Cinta Di Musim Semi

Di area parkir, terlihat Kayle sedang berdiri di samping mobil nya dengan perasaan gelisah, dan cemas tak karuan sebab sudah hampir 2 jam Anna masih juga belum kembali.

Bagaimana jika saat ini Anna sedang berkeliaran di area makam tanpa tahu kemana arah pulang, ataukah ia masih belum berhasil menemukan makam kekasihnya itu, yang membuatnya frustasi kemudian hanya terdiam sembari menunggu seseorang yang dapat menuntunnya kembali pulang.

Pikiran-pikiran negative itu semakin menguasai dirinya, terlebih ponsel Anna yang tidak bisa dihubungi semakin membuatnya tak bisa untuk berdiam diri dan menunggu Anna tanpa melakukan apapun.

Setelah pertimbangan yang cukup matang, akhirnya Kayle memutuskan untuk bergegas mencari Anna ke area makam dengan langkah panjang serta pandangannya yang ia arahkan ke seluruh penjuru.

Namun belum sempat ia memasuki area makam, matanya sudah lebih dulu menangkap seorang wanita yang tengah berjalan sembari mengamati hal sekitar dengan raut wajah seriusnya.

Tanpa disadari sebuah senyuman terukir di wajah tampan Kayle sebagai ungkapan rasa bahagianya karena feeling buruknya 100% salah, Anna baik-baik saja.

Ia pun lantas mempercepat langkahnya dan langsung saja menarik lengan Anna dan membawanya ke dalam dekapannya.

Hal itu tentu saja membuat dahi Anna berkerut heran.

“Syukurlah kak Anna baik-baik aja,” gumam Kayle yang masih belum menyadari tindakan lancangnya saat ini.

“Bisa kau lepaskan aku dulu, aku gak bisa nafas,” keluh Anna seraya mencoba melepaskan diri dari tubuh besar Kayle.

“Ahh I … iya, maaf,” racau Kayle dengan nada canggungnya, ia pun melepaskan tubuh Anna dan sedikit menjauh untuk memberi jarak.

“Memangnya apa yang kau pikirkan? Tentu aku akan baik-baik aja, memangnya aku pergi untuk berperang,” protes Anna dengan nada ngegas nya kemudian berjalan lebih dulu meninggalkan Kayle menuju mobil.

“Hahhaha! (tapi setidaknya celetukan Anna itu bisa membuat suasana kembali mencair diantara keduanya, dan untunglah Anna tidak memiliki pikiran berlebihan, seperti mencurigai perasaan Kayle yang mulai tumbuh untuk nya)

Kak Anna bisa aja!” timpal Kayle seraya menyenggol bahu Anna hingga membuatnya sedikit terlempar.

“Yak!” bentak Anna yang hampir aja terjatuh.

“Eeehh sorry, sorry! (ujar Kayle seraya memegangi lengan Anna) Hahhaaa! Aku gak bermaksud, lagian kak Anna letoy banget sih, udah kayak pisang goreng tanduk aja,” ejek Kayle di sela pekikan tawanya.

“Aiishh! Sial! (umpat Anna seraya menepis lengan Kayle kasar) siapa yang gak akan goyah coba, kalau kau di tabrak titan!” Anna membalas mengejek Kayle dengan diakhiri juluran lidah.

“Titan?! Yak! Berani sekali kau mengataiku titan!” geram Kayle yang lalu mempercepat langkahnya untuk menyusul Anna yang sudah hampir sampai di mobil.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sementara itu, jauh di ujung sana, terlihat Bastian dan temannya Matthias sedang berdiri memperhatikan kemesraan dan kehangatan yang terjalin antara Anna dan seseorang yang tidak terlalu jelas terlihat wajah nya oleh keduanya, lantaran mereka hanya bisa melihat punggung lebarnya saja.

Namun 1 yang pasti, sudah jelas orang tersebut adalah seorang pria.

“Waaah baru saja keluar dari penjara dia sudah memiliki hubungan dengan seorang pria, (celetuk Matthias yang terdengar seperti sedang memanas-manasi karibnya) aah iya, apa lu udah denger?” tambah Matthias seraya menyenggol lengan Bastian yang masih menajamkan pandangannya pada mobil yang baru saja meninggalkan area parkir makam xxx.

“Apa?” tanya Bastian seraya pergi berlalu menuju mobil nya yang terparkir tak jauh dari tempatnya saat ini.

Bastian lebih dulu masuk dan menempati kursi pengemudi, sementara karibnya Matthias mengisi kursi di sebelahnya.

“Pengacara wanita tadi, mirip sekali dengan adik lu, bahkan gue sempet berpikir mungkin dia adalah reinkarnasi Bennedict,” celoteh Matthias seraya memasang sabuk pengaman.

“Omong kosong macam apa itu!” kecam Bastian lantaran kesal mendengar adiknya di samakan dengan orang asing, ia pun lantas menancap gas dan meninggalkan area pemakaman.

“Gue serius Bas! Namanya Kayle Johansen, dia bekerja di firma hukum D&E, dia juga cukup populer diantara teman seangkatannya karena tak pernah gagal dalam memenangkan kasus kliennya. Dengan kemampuan nya yang cukup mumpuni, gue rasa dia cocok gabung di tim legal perusahaan elu,” ujar Matthias yang yakin sekali, sebab dirinya memang pernah bertemu sekilas dengan Kayle pengacara Anna selepas persidangan pertama Anna di lorong gedung pengadilan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sore harinya di sebuah resto yang terletak di area dekat pantai kota xxx.

Awalnya Kayle memilih untuk melangsungkan makan malam nya di dalam resto saja, mengingat lokasi mereka saat ini berada di pinggiran pantai sudah pasti angin malam akan membuat tubuhnya menggigil kedinginan.

Namun karena Anna bersikeras ingin makan malam di rooftop mau tak mau Kayle pun akhirnya hanya bisa menghela nafas pasrah dan mengiyakan keinginan Anna. Tentu, dengan syarat, Anna wajib mengenakan jaket tebal milik Kayle, sebab saat ini Anna hanya mengenakan kaos oblong berwarna hitam serta celana pensil yang terdapat sobekan di beberapa bagian.

Sementara Kayle masih memiliki sweater yang memang tidak terlalu tebal namun setidaknya bisa sedikit memblokir angin malam yang masuk ke dalam pori-pori kulit cerahnya.

Selagi menunggu Kayle yang masih berbincang dengan pelayan resto di lantai dasar, Anna memilih untuk berjalan-jalan sejenak di tepi pagar pembatas rooftop sembari memasukan kedua tangannya ke dalam saku jaket tebal dan panjang milik Kayle.

Pemandangan kota yang menakjubkan, serta gulungan ombak yang tampak terlihat jelas oleh mata telan*jang Anna, membuat Anna semakin terbuai dalam keindahan di malam itu.

Sudah 5 tahun lamanya Anna mendekam di penjara, hanyalah para tahanan, lapangan luas, serta ruangan kecil tempat dirinya menghabiskan malam penuh dengan mimpi-mimpi buruk, yang menjadi rutinitas kesehariannya. Datar dan sangat membosankan.

Ia bahkan nyaris melupakan kehidupan lamanya dan berniat hidup serampangan jika pada akhirnya harus menghabiskan masa mudanya di penjara.

Namun dengan kemunculan Kayle yang secara tiba-tiba, seolah memberikan secercah cahaya dan harapan baginya untuk bangkit dari keterpurukannya selama ini.

Kayle mengulurkan tangannya, ia juga memberikan senyum hangatnya yang berhasil mencairkan perasaan Anna yang telah mati rasa.

Perlahan tapi pasti Anna kini telah membuka hatinya dan kembali mencoba untuk mempercayai seseorang.

Bukan, bukan karena Kayle sepenuhnya, melainkan wajah itu, wajah yang mirip sekali dengan mendiang kekasihnya yang telah tiada, hal itulah yang membuat Anna mendorong keras dirinya untuk mempercayai pria itu, pria yang kini tengah berjalan menuju ke arahnya lengkap dengan senyuman hangat yang tak pernah pudar dalam wajah tampannya.

Karena Kayle mirip sekali dengan Bennedict, jalan bagi Kayle untuk mendekati Anna dan meraih hatinya tidaklah sulit.

Iya ... anggap saja aku sedang mencoba menebus kesalahanku di masa lalu, Benn, aku akan mempercayaimu sepenuhnya kali ini’ gumam Anna pelan sebelum akhirnya Kayle sampai di hadapannya.

"Apa yang kak Anna lamunin?" tanya Kayle yang memecah keheningan kala itu.

Bersambung***