona, wanita yang satu Minggu lalu membully dirinya.
Jemari tangannya mengepal, tidak pernah diperlakukan seperti ini. Segalanya dianggap serius sebagai penghinaan olehnya.
Melan dan Okta? Kedua mahasiswi itu telah mendapatkan pelajaran selama seminggu ini. Keduanya telah terbaring di rumah sakit, usai dipukuli orang tidak dikenal.
Pelakunya? Entahlah...
Almira kembali berkirim pesan dengan Delone, seorang pemuda yang dikenalnya di club malam.
'Terimakasih, kamu satu-satunya pria yang baik padaku. Tapi masih ada satu orang lagi, pemimpin mereka yang membully ku.'
Kali ini balasan dengan cepat didapatkannya olehnya.'Apapun untukmu yang tercantik sayang. Kamu ingin hukuman apa untuknya?'
'Aku begitu menyayangimu, karena itu aku tidak ingin kamu terkena jeratan hukum. Lebih baik rusak rem motornya. Ikuti dia, saat dia kecelakaan, pukuli dia. Maaf, aku sekejam ini. Tapi begitu menyakitkan rasanya mengalami pembullyan, jika melakukan ini Fiona akan jera untuk berbuat kasar.' Tanda kirim ditekan oleh Almira. Dendam? Benar! Dirinya masih dendam.
"Jika si br*ngsek itu mati malah lebih bagus!" Batin Almira menggenggam erat handphonenya. Benar-benar tidak dapat menerima segalanya. Tidak pernah ada yang mempermalukannya.
Balasan dari Delone didapatkan olehnya.'Sayang kamu memang terlalu baik. Wanita sepertinya jika dibiarkan memang akan mengancam keselamatanmu. Karena itu lebih baik habisi saja.'
Wajah Almira tersenyum, inilah keinginannya. Karena itu untuk memberikan kesan wanita baik. Dirinya membalas.'Jangan sayang, dia berbahaya. Aku mencemaskan keselamatanmu.'
'Aku mencintaimu. Kamu terlalu baik.' Pesan yang dikirimkan Delone.
Menghela napas kasar, setiap perbuatan pasti ada penebusan nya. Termasuk membully seorang Almira. Sebentar lagi, mungkin akan ada buket bunga beserta foto di bangku belakang. Sebagai tanda bela sungkawa terhadap mahasiswi yang mati akibat kecelakaan.
Perbuatan orang itu harus dibalas setimpal.
*
Persahabatan? Dirinya mulai belajar menjaga batasan. Mana yang persahabatan dan mana rasa suka. Walaupun dirinya menyukainya, namun kak security mungkin sedikit lagi akan menjadi kekasih seorang Almira.
Makan siang di kedai bakso, sesuai janji pemuda itu yang mentraktirnya.
"Yakin cuma ingin makan disini?" Tanya Yudha mengangkat salah satu alisnya.
"Yakin! Kalau aku berhasil PDKT, saat anak pemilik kedai bakso pulang dari Taiwan. Maka ini adalah warung mertuaku." Imajinasi tingkat tinggi dari Fiona. Seorang gadis ceria, yang jalan percintaannya selalu gagal.
"Aku hanya memberi saran. Yang terpenting dari pria adalah kesetiaan dan isi dompetnya. Jadi, jangan mudah tertipu dengan wajah." Sebuah saran dari Yudha memakan baksonya dengan ganas. Melampiaskan rasa marahnya entah pada siapa.
"Kak security cemburu?" Tanya Fiona.
"Tidak! Mana mungkin aku menyukaimu. Dengar! Seperti ayahku aku hanya akan setia pada wanita pertama yang mencuri hatiku. Dan itu adalah Almira!" Tegasnya, tidak menyadari perbatasan antara rasa kagum akan kecantikan dan cinta.
"Iya! Iya! Selama-lamanya kita hanya teman. Tidak lebih!" Gerutu Fiona.
"Pinguin baik! Akhirnya kamu mengerti." Yudha tersenyum lembut.
Suara notifikasi pesan masuk terdengar. Dengan cepat Yudha meraih handphonenya, membalas pesan dari Almira.
"Kamu benar-benar menyukainya?" Tanya Fiona, namun tidak ada jawaban.
"Kamu menyukainya?" Fiona mengulangi pertanyaannya.
"Kamu bilang apa?" Yudha bertanya balik, tidak mendengarkan kalimat Fiona. Akibat membalas pesan Almira.
"Kamu berubah menjadi jelek." Fiona mengangkat salah satu alisnya.
"Hah?" Yudha mengernyitkan keningnya tidak mengerti.
"Begini, orang yang tidak mungkin menjadi jodohku, akan aku anggap wajah dan rupanya seperti slime menjijikkan. Agar aku tidak mungkin jatuh cinta lagi padanya. Jadi kamu sekarang bertambah jelek." Tegas Fiona memakan bakso terakhirnya, serta es jeruk. Melangkah meninggalkan Yudha, benar-benar kesal kalimatnya diacuhkan.
Sabar-sabar pinguin kecil sepertinya memang tidak begitu menonjol dan diperhatikan.
"Fiona! Kamu marah?" Tanya Yudha mengejarnya setelah membayar.
"Tidak! Ada orderan ojek yang masuk. Jadi pergilah untuk menjalani kesibukanmu, aku juga sedang sibuk." Jawaban dari Fiona melajukan motornya, meninggalkan kedai bakso.
Yudha menatap kepergiannya dari jauh. Ada yang terasa berat di dadanya, melihat kepergian Fiona. Apa karena makan terlalu cepat? Jadi pencernaannya kurang lancar. Hingga dadanya terasa berat?
*
Hingga malam menjelang, rasa sesak yang aneh itu belum menghilang juga. Bahkan setelah dirinya ke rumah sakit, tidak ada penyakit serius yang menimpanya.
Memakai pakaian santai dalam ruangan General Manager hotel. Dirinya masih menjalankan tugas dari orang tuanya untuk mengelola salah satu aset, sebelum diperkenankan di hadapan media sebagai pewaris dan dimasukkan ke dalam perusahaan.
"Kenapa tanganku gemetaran?" Gumamnya kala mencoba untuk membalas pesan Almira.
Bagaikan ada rasa tidak enak dan rasa bersalah yang aneh.
"Mungkin sebaiknya aku meminta pendapat hama pinguin." Gumamnya mencoba menghubungi Fiona.
Panggilan pertama nomor tersebut sibuk. Hingga dirinya mencoba menghubungi kembali. Saat ini sudah pukul 11 malam, tidak mungkin Fiona masih menerima orderan penumpang.
Hingga nomor tersebut diangkat oleh seseorang.
"Fiona! Kamu kemana saja---" Kalimat sang pemuda disela.
"Maaf, pemilik handphone mengalami kecelakaan. Saat ini sedang menjalani tindakan medis. A...aku sudah menghubungi nomor keluarganya." Jawab seseorang di seberang sana gugup.
Bukannya lega atau apa, Ryu Dean bagaikan orang gila. Mengambil kunci mobilnya. Apa yang terjadi, bagaikan ada banyak tekanan di syarafnya.
Ada yang aneh, pipinya basah. Menyeka air yang terdapat di pipinya sendiri. Seorang Ryu Dean menangis?
rajin2 up nya
Masih greget rasanya...