Birgitta, nama gadis yang kerap disapa dengan Bita. Gadis ceria yang tidak pernah bergantung pada siapapun, dan selalu menyelesaikan masalahnya sendiri dengan baik. Hidupnya hanya sebatang kara, tanpa memiliki sanak keluarga di mana pun.
Kehidupannya yang dulu warna-warni kini terjebak dalam kehidupan hitam-putih seorang pria yang mengikatnya dalam pernikahan yang disengaja.
Alhambra Zeroun, pria itu menarik Bita untuk duduk di pelaminan, dan memaksa gadis itu menjadi istrinya hanya untuk menghindari pernikahannya yang hampir saja terjadi dengan gadis lain pilihan orang tuanya.
Tidak memperdulikan tatapan tajam dari semua orang disana karena kelakuan gilanya, yang penting ia terbebas dari desakan orang tuanya yang terus memintanya untuk menikah.
Akankah Bita bisa menerima Alze menjadi suami dadakannya? Lalu bagaimana pernikahan mereka selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WaterBlue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sah
#Flashback On
Bita akhirnya memutuskan untuk datang ke pernikahannya Anggi,ia saat ini masih belum tahu siapa calon suami dari gadis itu. "huft,dimana dia?" gumamnya celingak-celinguk mencari Anggi. Dapat ia lihat dekorasi pernikahan gadis itu cukup mewah.
Anggi yang baru saja keluar dari kamarnya,langsung tersenyum sumringah menghampiri Bita. "Bitaa!" serunya menarik tangan gadis itu dan membawanya masuk kedalam kamar.
"ish,kenapa gue ditarik-tarik hah?"
"terlalu ribut diluar,Lo kan jadi bridemaid gue. Kok pakai gaun ini sih?" protes Anggi melihat gaun yang dikenakan Bita saat ini. Bita memutar bola matanya malas, "gue yang ada gaun ini doang. Kenapa? malu? ya udah gue nggak usah jadi bridemaid Lo." ketus Bita hendak keluar dari kamar.
"heh jangan! bukan itu maksud gue. Haiis nih anak nething mulu. Bentar!" serunya berlari kecil menghampiri seseorang dikamar sebelah,sedangkan Bita menyerngit bingung dan acuh tak acuh sambil memainkan ponselnya. Tak lama,Anggi membawa setelan gaun moka yang cantik ditangannya.
"sudah gue duga,gaun ini cocok sama Lo." seru Anggi menyodorkan gaun itu pada Bita.
"eh,tunggu bentar. Kenapa Lo ngasih ke gue?" tanya Bita terkejut,ia juga mengagumi gaun indah ini,tapi ia sadar diri jika gaun tersebut sangatlah mahal. Dan ia tidak sanggup membelinya hanya untuk sehari doang.
"ini untuk Lo dan yaa ini gratis. Jadi,jangan pikir Lo gue suruh bayar." ucapnya seolah-olah membaca pikiran Bita.
Bita merasa segan dan tetap menolak pemberian Anggi, "nggak usah Nggi,ini buat Lo aja. Gue rasa gaun gue masih bisa dipakai kok."
"nggak ada terima penolakan Bita. Gue yang mau Lo jadi bridemaid,so Lo harus ngikutin kata gue!" titahnya tidak ingin dibantah,lalu menyerahkan gaun itu pada Bita dan mendorong gadis itu menuju walk in closed.
Bita berdecak pasrah dan mengganti gaunnya dengan gaun pemberian Anggi. Setelah memakai gaun itu,ia sedikit tertegun melihat dirinya di cermin besar. Sungguh,indah sekali dan pas dipakai ditubuhnya. Bita sedikit kikuk keluar dan terkejut dengan Anggi yang tiba-tiba memukulnya pelan dari belakang.
"anjiir Lo cantik banget Bit,pakai ini!" serunya menganggumi kecantikan Bita. Bita hanya tersenyum kikuk dan berjalan perlahan mengambil sepatunya.
"nah ini baru pas jadi bridemaid gue." seru Anggi sambil tersenyum lebar. Bita hanya menghela napas,lalu mereka sama-sama menoleh saat ada orang yang memanggil Anggi.
"nona Anggi,ayo kita ke aula. Semuanya sudah berkumpul." ucap pelayan pelan,Anggi mengangguk pelan.
"baiklah, terimakasih." ucapnya lagi,lalu menghela napas pelan. "huft,gue tiba-tiba jadi ragu ya Bit."
"hah,apa lagi? jangan bilang Lo mau batalin sekarang Nggi? yang benar ajalah." gerutu Bita melihat wajah sendu gadis itu. Bagaimanapun juga,kalau membatalkan pernikahan yang sudah didesain mewah bisa membuat malu keluarga. Begitulah yang seringkali Bita dengar dari beberapa orang disekitarnya yang pernah mengalami kejadian yang serupa.
"entahlah,gue jadi bimbang sekarang." lirihnya sambil menggenggam gaun putih yang dikenakannya. Buta menghela napas pelan,mendekat kearah Anggi. "coba yakinkan diri Lo dulu Nggi. Gue yakin, pernikahan ini bagus untuk Lo."
Anggi tersenyum tipis, "Lo orangnya tulus ya." ucapnya membuat Bita bingung. "padahal kita nggak dekat. Gue cuma minta jawaban tugas Lo doang,tapi Lo mau jadi bridemaid gue. Pokoknya gue berterimakasih deh sama Lo." ucap Anggi tiba-tiba melow membuat Bita menyerngit tidak mengerti dengan situasi saat ini langsung memegang kening Anggi.
"Lo masih waras kan Nggi?"
Anggi berdecak kasar langsung menoyor kepala Bita. "ish,gue serius Lo malah bilang bercanda." kesalnya memberengut. Bita terkekeh pelan, "ya mana tau gue kalau Lo serius Nggi. Udahlah,yok nanti keburu menunggu calon suami Lo." ucap Bita menarik tangan Anggi keluar ruangan.
"haduh, pelan -pelan Bit!" seru Anggi berusaha menyamakan langkanya dengan Bita. Bita dapat merasakan tangan Anggi terasa dingin dan gugup, "tenang Nggi,jangan gugup." ucap Bita menenangkan Anggi. Mereka langsung terdiam saat mendengar suara yang memanggil nama Bita dan berjalan kearah mereka.
Anggi langsung menoleh kearah Bita,begitu juga dengan Bita menoleh kearah Anggi. "jadi,calon suami Lo Alze??" tanya Bita terkejut.
Anggi mengangguk pelan, "iyaa,eh gue belum ngasih tau yaa??"
"belum woi!" kesal Bita membuat Anggi terkekeh pelan. Bita kebingungan dan terkejut melihat Alze memegang tangannya bukan tangan Anggi.
#Flashback Off
Alze tersenyum seringai, menggenggam tangan Bita. Sedangkan Anggi ia tersenyum senang. "Bit! bit,sana!" usirnya bahagia,langsung bernapas lega.
"apaan sih Nggii?!" gerutu Bita bingung sekaligus kesal. Gadis itu yang mau nikah,malah dirinya yang disuruh pergi bersama Alze.
"Bita,ayo nikah!" ajak Alze menarik tangan Bita.
"apa?! eh bukan gue calon Lo,tuh Anggi!!" seru Bita panik,manalagi semua pandangan orang tertuju padanya.
Anjir nih anak,yang benar ajalah.
"Lo calon istri gue Bit,cepat sebutkan nama ayah Lo!" seru Alze namun Bita tetap bungkam.
"nggak,gue nggak mau." tolak Bita.
"Ardhan Al,nama bapaknya. Tadi gue liat di kartu keluarganya." ucap Anggi sambil memperlihatkan foto kartu keluarga yang sempat ia ambil tadi.
"bagus,thanks Nggi." serunya tetap memaksa Bita menuju pelaminan. Bita tetap enggan dan terus berusaha terlepas dari Alze.
Alze tidak peduli dengan tatapan semua orang menyorotnya tajam karena kelakuan gilanya yang penting ia terbebas dari desakan orang tuanya yang terus memintanya untuk menikah.
"diam Lo Bit,setelah nikah hidup kita masing-masing. Please cuma formalitas doang aja kok." bujuknya sambil menarik tangan Alze. Beruntung kedua orang tuanya dan calon mertuanya itu sedang dalam perjalanan.
"nggak!! eh Lo kira ini mainan apa?! itu calon Lo ada disana bego!! haiis Anggi apain calon Lo sekarang!! jangan berbuat aneh deh!" teriak Bita pada Anggi.
"apa? nggak kedengaran Bit! suara Lo kecil!!" teriak Anggi pura-pura tidak mendengar suara Bita. Bita berdecak kesal lalu menoleh kearah Alze. "Al,Lo udah gila?! ini pernikahan Lo! jangan bawa-bawa gue!" cercanya. Alze berdecak kasar menoleh kearah Bita.
"Lo kan punya hutang ke gue kan? gue anggap lunas kalau Lo nikah sama gue. Cepetan aja!" desak Alze tetap tidak membuat keputusan Bita berubah. Tanpa Bita sadari,ia sudah duduk di pelaminan bersama Alze.
"nggak Al,ini pernikahan bukan mainan!" cercanya lagi,lalu melirik kearah Anggi yang asyik menikmati puding ditangannya.
Astaga,ini situasi macam apa nih?! pengantin pria memaksa gue nikah sama dia,lah pengantin wanitanya anteng nikmatin puding. Lah apa yang terjadi sebenarnya?!
"sah!" ucap beberapa orang yang menyaksikan Ijab Qabul tersebut,ada beberapa dari mereka tidak terlalu memperdulikan siapa pengantin perempuannya yang penting pernikahan sudah terjadi. Dan beberapa orang yang lainnya menatap tajam kearah Alze dan Bita.
Bita tersadar dari lamunannya dan menoleh kesamping. "what?! Alze apa yang Lo lakuin?!" bentaknya kesal. Anggi berlari menghampirinya dan memeluk Bita. "yey,selamat kalian sudah menjadi suami istri!!" soraknya.
Deg. Jantung Bita rasanya mau copot mendengar hal itu,lalu menoleh kearah penghulu yang sudah pergi meninggalkan tempat.
"ALHAMBRA ZEROUN!!" teriak seseorang dari gerbang pintu menatap mereka berdua dengan tatapan penuh amarah.
Alze hanya diam dengan raut yang datar menatap kedua orang tuanya yang berdiri diambang pintu,begitu juga dengan Azza,Hazig,Sam yang baru sampai ditempat kakaknya terkejut dengan apa yang terjadi didalam pernikahan itu.
kalo bahasa Indonesia yg saya tahu itu mengernyit