NovelToon NovelToon
LOVE IS BEAUTIFUL PAIN

LOVE IS BEAUTIFUL PAIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Murni / Angst
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Withlove9897_1

Tidak semua cinta terasa indah, ada kalanya cinta terasa begitu menyakitkan, apalagi jika kau mencintai sahabatmu sendiri tanpa adanya sebuah kepastian, tentang perasaan sepihak yang dirasakan Melody pada sahabatnya Kaal, akan kah kisah cinta keduanya berlabuh ataukah berakhir rapuh

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Withlove9897_1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 25

...***...

"Lakukanlah Kaal..."

Dalam waktu yang singkat, Kaal berdecak kesal. Ia melepaskan semua kontak fisik mereka untuk membentak gadis di hadapannya.

"Berhenti bercanda Melody Senja, kau membiarkanku melecehkanmu?."

"Ayolah Kaal, berhenti berpikir aku masih polos."

Kalimat itu sukses membuat Kaal mengambil langkah mundur menjauh.

Matanya yang terbuka lebar mendapati Melody menatapnya dengan sorot menantang. Sebelum lambat laun sorot tersebut pudar, kemudian berganti dengan tawa yang tiba-tiba meledak keras.

"Okay, aku minta maaf."

Melody berkata cepat selagi mencoba meredakan tawa saat Kaal tidak menampakkan raut terhibur.

Gadis cantik itu melangkah mendekat menghampirinya, kening lalu jatuh ke dada Kaal bersamaan dengan lenyapnya semua tawa.

"Aku juga ingin membuat hubungan ini berhasil. Jadi ketika aku menyetujui, aku tidak main-main."

Jeda, kepala Melody yang tertunduk kini mendongak untuk memandang langsung tepat kearah mata Kaal

"Tetapi tadi, memang bukan contoh yang tepat." Imbuh gadis pendek itu

"Itu adalah situasi dimana aku tidak ingin melawan Kaal."

Kaal menelaah pernyataan Melody seraya memicing curiga.

"Kau sedang mencoba untuk mengacaukan pikiranku lagi."

Gerakan Melody setelahnya mengafirmasi prasangka Kaal. Akan tetapi kali ini, ia ikut tertawa.

Kaal mengacak rambut Melody pelan sembari menggamit leher gadis itu untuk kembali berjalan. Mengamati sekitar, pikiran Kaal tidak bisa mengenyahkan memori bahwa dulu mereka sering menghabiskan waktu di sini.

Berlari berkejaran dalam naungan masa muda, ketidakpedulian apapun selain diri sendiri, dan pikiran sempit yang dibatasi oleh perihal yang kasat saja.

Sekarang, mereka berada pada tempat yang sama. Namun, mereka bukan lagi remaja, melainkan pasangan dewasa yang sedang menggantungkan hati pada satu sama lain demi masa depan yang tidak akan bisa tertangkap mata.

Fakta itu meninggalkan satu persamaan dan satu perbedaan.

Persamaannya adalah Melody masih menjadi sahabatnya—seseorang yang akan selalu dekat, yang menawarkan kenyamanan ketika orang lain tidak mampu, yang mengerti dirinya di samping seluruh kesalahpahaman di antara mereka.

"Hey, boleh aku menanyakan kalimat itu lagi?"

"Yang mana?"

"Yang selalu aku tanyakan kepadamu."

Melody mencoba mengingat, sebelum menyadari apa yang Kaal maksud.

"Ya, tentu."

"Melody Senja," gumam Kaal penuh harap.

"Apa kau masih mencintaku?"

Tidak dibutuhkan waktu lama bagi Melody untuk tersenyum, berjinjit menyejajarkan bibir dengan telinga Kaal, lalu membalas dengan kikikan pelan

"Ya, dan jawabanya akan selalu sama."

Sedangkan perbedaannya, mereka kini saling mencintai.

...***...

Tetapi tidak selamanya mereka bisa terhindar dari apa yang terkubur oleh permintaan maaf serta kata-kata manis. Permasalahan yang menjadi potensi keretakan masih menancap kuat.

Satu yang paling besar terjadi ketika setelah berhari-hari Kaal selalu pulang larut dan Melody dilanda kecurigaan namun tidak tersuarakan.

Awalnya, Kaal selalu percaya ketika gadis itu mengatakan tidak ada yang mengganggunya.

Akan tetapi lambat laun, ia mendeteksi perbedaan dari cara Melody memandangnya setiap kali ia pulang. Hingga akhirnya malam ini, semua rasa frustasi Kaal berkumpul. Ia mendapatkan sebuah tatapan yang berisi prasangka secara terbuka ketika memasuki ruang apartemen. Hal itu mungkin dipicu oleh bau alkohol yang menguar dari tubuhnya.

Namun Kaal bersumpah ia tidak sedang mengulang kesalahan terdahulu. Itu hanya sebuah pesta selebrasi yang ia adakan di kantor setelah menuntut jam kerja tambahan pada karyawannya ketika proyek yang menyita konsentrasi mereka akhirnya rampung hari ini. Kendati demikian, tidak ada komunikasi di antara ia dan Melody membuat kesalahpahaman terjadi. Apalagi ketika mereka memilih untuk tidak duduk dan membicarakan secara baik-baik, melainkan langsung memproses tuduhan.

"Jika kau terus bersikap seperti ini, aku akan angkat kaki sekarang juga." Ujar Kaal saat ia melihat pandangan menusuk Melody untuk yang kesekian kalinya.

Kaal tidak tahan dengan situasi ini, tetapi ia juga tidak pandai dalam menyelesaikannya. Maka dari itu, ketika Melody tidak kunjung memberi respon, Kaal segera bertolak ke arah pintu apartemen. Tepat saat tangannya meraih gagang pintu, ia baru mendengar suara dingin Melody memenuhi ruangan.

"Untuk apa kau pergi?" nada gadis itu rendah dan mengandung racun.

"Mencari jalang agar bisa kau gunakan malam ini?"

Kaal mendengus berang. Ia berbalik, kedua tangan berkacak pinggang dengan rasa tersinggung yang memuncaki kepala. Lalu bersama sirat mata yang memancarkan kilat amarah, ia membalas

"Untuk apa? Bukankah aku memilikimu?"

Melody bergeming, seakan tidak terpengaruh. Namun Kaal tahu pasti kalimat itu menyakiti lawan bicaranya. Hal itu terbukti ketika Melody mengalihkan pandangan ke lantai apartemen mereka.

Suara seseorang yang duduk terdengar semakin merendah saat bibirnya menggumam

"Jadi aku sama saja seperti mereka, benarkan?."

Kaal sontak tersulut.

"Kemari Melody Senja."

Dengan perintah tegas tersebut, Kaal mengedikan dagu—mengisyaratkan agar Melody berjalan ke depannya.

Gadis pendek itu tampak mencerna sejenak. Terdapat keengganan yang berenang di lensa matanya, tetapi aura kemarahan Kaal mengalahkan itu.

Melody hanya bisa menuruti lelaki itu.

"Terakhir kali kita melakukannya, itu bukan hanya sekedar rekan tidur, kita melakukannya dengan cinta Melody." Kaal memulai sesaat setelah Melody berdiri di hadapannya.

"Ada cinta yang terlibat untukmu, di suatu tempat, di tengah pengingkaran, prinsip, serta setumpuk kekuatan yang disiapkan hanya agar aku tidak jatuh kepadamu."

Ia menggertakkan gigi, sementara Melody perlahan memberanikan diri mendongak.

"Bukankah kau sudah melewatinya? Dan kau berjanji kau akan memberitahu jika ada yang salah."

Kaal menyibak rambut pelan saat menyadari bahwa intonasinya sudah terlampau tinggi. Lewat gerakan hati-hati, ia lantas meraih tangan Melody.

Ibu jarinya mengusap punggung tangan gadis itu lembut demi meyakinkan bahwa ia tidak berniat untuk bersikap kasar seperti saat ini.

Melalui perlakuan tersebut, Melody akhirnya bicara.

"Kau selalu pulang larut Kaal."

"Itu yang mengganggumu?" gerakan Kaal di punggung tangan Melody berhenti.

"Kenapa kau tidak bertanya?"

"Karena aku takut jawabanmu akan menyakitiku." Melody menjawab sambil menunduk, pandangannya mengintip takut dari sela-sela bulu mata.

Pada momen itu, Kaal baru menyadari seberapa besar trauma yang ia sebabkan dari semua kekacauan kemarin.

Apalagi ketika Melody kembali menambahkan

"Setiap malam kau selalu pergi mencari seseorang untuk kau ajak bersenang-senang, tapi kau mengabaikanku, seakan kau bosan denganku."

"Kau tidak menyentuhku setiap malam..."

"Apa kau pikir aku maniak?"

Melody tidak menjawab.

"Kemari Melody."

Kali ini, Kaal mengatakan itu dengan halus. Ia menuntun Melody menuju ke ruang tidurnya kemudian meminta gadis itu itu untuk duduk.

Di hadapan gadis itu, Kaal berlutut. Kedua tangannya masih menggenggam Melody untuk terus memberikan rasa tenang setelah pertengkaran yang baru saja terjadi.

"Bukannya aku tidak suka kita melakukannya setiap malam, Melody." Ungkapnya.

"Aku hanya tidak ingin menyakitimu, dan itu hanya tindakan gegabah dan tidak pikir panjang agar kepalaku tidak selalu terisi olehmu."

Kaal meraih dagu Melody. Posisinya berubah bersimpuh demi menyetarakan pandangan dengan gadis yang ada di depannya.

"Tapi dalam lubuk hatiku yang paling dalam, ini yang aku inginkan," Kaal mencium bibir Melody.

"Aku ingin menyentuhmu setiap saat, di setiap kali ada kesempatan."

Satu ciuman lagi didaratkan kali ini melibatkan lidah yang menerobos masuk. Tangan Kaal yang tadinya terjalin kini merambat ke pinggang, membimbing agar Melody merendah hingga tubuh gadis itu sepenuhnya bertemu ranjang.

Kaal merasakan napas berat Melody menerpa bibirnya kala jemarinya mulai menanggalkan pakaian mereka satu per satu.

"Aku ingin kita selalu terhubung, aku bahkan tidak ingin melepaskannya barang sedetik pun." Kaal memindahkan ciumannya menuju leher.

Menggigit kecil, lantas berubah rakus ketika Melody mendadak mencengkeram punggungnya.

"Aku ingin kau selalu merasakan cintaku didalam dirimu."

Kaal menarik Melody untuk sedikit bangkit sebelum melepas satu-satunya pakaian yang menghalangi tubuh nyaris telanjang mereka.

Dalam kesempatan itu, Kaal meminum banyak-banyak pemandangan gadis di depannya. Kulit putih yang hanya sekali terjamah—dan itu olehnya, bibir ranum yang semakin bengkak setelah ciuman mereka, serta pandangan tulus yang tidak pernah Kaal dapat dari orang lain.

Tanpa ragu, Kaal yakin ia sedang mabuk saat ini. Namun itu jelas bukan karena pengaruh alkohol yang ia minum di pesta tadi. Ia larut dalam perasaannya sendiri, Kaal mengambil tangan Melody lalu meletakannya ke dada—tepat di bagian jantung.

"Apa kau merasakannya?"

Melody yang bingung menatapnya dengan sorot bertanya-tanya.

Tetapi gadis itu mengisyaratkan bahwa ia sedang merasakan percepatan detak jantung Kaal yang tidak wajar.

"Jantungku selalu berdetak dua kali lebih cepat saat kau berada disekitarku."

Sorot Melody melembut, kemudian semakin melembut lagi saat Kaal menuntaskan kalimatnya.

"Dan ini terjadi hanya saat aku bersamamu Melody."

Suasana berubah senyap. Melody tampak berusaha bernapas di sela-sela air mata yang menuntut untuk tumpah.

Telapak tangan yang berada di dada Kaal terkulai lemah, dan Kaal mendapat dorongan untuk kembali mempertemukan bibirnya dengan Melody.

"Aku bersumpah ini hanya terjadi saat aku besamamu bukan dengan yang lain."

Melody menangis.

Namun kali ini, Kaal berharap tangisan Melody bukan disebabkan oleh kekacauannya. Ia berharap ia melakukan hal yang benar meskipun itu baru sekali.

Kaal membawa kepala Melody ke atas bantal, ia membubuhkan kecupan ke jengkal demi jengkal bahu Melody.

Kaal menikmati sensasi pertemuan kulit mereka, kaki Melody yang melingkar ke pinggangnya begitu kuat, dada yang saling bersentuhan begitu dekat. Kaal sungguh ingin bertahan dalam situasi seperti ini selamanya.

Tetapi malam tidak berniat membekukan waktu untuk mereka.

Maka Kaal memulai. Ia membuat Melody tetap tenang dengan hujan ciuman selagi jemari yang telah berlumur cairan berusaha masuk ke dalam gadis itu. Melody tampak menggigit bibir ketika telunjuk Kaal berhasil menyusup dan lenguhan lantas terdengar saat jari berikutnya mengikuti.

Kaal segera mempersatukan kening mereka, ia tidak ingin terburu-buru seperti waktu lampau. Ia juga ingin Melody menikmati setiap detik yang berlalu.

"Lakukan Kaal..." Tidak dibutuhkan jeda lama bagi Melody untuk meminta Kaal melanjutkan.

Dalam gerakan pelan, ia memenuhi permintaan gadis yang kini telah dibasahi peluh.

"Ahh Kaal...."Kaal benar-benar memanfaatkan waktunya meregangkan jarinya di dalam, menusuk lambat, hingga desahan yang dihasilkan Melody berubah menjadi isyarat bahwa gadis itu telah siap.

Dan mungkin saat ini bukan momen yang tepat, namun ketika ia bersiap menempatkan diri, ada rasa kagum yang tidak terbendung untuk Melody.

"Apa kau merasakannya Melody?"

...TBC...

1
Mimin Mimin
update lagi
Withlove9897_1: hari ini update kok🙂‍↔️🙂‍↔️🫠🫠🫠
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!