NovelToon NovelToon
Gadis Bar-bar Dilamar Ustad

Gadis Bar-bar Dilamar Ustad

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: uutami

kisah cinta seorang gadis bar-bar yang dilamar seorang ustadz. Masa lalu yang perlahan terkuak dan mengoyak segalanya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon uutami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 4

Adiba menatap Satria. Ia terus mengkode Satria agar jangan sampai terlalu jujur yang berujung mempermalukan dirinya di depan sang bapak. Beberapa kali Adiba berkedip, sayangnya, Satria seperti sengaja tak melihat ke arahnya. Adiba bahkan sempat melihat Yanto yang nyengir melihat dirinya yang seperti orang sakit mata.

Udah dongkol setengah mati, Satria sama sekali tidak perduli. Huh!

"Rumah Mas Satria jauh loh dari sini. Apa Adiba ada main ke sana?" selidik pak Mus melirik kecil pada anak gadisnya. Ia paling tau sifat Adiba, apalagi Adiba sudah menentang keras. Apalagi yang mungkin dilakukan oleh Adiba selain berkompromi dan melabrak.

"Ck!" Adiba bercih, pak Mus menoleh. Nampak sekali wajah kesal Adiba."Kamu kenapa, sih?" omel pak Mus, "Ayah lagi bicara sama Mas Satria kok kamu malah nggak sopan." Seketika Adiba bungkam. Ingin sekali ia mendekte Satria. Tapi, apa daya yang bersangkutan malah tidak peka. Mungkin.

Pak Mus memindai anak bungsunya."Itu, jaket siapa?" Merasa tak pernah melihat jaket yang Adiba pakai.

"Aaahh, sial, kok bisa sih aku lupa lepas jaket Mas Satria," omel Adiba dalam hati meruntuk.

"Tadi ketemu di jalan, pak," jawab Satria lembut, membuat pak Mus berpindah padanya.

"Jalan mana? Rumah mu jauh loh, Sat dari sini." Pak Mus makin heran.

"Di sana, pak," jawab Satria ambigu menunjuk arah tak jelas."Tadi pas kebetulan Adiba sama temannya kena ban bocor. Saya juga baru selesai nambalin ban teman. Jadi skalian gitu."

"Oohh," pak Mus ber-oh ria. "Ya inilah, yang disebut jodoh." Pak Mus tersenyum lebar menoleh memandang anak gadisnya,"Diba."

"Hiihh, Ayah!" Adiba mendelik pada pak Mus yang terkekeh. Dan Satria justru mengulas senyum.

"Karena udah mau masuk magrib skalian kami kawal mereka balik," jelas Satria, tanpa ada maksud berbohong hanya tidak menyampaikan beberapa bagian karena ia sudah melihat kegelisahan Adiba."Enggak baik membiarkan anak gadis keluar diwaktu pergantian malam."

"Nah, begini ini nih, laki-laki yang bener, Diba," cetus pak Mus mulai menasehati Adiba."Nganter sampai rumah, temui bapaknya, dipasrahin sama keluarga. 'Nih, anaknya udah slamat sampai rumah.' Bukan malah berhenti di gang sana. Tinggal balik."

Adiba tau, pak Mus sedang menyindir Arga kekasihnya. Arga memang biasa hanya mengantar Adiba sampai belokan gang rumah. Dan dihari lamaran itupun, Arga tidak sampai depan rumahnya. Langsung pergi begitu aja.

Setelah berbasa-basi sebentar, Satria dan Yanto berpamitan karena tak ingin pulang kemalaman.

"Hati-hati ya, Mas Satria, Mas Yanto. Makasih udah nganter anak gadis bapak sampai rumah dengan selamat, utuh nggak kurang apapun," ucap pak Mus di ambang pintu setelah para tamunya menyalami."Walau bandel, Diba tetap anak Bapak yang paling berharga."

Adiba berdiri di samping pak Mus sedangkan bu Sawitri merangkul anak gadisnya itu.

"Enggeh, Pak. Makanya kami antar sampai rumah, memastikan Diba aman tanpa kurang satu apapun di jalan dan sampai di tempat yang benar. Rumah," balas Satria tetap santun dan senyum. Pria itu lalu memasang helm-nya. "Kami pamit, Pak. Buk."

"Iya, makasih ya nak. Hati-hati di jalan," pesan bu Sawitri.

Setelah melepas kepergian Satria dan Yanto. Adiba masuk ke kamarnya dan melepas jaket,"Lah, jaketnya mas Satria malah lupa nggak dibalikin skalian." Adiba bergumam menatap jaket hitam yang kebesaran itu. Ia mendesah pelan, "Kalau begini, Ayah sama Bunda pasti makin suka sama Mas Satria. Duuh, gimana nih?" gerutu Adiba mengacak rambutnya pusing.

Adiba mengambil handphonenya, sejak beberapa hari yang lalu, Arga memang belum menghubunginya lagi. Aneh memang,tapi beberapa pesannya memang tidak terkirim. Awalnya, Diba pikir Arga memblokirnya karna suatu alasan. Nyatanya, ia menggunakan nomor lain pun. Nomor Arga tak bisa dihubungi. Akhirnya, Diba pasrah saja.

Saat Adiba tengah memikirkan Arga, tiba-tiba saja ada nomor masuk, entah milik siapa, tapi Adiba angkat juga. Berharap itu Arga. Benar saja, dari panggilan Vidio masuk itu tampak Arga. Adiba tersenyum senang, ia merapikan rambutnya berkaca sebentar. Hanya untuk memastikan penampilannya sempurna.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikum salam, Diba." Wajah tampan Arga yang segar tampak terpampang di sana. Sepertinya pria itu habis mandi, terlihat masih ada handuk yang bertengger di pundaknya."Maaf ya, hpku rusak, jadi nggak bisa hubungin kamu. Ini juga terpaksa aku pake nomor baru.” Penjelasan dari arga itu cukup untuk Adiba bernfas lega.

“Iya, nggak papa. Aku ngerti kok. Tapi, aku cemas aja sama kamu. Nggak ada kabar sama sekali,” keluh Adiba.

Arga nyengir,“Iya, maaf, Sayang. Kamu Lagi apa?"

"Mau tidur aja, kamu abis mandi?" Adiba tak bisa menahan senyuman melihat wajah sang kekasih.

"Iya nih, gerah," ucap Arga menyugar rambutnya yang masih basah.”Abis olah raga.”

Dahi Adiba mengernyit heran,”Malam-malam gini olah raga?”

"Hehehe, iya,” sahut Arga menggaruk belakang kepalanya,” Ada Bu Dhe datang dari Palembang sama sepupuku juga. Terus tadi ngajakin main basket,”jelas Arga salah tingkah."Eeh, besok kamu ada acara, nggak?"

"Besok? Enggak sih," jawab Adiba tanpa sadar memilin rambutnya sendiri.

"Main yuk, Yang, ke mana gitu." Arga mengajak.

Mendengar ajakan Arga, Adiba ingin bersorak dan berjingkrak saja rasanya. Tapi ia harus segera memberi jawaban untuk Arga.

"Ayok."

Suara pintu kamar Diba yang diketuk membuat Diba menoleh, "Eeh, itu keknya Bunda ketok pintu deh," cetus Diba setelah mendengar suara bu Sawitri dari balik pintu.

"Ya udah, nanti lagi ya, aku tutup dulu telponnya." Suara Arga dari sebrang sana membuat Adiba tertegun. Baru sebentar mereka Vidio Call-an sudah mau udahan. Padahal Adiba masih kangen.

"Eh? Kenapa?" tanya Adiba keberatan.

"Nggak enak sama Bunda."

"Uumm, ya udah deh," ujar Adiba pasrah. Setelah panggilan berakhir, Adiba membuka pintu.

"Kamu lagi ngapain Diba? Kok sampai dikunci segala kamarnya?" tanya bu Sawitri di depan pintu.

"Kenapa Bunda?" sahut Adiba dengan malas berbalik dan duduk di atas ranjangnya. Membiarkan bu Sawitri menyusul masuk.

"Kamu tadi telponan sama siapa?" celetuk bu Sawitri, membuat Adiba gelagapan. Ia memang belum bercerita tentang ia yang berpacaran dengan Arga.

"MMM, sama teman, Bun."

"Teman siapa? Bunda dengar kek suara laki-laki." Bu Sawitri makin mengernyit mendengar jawaban anak gadisnya.

"Itu..." Adiba menggaruk belakang telinganya yang tidak gatal. Ia bingung harus bagaimana, dan akhirnya memutuskan untuk jujur saja. Mungkin jika ia jujur, sang bunda akan membantu. "UMM,, sebenarnya, yang tadi itu Arga Bun, pacar Diba."

"Pacar?" alis bu Sawitri bertaut.

"Iya, pacar Diba. Sebenarnya, Diba udah punya pacar. Makanya Diba nggak mau sama Mas Satria. Diba menolak, tapi, Ayah sama Bunda malah menerima," keluh Adiba cemberut.

"Oohh, begitu. Kamu nggak pernah bawa pacar kamu ke rumah. Dan lagi, Bunda sama Ayah nggak tau seperti apa anaknya."

"Makanya Bunda..." keluh Diba dengan nada manja.

"Kamu ada fotonya nggak, coba Bunda lihat."

Adiba mengambil gawainya. Lalu membuka galeri dan menunjukan foto Arga.

"Ganteng," ungkap bu Sawitri.

"Dia dulu ketos Bun, kapten basket juga. Pokoknya keren deh!" sahut Diba mengompori.

"Ini yang biasa ninggalin kamu di gang depan?"

"Eehh, kok ninggalin sih, bun?" protes Adiba cemberut.

"Terus apa dong? Kalau nganter, kan, harusnya nyampe rumah kek Satria tadi," ujar Bu Sawitri lembut, "Temui orang tuanya. Dipasrahin."

Adiba cemberut, sang bunda mengulas senyuman dan mengusap kepala anaknya, sayang.”Udah berapa lama kamu sama Arga pacaran?"

"Udah lama sih, Bun. Dua tahun, sejak Diba kelas sepuluh akhir. Yang jelas kami udah kenal lama banget, nggak kek Mas Satria itu. Tau-tau aja nglamar!" jawab Adiba diakhiri dengan menggerutu.

"Diba, menikah itu, sekali dalam seumur hidup. Harapannya. Jadi, dalam memilih pasangan, kita jangan hanya melihat dia ganteng, dia keren, dia duwitnya banyak. Tetapi juga lihat bagaimana sikap dan perilakunya, bagaimana akhlak dan agamanya, dari lingkungan keluarga yang bagaimana. Bunda dan Ayah menerima lamaran Satria karena kami tau dari keluarga yang seperti apa mereka dan bagaimana Satria. Tidak baik menolak lamaran dari pria baik seperti Satria," tutur Bu Sawitri memberi pengertian pada anak gadisnya.

"Tapi, Bun..." Adiba masih mencoba menolak.

"Diam, dulu." Bu Sawitri masih belum selesai tapi sudah mau disanggah oleh Adiba, bocah 18 tahun itu menutup mulutnya rapat-rapat."Bunda akan coba kasih Arga kesempatan. Pertama, suruh dia main ke rumah. Biar Bunda nilai seperti apa Arga. Bunda akan mempertimbangkan, karena kamu bilang dia kekasihmu. Kalau dia tidak sama atau setidaknya mendekati sikap Satria. Bunda dan Ayah akan tetap menerima dan melanjutkan lamaran dari Satria."

Adiba mengangguk, setidaknya ia hanya perlu membujuk Arga untuk sekedar bertemu dengan bundanya. Toh, besok juga mereka akan bertemu dan main.

“Dan kamu harus setuju.”

1
yuning
Alhamdulillah, semua baik baik saja
Tami Tami
semoga satria bener2 jadi suami setia hanya ada adiba seorang dihati
yuning
mbak Novi ayu, Adiba imut tenan 🌷
Tami Tami
cantik dan tampan tuh q suka dengan visual satrianya
Tami Tami
yaaah digantung dech sama kakak author nya udah penasaran jadi tambah penasaran 😂😂
Tami Tami
boleh tp ragu juga takut sakit 😁😁jangan bilang kamu mahu unboxing adiba satria hehehe to kalau adiba siap ndak apa2 ngikut kakak author aja dech 😁
Tami Tami: kasih donk kak kasihan satria memendam hasrat pasti lebih sakit atas bawah 😂😂
Cinta_manis: kasih unboxing nggak ka😆
total 2 replies
yuning
boleh banget dong 😁
yuning: sekarang aja , kalau kelamaan nanti basi 😁
Cinta_manis: 😆😆😆 unboxing sekarang apa nanti aja nih?😆
total 2 replies
Tami Tami
satria udah mulai jatuh CINTA tuh sama adiba
Cinta_manis: dua-duanya ka😆
total 1 replies
yuning
agak bingung ,part nya
yuning: gitu ya 😁
Cinta_manis: 😆😆😆 mungkin karena latarnya di kolam lagi ka😆 makanya jadi kayak Dejavu
total 4 replies
yuning
good job faraz
yuning: udah pro 😁
Cinta_manis: hihi, udah mulai bisa diajak sekongkol tuh Faraznya😆😆
total 2 replies
Tami Tami
ternyata yang nolong faras waktu tenggelam adiba mungkin adiba udah lupa kalau pernah nolong anak kecil yang tenggelam didanau
Cinta_manis: biar nanti makin terkuak
total 1 replies
Tami Tami
semoga tidak ada pelakor, jangan2 novi CINTA pertamanya satria semoga satria tidak Alan berpaling dari adiba mrskipun belum ada cinta
Cinta_manis: semoga aja, ya ka🥰 makasih buat komennya🥰
total 1 replies
Tami Tami
bagus q suka dengan ceritanya
Cinta_manis: makasih Kaka🥰 udah ninggal jejaknya🥳
total 1 replies
yuning
kejutan lagi, ternyata eh ternyata ,novi adalah .....
yuning: kekasih hati ustadz satria 🥴
Cinta_manis: hihi, apa hayo
total 2 replies
Brams 1999
ini ada lanjutan y lg gk min
Cinta_manis: ada ka, nanti. masih baru nih🥰 makasih udah ninggalin jejaknya🥰
total 1 replies
yuning
ciuman pertama, gagal pisan,kok lucu bayanginnya 😁
Cinta_manis: wkwkwk
total 1 replies
yuning
pengen aku bejek bejek tu mulut novi 😡
yuning: emosi aku
Cinta_manis: hahaha, sabar ka😆
total 2 replies
yuning
semoga faraz gak po po
Cinta_manis: semoga ya, ka😆
total 1 replies
yuning
sa ae si Gus 😁
Cinta_manis: biar nggak ngambek terus tuh bini😁
total 1 replies
yuning
siapa tuh
yuning: amiiiin
Cinta_manis: moga bukan pelakor ya, kak🥰
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!