NovelToon NovelToon
Kehidupan Penuh Luka

Kehidupan Penuh Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Selingkuh / Cerai
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Clara

Kehidupan memang penuh lika-liku. Itulah yang terjadi pada kisah kehidupan seorang gadis cantik yang merupakan putri seorang pengusaha kaya raya. Namun hidupnya tidak berjalan semulus apa yang dibayangkan.

Jika orang berpandangan bahwa orang kaya pasti bahagia? Tapi tidak berlaku untuk gadis ini. Kehidupannya jauh dari kata bahagia. Ia selalu gagal dalam hal apapun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

...𝙰𝚔𝚞 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚙𝚎𝚛𝚗𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚎𝚜𝚊𝚕 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊𝚒𝚖𝚞...

...𝓓𝓮𝓿𝓪𝓷𝓒𝓱𝓪𝓷𝓭𝓻𝓪 𝓔𝓻𝓵𝔂𝓸𝓼...

Arlla melangkah perlahan memasuki ruangan yang begitu membuat dirinya penasaran. Matanya memindai sekeliling ruangan itu dengan intens. Banyak sekali foto yang terpasang di dalam ruangan itu termasuk fotonya. Arlla mendekati foto itu dan melihat sebuah tulisan kecil yang tertulis di bingkainya.

I Love you more

Kini Arlla pindah ke foto lain dimana foto sebuah keluarga dengan bingkai berukuran cukup besar. Ada sepasang suami istri dengan seorang anak kecil laki-laki yang sangat tampan. Namun di foto itu tidak ada satupun yang tersenyum.

Lucu ya bisa foto keluarga bareng batin Arlla dan tersenyum miris mengingat dirinya yang tak pernah ada di foto keluarga.

Devan ikut masuk ke dalam ruangan itu dan mulai menyalakan lampu yang semula padam. "Kenapa gak dinyalain lampunya?" tanya Devan dan kembali menutup pintu.

"Aku kan gak tau tempat saklarnya dimana" gerutu Arlla

"Ini foto keluarga kamu ya" tebak Arlla dan dibalas anggukan oleh Devan.

"Cakep juga ya waktu kecil" puji Arlla

"Sampe gede juga makin cakep" ucap Devan

"Ini mama dan papa kamu?" tanya Arlla sembari menoleh menatap Devan yang ada di belakangnya.

"Iya"

"Terus sekarang dimana mereka?" tanya Arlla

"Meninggal karena kecelakaan mobil" jawab Devan.

"Sejak kamu kecil?" tebak Arlla

"Engga"

"Waktu aku SMA mereka meninggal" ucap Devan

"Aku kira kamu nyimpen cewek lain disini" gurau Arlla

"Ngedapetin hati kamu aja gak bisa-bisa apalagi cewek lain"

"Berarti kamu tinggal sendiri setelah mereka gak ada?" tanya Arlla

"Iya"

"Ini foto kamu waktu kecil?" tanya Arlla menunjuk sebuah foto yang ada di bingkai kecil.

"Kenapa sampai babak belur gini?"

"Dihajar habis-habisan sama papa" Arlla menoleh dengan cepat saat mendengar hal itu.

Devan mengangguk saat melihat wanitanya itu tampak terkejut atas apa yang ia dengar.

"Kenapa?"

"Dulu papa sangat mencintai mama"

"Sangat besar cintanya papa ke mama sampai suatu hari papa tau kalau mama selingkuh sama orang lain"

"Papa marah besar tapi dia gak bisa marah ke mama. Dia lampiaskan emosinya ke aku"

"Mukul, marah, bentak, bahkan gak jarang juga kekerasan fisik"

"Dulu aku juga punya adik"

"Namanya Davin"

"Kembar?" tanya Arlla dan dibalas anggukan kepala oleh Devan

"Akibat dari kekerasan yang dilakuin papa ke aku ngebuat aku jadi trauma. Sampai akhirnya aku dulu dorong adik aku sendiri ke jalan raya karena dia gangguin aku waktu emosi aku gak stabil. Dia ketabrak mobil dan gak selamat"

"Padahal dia juga punya trauma yang sama kaya aku"

"Kecelakaan mama dan papa juga terjadi di depan mataku sendiri"

"Itu sebabnya kenapa sekarang aku semakin takut kehilangan orang yang aku sayang"

"Sikap aku yang cepet berubah itu karena gangguan mental yang aku punya"

Devan mendekap tubuh Arlla dengan erat menyalurkan rasa sakit di hatinya mengingat mass kecilnya yang juga tidak pernah mengenal kata bahagia.

"Aku minta maaf kalau aku pernah menyakiti kamu" ucap tulus pria itu.

Devan membenamkan wajahnya di ceruk leher Arlla. Bahunya bergetar menahan tangis yang tak pernah ia tunjukkan kepada siapapun.

"Kamu boleh peluk aku sepuasnya kalau kamu butuh" ucap Arlla dan membalas pelukan Devan dengan erat.

"Aku hampir mati bunuh diri" ujar Devan membuat Arlla sedikit terkejut.

Tubuh yang kekar dan besar membuatnya mengira jika Devan sekuat itu. Namun ternyata ia pun diterpa masalah yang begitu besar sedari kecil. Siapapun tidak akan tau karena lelaki itu pintar menyembunyikan laranya seorang diri.

"Jika aku gak bertemu kamu, mungkin sekarang aku sudah mati" ucap Devan bersyukur dirinya dipertemukan gadis yang membuatnya jatuh hati hingga bisa bertahan sampai sejauh ini.

"Mulai sekarang jangan berpikiran hal buruk itu lagi" ucap Arlla

"Tidak akan. Selama kamu ada di sisiku"

Arlla mengurai pelukannya dan menatap pada sudut ruangan dimana sebuah senjata di simpan dengan rapi. "Itu senjata milik siapa?" tanya Arlla.

"Papa"

"Senjata yang hampir membuat nyawaku melayang" ucap Devan dengan tersenyum getir. Arlla tidak bisa membayangkan bagaimana Devan kecil dulu yang bisa bertahan hingga sejauh ini meskipun sudah berulang kali merasakan ketakutan berhadapan dengan senjata seperti itu.

Mungkin kisah hidup Devan tidak jauh berbeda dengan dirinya. Namun setidaknya siksaan yang ia dapatkan dari papanya hanyalah kekerasan fisik. Dan mungkin kata-kata pria itu juga sudah membunuh mentalnya di waktu kecil. Tetapi ia tidak pernah dihadapkan pada senjata api seperti itu.

"Kita gak tau takdir kita ke depannya bagaimana. Kita juga tidak pernah tau apa yang akan terjadi di hari selanjutnya bukan?"

"Itu sebabnya aku selalu meminta pada Tuhan agar membuatmu selalu di sisiku"

"Huekkk" Arlla berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan seluruh isi perutnya di wastafel.

Devan berlari mengejar wanita itu dengan perasaan khawatir. "Kamu salah makan?" tanya Devan cemas. Lelaki itu membantu mengikat rambut Arlla agar tidak menjuntai ke bawah.

"Aku akan panggil dokter" ucap Devan dan mengambil ponselnya menghubungi seorang dokter kenalannya yang berada di London.

"Bisa kau datang sekarang?" pinta Devan

"Baiklah" Pria itu menutup sambungan teleponnya setelah mendapat jawaban dari sang dokter. Tubuh Arlla lemas seketika dan lututnya lemas.

Dengan sigap Devan menggendong tubuh kecil itu masuk ke dalam kamar dan membaringkannya di atas ranjang. "Minum dulu" Segelas air Devan berikan pada Arlla dan diteguk oleh wanita itu hingga habis tak tersisa.

"Butuh sesuatu?" tanya Devan

Arlla menggelengkan kepalanya dan membaringkan tubuhnya membelakangi Devan. "Kepalaku pusing" ucap Arlla mengadu. Devan langsung memijat kepala wanita itu setidaknya agar bisa meredakan pusing di kepalanya.

"Kamu habis makan apa?"

"Kamu ada salah makan?"

"Aku cuma makan salad buah yang kamu buat tadi" ucap Arlla

"Apa kamu gak cocok makan salad?" tebak Devan. Ia merasa sedikit menyesal telah membuatkan wanita itu salad buah hingga membuat Arlla muntah-muntah seperti tadi.

"Lidahku gak sekampungan itu sampe muntah cuma gara-gara makan salad buah" ketus Arlla yang mendadak menjadi sensi.

"Tunggu, sekarang tanggal berapa?" tanya Arlla

Devan menoleh pada kalender duduk yang ada di atas nakas sejenak. "Tanggal 12"

"Kalau dari hitungan, aku udah telat sih" gumam Arlla

"Apa jangan-jangan.... "

"Aku gak boleh nebak-nebak"

"Mas, dokter yang kamu telfon tadi kesini kan?" tanya Arlla.

"Iya, dia masih perjalanan kesini kok"

"Emang disini ada rumah sakit ya?" tanya Arlla.

"Gak ada" Kedua alis Arlla saling bertaut mengernyit mendengar jawaban Devan.

"Terus itu dokter dari mana?"

"London. Aku suruh dia kesini pake helikopterku" ucap Devan

"What?"

1
Akhmad Soimun
Coba aah Ramaikan, kayaknya bagus..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!