Sarena Almaira adalah seorang wanita muda cantik yang hidup dalam penderitaan. Sejak usia 5 tahun, ia mengalami broken home setelah ayahnya menghilang entah ke mana. Kehidupannya pun menjadi sangat sulit dan penuh kesedihan. Setelah lulus SMA, Sarena memutuskan untuk bekerja sebagai pelayan restoran demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
Namun, hidupnya berubah drastis ketika sebuah kejadian tak terduga membuatnya terikat dalam pernikahan rahasia dengan seorang pengusaha muda yang kaya dan tampan.
Apakah Sarena akan menemukan kebahagiaan setelah bertemu dengan pria itu?
Baca yu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meywh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab4
"Huh, dasar kau ini," ucap mereka.
Beberapa saat kemudian, Aldevaro bersama ketiga sahabatnya memilih untuk pulang. Aldevaro mengeluarkan kartu ATM-nya dan membayar semuanya.
"Al, lihat deh tuh cewek. Kalau saja dia punya latar belakang yang bagus, pasti sudah gue jadiin istri. Cantik banget," ujar Arya.
"Dan gue jamin, walaupun latar belakangnya biasa-biasa saja, dia nggak akan mau sama lu," ledek Yoga.
"Apaan sih lu, Yog?" balas Arya kesal.
Mereka pun keluar dari restoran.
---
Malam hari, Sarena berniat untuk pulang karena pekerjaannya sudah selesai.
"Na," panggil Naira.
"Ada apa, Nai?" tanya Sarena.
"Na, lu disuruh nganterin makanan ke apartemen Melati (nama samaran) yang deket rumah lu. Searah, kan? Soalnya gue harus pulang, mamah gue lagi sakit," ucap Naira.
"Yaudah, Nai, nggak papa. Mana makanannya?" tanya Sarena.
"Ini, Sar," ujar Naira sembari menyerahkan makanan itu.
Sarena pun berangkat menuju apartemen menggunakan taksi online yang ia pesan.
"Nai, gue duluan ya," ucap Sarena.
"Iya, Na, hati-hati," balas Naira.
Beberapa saat kemudian, Sarena sampai di gedung apartemen mewah.
"Wah, yang mana ya kamarnya? Gedungnya gede banget," gumamnya.
'Di alamatnya tertulis lantai 8, apartemen,cape banget harus nganterin sampe keatas',' pikirnya.
Beberapa saat kemudian, Sarena tiba di kamar nomor 30.
Tok tok tok
Tanpa jawaban, tiba-tiba Sarena ditarik masuk ke dalam. Dia dipaksa masuk ke dalam kamar.
"Maaf, Pak. Tolong lepaskan saya. Saya hanya ingin mengantarkan makanan," ucap Sarena panik.
Pria itu tidak mempedulikan apa yang Sarena katakan. Dia malah melemparkan makanan itu.
"Pak, tolong lepaskan saya!" teriak Sarena.
Pria itu menjatuhkan tubuh Sarena ke kasur dan mulai memaksanya melepas pakaian.
"Tuan, tolong lepaskan saya!" Sarena meronta, namun pria itu menggigit lehernya.
Sarena mencoba melawan, tetapi pria itu terlalu kuat. Ia tak berdaya dan hanya bisa menangis.
---
Setelah semuanya selesai, pria itu tergeletak tak sadarkan diri. Sarena pun segera memakai pakaiannya dan melarikan diri.
'Apa yang terjadi? Kenapa ini terjadi padaku? Aku hanya ingin mengantarkan makanan. Kenapa harus seperti ini? Apa yang harus aku lakukan?' pikirnya, berjalan lemas, hampir tak sadarkan diri.
Sarena memutuskan untuk berhenti di sebuah taman. Dia duduk dan menangis.
'Ayah, lihatlah aku, anakmu. Bukankah kau menyayangiku? Tapi kau meninggalkanku. Tidak ada yang menjagaku dan menyayangiku, Ayah,' gumamnya.
Kehidupan pahit yang dialami Sarena selama tinggal bersama keluarga ibunya membuatnya selalu kuat, tetapi kini dirinya kehilangan kesucian yang selama ini ia pertahankan.
"Sekarang, aku harus pergi ke mana?" ucapnya.
Sarena mengeluarkan ponselnya dan menelepon sahabatnya.
Tut tut tut
Syifa:Halo, Ren. Ada apa?
Sarena:Fa... boleh nggak aku nginep di kontrakan kamu?
Syifa:Ya Allah, Ren. Kamu kenapa? Kok kayaknya lagi nangis? Kamu diusir nenek kamu?
Sarena: Bukan, Fa. Nanti aku jelasin kalau udah sampai di kontrakan kamu.
Tut tut
Sarena pun melanjutkan perjalanannya. Beberapa saat kemudian, ia tiba di kontrakan Syifa.
Tok tok
"Sarena, kamu kenapa?" tanya Syifa, yang segera membukakan pintu.
"Fa, aku boleh masuk dulu, kan?" tanya Sarena.
"Oh iya, boleh. Masuk aja," jawab Syifa.
Mereka pun masuk, dan Syifa mengunci pintu.
"Ren, sekarang coba ceritain ke aku. Kamu kenapa? Cerita sama aku, kenapa kamu berantakan begini?" tanya Syifa penuh perhatian.