Ketika dunia manusia tiba-tiba terhubung dengan dimensi lain, Bumi terperangkap dalam kehancuran yang tak terbayangkan. Portal-portal misterius menghubungkan dua realitas yang sangat berbeda—satu dipenuhi dengan teknologi canggih, sementara lainnya dihuni oleh makhluk-makhluk magis dan sihir kuno. Dalam sekejap, kota-kota besar runtuh, peradaban manusia hancur, dan dunia yang dulu familiar kini menjadi medan pertempuran antara teknologi yang gagal dan kekuatan magis yang tak terkendali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rein Lionheart, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30. Kekuatan yang Teruji
Matahari semakin tinggi, sinar merah keemasan mengintip melalui celah-celah bangunan yang hancur, mengiluminasi medan pertempuran yang sepi. Suasana terasa mencekam. Kael berdiri tegak, tubuhnya dilapisi oleh armor Vanguard-9, siap menghadapi apa pun yang datang. Di hadapannya, Arkemis berdiri dengan pose penuh wibawa, matanya yang tajam menatap Kael dengan rasa jijik, seolah-olah dia sudah tahu bahwa pertempuran ini hanya akan berakhir satu cara: dengan Kael yang jatuh.
Pasukan humanoid yang berada di belakang Arkemis mulai bergerak maju, langkah mereka teratur dan penuh kepercayaan diri. Mereka mengenakan pelindung yang tampak lebih primitif dibandingkan dengan Vanguard-9, namun memiliki teknologi yang memadai untuk melawan Kael. Setiap langkah mereka terdengar menggema, menambah ketegangan yang semakin meningkat. Kael tahu bahwa mereka bukan hanya pasukan biasa. Mereka dilengkapi dengan senjata energi, pelindung yang kuat, dan teknologi yang dirancang untuk menandingi kekuatan luar biasa.
Namun, Kael tidak gentar. Meskipun tubuhnya masih terasa kaku setelah berbulan-bulan tanpa artefak, ada sesuatu dalam dirinya yang membara—sesuatu yang tak bisa dihentikan oleh siapa pun. Dia mengangkat tangan kanan, mengaktifkan sistem pengendalian di dalam armor. Sebuah suara rendah terdengar, menandakan bahwa energi dari Vanguard-9 telah stabil, siap untuk digunakan.
Pertarungan Dimulai
Tanpa peringatan, Arkemis mengangkat tangannya, memberi isyarat pada pasukannya untuk maju. Beberapa humanoid langsung menyerbu, melepaskan tembakan energi yang berdesing lewat di udara, memecah keheningan. Kael dengan cepat mengaktifkan perisai energi yang ada di lengannya. Sebuah gelombang biru terang muncul, menyelubungi tubuhnya dan memantulkan sebagian besar serangan yang datang. Meski tembakan-tembakan itu memecahkan beberapa reruntuhan di sekitar, Kael tetap tak tergoyahkan.
Dengan cepat, Kael menggerakkan lengan kirinya, menggunakan servo-armornya untuk menghindari serangan berikutnya. Pasukan musuh semakin mendekat, tetapi Kael tak ragu. Ia melompat ke arah pasukan dengan kekuatan yang memungkinkannya bergerak secepat kilat. Dalam sekejap, ia berada di tengah-tengah kelompok humanoid, menghindari tembakan dan meninju salah satu dari mereka dengan kekuatan yang cukup untuk membuat tubuhnya terlempar beberapa meter. Saat musuh lain mencoba menyerangnya dari samping, Kael dengan gesit memutar tubuhnya, menghindari serangan dan merespons dengan tendangan yang menghancurkan pelindung mereka.
Namun, meskipun Kael berhasil menumbangkan beberapa musuh, dia merasakan kelemahan dalam dirinya. Vanguard-9 tidak sesempurna yang dia harapkan. Sistem servo yang dirancang untuk meningkatkan kecepatan dan kekuatan terkadang terasa sedikit tidak seimbang, membuatnya hampir terjatuh setelah setiap pergerakan cepat. Kael tahu bahwa armor ini masih jauh dari sempurna, dan jika ia tak berhati-hati, kecepatan yang meningkat itu justru bisa menjadi kelemahan.
Arkemis melihat pergerakan Kael dengan penuh perhatian, seolah mengamati setiap langkahnya. Dia tidak terburu-buru. “Kamu memang pandai, Kael,” kata Arkemis dengan suara serak dan penuh kebencian. “Namun, tanpa kristal itu, kamu hanyalah manusia biasa yang memanfaatkan teknologi yang tidak pernah benar-benar kamu pahami.”
Kael menyeringai, meski ada kegelisahan di dalam hatinya. “Aku lebih dari itu, Arkemis. Aku akan membuktikan bahwa aku bisa bertahan tanpa keajaiban yang pernah kamu berikan."
Setelah beberapa saat bertarung melawan pasukan musuh, Kael akhirnya menghadapi Arkemis yang sudah bergerak maju. Sosok itu berdiri di hadapannya dengan angkuh, dengan senyum yang tak terhapuskan di wajahnya.
"Jangan kira armor itu akan membuatmu menang, Kael," kata Arkemis. "Kekuatan sejati datang dari dalam. Kamu hanya bersembunyi di balik teknologi."
Kael menatap Arkemis dengan penuh tekad, tidak tergoyahkan. “Kekuatan dari dalam?” jawabnya sambil menggeser posisi tubuhnya, bersiap untuk menghadapi musuh terbesarnya. “Yang kutahu, kekuatan sejati adalah keberanian untuk bangkit kembali, bahkan setelah kehilangan segalanya.”
Tanpa peringatan, Arkemis meluncurkan serangan besar dengan tangannya. Gelombang energi yang luar biasa kuat meluncur ke arah Kael, menghancurkan tanah di sekitarnya. Kael mengangkat tangan kiri dan mengaktifkan perisai energi dari Vanguard-9, yang menyerap sebagian besar energi yang datang. Namun, serangan itu masih cukup kuat untuk membuat Kael terhuyung mundur beberapa langkah. Armor itu berderak, dan Kael merasakan getaran yang mengganggu stabilitasnya.
Dia memfokuskan energi, berusaha menstabilkan tubuhnya, dan kemudian melesat ke arah Arkemis. Dengan kekuatan yang lebih besar, dia meninju tubuh Arkemis dengan kekuatan penuh, menghasilkan ledakan suara yang memekakkan telinga. Arkemis tersentak mundur, namun hanya sebentar. Ia dengan cepat mengaktifkan pelindung yang menyerap sebagian besar serangan Kael. “Kamu pikir ini akan berakhir dengan mudah?” katanya dengan nada mencemooh.
Kael tidak menjawab. Dia tahu, ini bukan hanya tentang kekuatan fisik atau teknologi semata. Ini adalah tentang tekad dan keberanian. Saat Arkemis bergerak maju untuk menyerangnya lagi, Kael merasakan kekuatan dalam dirinya—bukan dari armor atau senjata, tetapi dari semua penderitaan dan pelajaran yang telah dia alami. Ia tidak akan menyerah.
Kael memusatkan energi dalam tubuhnya, merasakan setiap sendi dan otot bekerja bersama dalam harmoni dengan Vanguard-9. Dalam sekejap, dia meluncur dengan kecepatan tinggi, menghindari serangan Arkemis dengan mudah. Ketika dia berada tepat di hadapan Arkemis, Kael mengangkat kedua tangannya, lalu menghantamkan serangan terakhir yang luar biasa kuat. Sebuah gelombang energi yang menggelegar memancar dari Vanguard-9, menghantam Arkemis dengan dahsyat, menumbangkannya ke tanah.
Kael terengah-engah, berdiri dengan tubuh yang masih sedikit gemetar, namun merasakan kemenangan. Di hadapannya, Arkemis terjatuh, tubuhnya terbakar oleh serangan yang terakhir. Pasukannya yang tersisa pun mundur, mengetahui bahwa mereka tidak lagi memiliki harapan.
Kael menatap Arkemis yang terbaring, napasnya tersekat di dada. Meskipun kemenangan ini terasa seperti sebuah pencapaian besar, ada perasaan yang lebih dalam yang menggelayuti hatinya—apakah ini benar-benar akhir dari semua kekerasan ini?
Ceryn mendekat, melihat keadaan Kael dan Arkemis. "Kau menang," katanya dengan lembut, namun ada kegelisahan di matanya. "Tapi ini baru permulaan. Banyak ancaman lain yang akan datang."
Kael menunduk, memikirkan kata-kata Ceryn. "Aku tahu," jawabnya. "Namun, aku tidak akan berjuang sendirian lagi."
Dengan Vanguard-9 di tubuhnya, Kael merasa siap untuk menghadapi apa pun yang datang. Dia tahu, pertarungan ini adalah langkah pertama menuju masa depan yang baru—sebuah dunia di mana keberanian dan tekad bisa mengalahkan segala hal. Dan untuk pertama kalinya, Kael merasa bahwa, meskipun tanpa artefak kristalnya, dia benar-benar menjadi sang pahlawan yang dia cita-citakan.